Berbagai bencana hidrometeorologi terus terjadi di Sukabumi di awal tahun 2019
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di awal Januari lalu menyebutkan ada 441 kabupaten atau kota di Indonesia yang terpantau berada dalam daerah bahaya longsor tingkat sedang-tinggi. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menuturkan daerah rawan tinggi longsor meliputi Jawa bagian tengah mulai dari Bandung, Bandung Selatan, Sumedang, Cianjur, Bogor, Sukabumi dan sebagainya.
Nah itu dia Gaess, Sukabumi disebut sebagai salah satu daerah yang paling rawan longsor di Indonesia. Faktanya, sxepanjang tahun 2018 lalu Sukabumi, terutama di wilayah Kabupaten, didera sebanyak 725 kali bencana. Dan mayoritas dari bencana yang terjadi masuk kategori bencana hidrometeorologi, yaitu banjir, tanah longsor dan puting beliung.
Rangkaian bencana sendiri sampai sekarang masih terus terjadi seiring semakin tingginya curah hujan. Berikut lima fakta dan info perihal bencana di Sukabumi, gen XYZ mesti tahu.
1. Ada 725 kali bencana sepanjang tahun 2018
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi mencatat sepanjang tahun 2018 telah terjadi sebanyak 725 kali bencana. Jenis bencana yang terjadi di antaranya tanah longsor, banjir, puting beliung, gempa bumi sampai kebakaran.
“Bencana yang terjadi pada tahun lalu memang cukup banyak karena curah hujannya tinggi, bahkan di akhir tahun terjadi bencana yang menyebabkan 32 orang tewas dan satu hilang akibat tertimbun longsor di Kampung Garehong, Dusun Cimapag, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok,” kata Kepala Seksi Kedaruratan BPBD Kabupaten Sukabumi, Eka Widiaman (selasa (22/1) seperti dikutip dari Antara.
Adapun rincian jumlah bencana yang terjadi sepanjang 2018 untuk kebakaran sebanyak 117 kali, longsor 353 kali, banjir 58 kali, angin kencang (puting beliung) 121 kali, gempa bumi empat kali, pergerakan tanah 12 kali dan lain-lain 60 kali.
BACA JUGA:
Sukabumi darurat bencana sampai Mei 2019, ini 5 info gen XYZ mesti aware
9 rawan tsunami, semua kecamatan di Sukabumi rawan bencana, ini 5 infonya
Menyikapi bijak sumpah berusia ribuan tahun Sri Jayabhupati di Cibadak Sukabumi
2. Kerugian material mencapai Rp21 M
Lebih lanjut diakui Eka, bencana dalam setahun ini menyebabkan kerugian yang cukup besar yakni Rp 21 miliar atau tepatnya Rp21.892.500.000. Data tersebut dikatakan Eka berdasarkan penghitungan yang dilakukan petugas di lapangan. Jumlah itu menambah duka mendalam mengingat jumlah korban jiwa juga mencapai ratusan jiwa.
“Mayoritas kecamatan di Kabupaten Sukabumi merupakan daerah rawan bencana. Untuk bencana yang terjadi sepanjang 2018 tersebar hampir di seluruh wilayah mulai dari daerah utara, selatan hingga Pajampangan,” kata Eka.
3. Memasuki 2019, bencana tak menyurut
Pada awal 2019 bencana di Kabupaten Sukabumi tak kunjung menyurut. BPBD mencatat sudah terjadi puluhan kali bencana di Januari 2019 ini. Bahkan BPBD mencatat pernah sehari belasan kecamatan diterjang bencana baiik puting beliung, longsor dan banjir.
“Masih di lokasi yang sama, tanah longsor menyebabkan tiga rumah rusak ringan dan satu rumah rusak berat. Pada hari ini saja sudah ada beberapa laporan kejadian bencana dan kami masih melakukan pendataan,” kata Eka.
BACA JUGA:
Gaess, 5 kecamatan di Sukabumi dilanda tornado mini, 5 fakta ini kamu mesti tahu
5 catatan dari longsor Cisolok Sukabumi menunjukkan kita tidak pernah siap
4. Sukabumi rawan tiga jenis bencana hidrometeorologi
Dalam sepekan sejumlah kecamatan di Kabupaten Sukabumi mengalami berbagai bencana hidrometeorologi mulai dari banjir, tanah longsor dan puting beliung. “Pada musim hujan ini bencana terjadi di beberapa kecamatan, bahkan lokasinya pun cukup banyak sehingga kami harus bekerja ekstra dalam melakukan pendataan dan pemberian bantuan kepada korban,” kata Eka.
Bencana longsor terjadi di Kecamatan Nagrak, Sukabumi, Cisaat, Caringin dan Cicantayan. Kemudian untuk bencana banjir melanda Kecamatan Cibadak dan Nagrak, selanjutnya bencana angin puting beliung melanda Kecamatan Nagrak.
5. Apa itu bencana hidrometeorologi?
Dikatakan bahwa jenis bencana hidrometeorologi termasuk di antaranya tanah longsor, banjir dan puting beliung. Jenis bencana hidrometeorologi berhubungan erat dengan musim penghujan. Peningkatan curah hujan meningkatkan potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir bandang, tanah longsor dan angin kencang serta puting beliung.
Berdasarkan laman Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) selama 2018, hingga 25 Oktober 2018, tercatat 1.999 kejadian bencana di Indonesia. Dari keseluruhan bencana tersebut, bencana hidrometeorologi adalah yang paling dominan. Jumlah kejadian puting beliung 605 kejadian, banjir 506, kebakaran hutan dan lahan 353, longsor 319, erupsi gunungapi 55, gelombang pasang dan abrasi 33, gempa bumi yang merusak 17, dan tsunami satu kali.
Oleh karena itu, mendekati puncak musim hujan, BMKG terus mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap peningkatan curah hujan karena dipastikan akan adanya potensi jenis bencana hidrometeorologi.
So Gaess, hati-hati dan waspada selalu ya! (dari berbagai sumber)