Hati-hati, jangan pernah menanyakan keberadaan buah salak saat mendaki gunung Salak!
Gunung Salak dikenal angker. Namun demikian, keindahannya yang memesona tak membuat jera para pecinta alam yang suka mendaki gunung. Walhasil, para pecinta alam dari berbagai daerah tetap berdatangan ingin menikmati keindahan Gunung Salak. Selama bisa mematuhi beberapa pantangan dan menghormati Embah Salak, maka menurut juru kunci (kuncen) Mbah Idim Dimyati, semua akan baik-baik saja.
Siapa rupanya Embah Salak itu? Ini lima fakta tentang “sang penguasa” Gunung Salak!
1. Maqom Embah Salak
Banyak masyarakat Bogor, Jawa Barat menganggap Gunung Salak merupakan tempat suci para leluhur sejak era kerajaan Pakuan Padjajaran. Makam kuno dan petilasan berumur ratusan tahun tersebar di seluruh kawasan.
Dari beberapa puncakan gunung, salah satu lokasi berada di puncak Gunung Salak 1 terdapat sebuah makam. Di makam tersebut tertuliskan “Makam Mbah Salak“.
2. Keturunan Prabu Kiansantang
Ada banyak versi perihal asal usul Embah Salak. Salah satunya mengatakan bahwa Embah Salak bernama lengkap Raden KH Mohamad Hasan bin KH Bahyudin Praja Kusumah. Beliau adalah keturunan dari para Wali yaitu dari Syech Sunan Rochman yaitu Eyang Prabu Kian Santang yang merupakan anak dari Sri Baduga Maharaja (Prabu Siliwangi) sang Penguasa Jawa Barat.
BACA JUGA:
Gen Y Sukabumi, ini 5 info legenda Wangsa Suta dan asal muasal Gunungparang Cikole
5 obyek wisata alam di utara Kabupaten Sukabumi yang memesona
Gaess, ini lho 5 fakta dan mitos Gunung Salak Sukabumi yang wajib kamu tahu
3. Bukan makam tapi maqom alias petilasan
Dari informasi yang dihimpun juru kunci Gunung Salak, Mbah Idim Dimyati nisan bertuliskan Embah Salak tersebut bukanlah tempat peristirahatan dari Mbah Salak. Makam ini merupakan salah satu tempat semedi Mbah Salak semasa hidupnya. Makanya kemudian disebut maqom yang lebih berrati petilasan.
4. Ada banyak maqom di Gunung Salak
Dari berbagai keterangan ahli sejarah Jawa Barat, di Gunung Salak memang terdapat banyak sekali tempat bersemedi para raja dan pengikutnya. Petilasan suci itu tersebar di berbagai titik seperti petilasan milik raja Pakuan Padjajaran, Prabu Sri Baduga Maharaja di kaki Gunung Salak di daerah Bogor dengan total mencapai lebih dari 91 lokasi. Diperkirakan, bisa ratusan jumlahnya karena pertapa dalam agama Hindu menyucikan Gunung Salak.
Di sana juga terdapat makam kuno yang berusia ratusan tahun dengan jumlah mencapai lebih dari 40 makam. Makam itu milik pemuka agama Hindu yang wafat dan dikuburkan di Gunung Salak. Tak jauh dari maqom Embah Salak sendiri ada makam tokoh penyebar agama Islam, Pangeran Santri alias Wali ke-10.
5. Pantangan saat mendaki Gunung Salak
Percaya tak percaya, banyak kejadian mistik yang menimpa pendaki Gunung Salak. Umumnya terjadi karena dianggap tak menaati pantangan. Menurut kuncen Mbah Idim Dimyati, ada beberapa pantangan yang tidak boleh dilanggar oleh orang awam yang hendak datang ke kawasan Gunung Salak, yaitu seperti tidak boleh sombong dan jangan pernah menanyakan di mana keberadaan buah salak di Gunung Salak.
Kenyataannya memang tak ada kerjaan menanyakan buah salak di Gunung Salak. Karena nama salak bukan mengacu pada buah salak tapi mengacu pada bahasa sansekerta “Salaka” yang berarti perak. Maka Gunung Salak bermakna “Gunung Perak.”
Jadi, jangan iseng nanyain buah salak saat mendaki Gunung Salak ya, Gaess! Atau kamu mau coba-coba buktikan pantangan Gunung Salak. Silakan, risiko tanggung sendiri…hehe! (dari berbagai sumber)