Real Madrid ditimpa malu bertubi-tubi hanya dalam sepekan: dua kali dihajar Barcelona, lalu dihabisi Ajax.
Malam yang sangat memalukan bagi Real Madrid. Bermain di depan pendukungnya sendiri di Santaigo Bernabeau, El Real dibantai dengan skor telak 1-4 oleh Ajax Amsterdam. Dengan agregat 3-5, maka sang juara bertahan untuk pertama kalinya dalam 20 tahun keikutsertaannya di ajang Liga Champions harus tersingkir di babak 16 besar.
Kekalahan ini tentunya sangat menyakitkan bagi seluruh fans Madridista baper makin puyeng dengan kondisi klub kesayangannya. Pasalnya, hampir dipastikan musim ini El Real tanpa trofi dan itu menegaskan musim terburuk dalam sejarah Madrid.
Berikut lima drama pasca teringkirnya El Real oleh Ajax Amsterdam pada laga leg kedua babak 16 besar Liga Champions, Rabu (6 Februari) dinihari.
1. Tumbangnya sang juara bertahan
FYI Gaess, kekalahan 1-4 El Real merupakan kekalahan terbesar yang pernah mereka rasakan di ajang Liga Champions. Duo Ajax, Dusan Tadic dan Hakim Ziyech, menjadi momok menakutkan yang meluluhlantakkan ambisi sang pengoleksi 13 kali trofi Liga Champions untuk menjuarai liga tertinggi di Eropa untuk empat kali berturut-turut.
Empat gol Ajax dicatatkan Hakim Ziyech di menit ketujuh, David Neres (18′), Dusan Tadic (62′), dan Lasse Schone (72′). Sementara itu, Madrid hanya mampu menyarangkan sebiji gol balasan yang dicetak Marco Asensio pada menit ke-70.
2. Kangen sang mantan
Kekalahan atas Ajax ini tentu secara sentimentil juga menjadi bukti bahwa El Real merindukan sang mantan Cristiano Ronaldo (CR7). Perasaan sentimentil itu secara tegas dinyatakan pemain terbaik dunia, Luka Modric. Menurut Modric, penyerang Real Madrid yang ada saat ini dinilai belum mampu mengisi kekosongan yang ditinggalkan CR7.
Modric sangat merasakan begitu tumpulnya penampilan Los Blancos. Dua kekalahan dari Barcelona di Copa del Rey dan La Liga jadi bukti terbaru. “Tidak adanya Cristiano adalah sesuatu yang akan dirasakan oleh setiap tim. Menemukan pengganti Ronaldo hampir mustahil,” kata Modric.
“Ronaldo mencetak 50 gol dan Anda tidak dapat menemukan seseorang hari ini yang mencetak banyak gol sepertinya. Beberapa dari kami harus mengambil langkah maju dan meskipun tidak mencetak 50, yang kami butuhkan adalah dua atau tiga pemain yang mencetak 15, 20, atau 10 gol. Tapi kami tidak memilikinya.”
Hmm…dear mantan terindah!
BACA JUGA:
Allegri pundung dibentak CR7, 5 drama ini Juventini Sukabumi sudah ngeh belum?
Kacian deh Kopites Sukabumi, Klopp salahkan angin dan 5 drama “Salah-Mane(h)” dikudeta City
5 fakta wonder kid Sukabumi, naik pangkat, rumah kontrakan hingga utang ke Pegadaian
Keren Coeg, siswa SMP dari Kalapanunggal Sukabumi ikuti turnamen sepakbola di Malaysia
3. Musim terburuk El Real
Real Madrid ditimpa malu bertubi-tubi hanya dalam sepekan: dua kali dihajar Barcelona, lalu dihabisi Ajax. Dua trofi dipastikan hilang, satu tersisa amat berat. Barcelona memberikan kesuraman lain untuk Madrid berselang tiga hari. Di tempat yang sama, Santiago Bernabeu, Los Merengues dibungkam 0-1 di ajang LaLiga.
Hasil ini memang secara matematis belum mengakhiri peluang Madrid juara. Tapi secara realistis, berat bukan main. Mereka saat ini ada di posisi tiga dengan 48 poin dari 26 pekan, tertinggal 12 poin dari Barcelona di puncak klasemen. Musim menyisakan 12 pertandingan.
Madrid kian berada di dasar palung setelah didepak dari turnamen yang dalam tiga musim terakhir jadi taman bermain mereka: Liga Champions. Secara keseluruhan, dari lima kejuaraan yang diikuti Madrid musim ini, hanya satu yang sudah berhasil dimenangi dan tiga lainnya terlepas. Sebelum gagal di Copa del Rey dan Liga Champions, mereka lebih dulu kandas di Piala Super Eropa dari Atletico Madrid.
Satu-satunya trofi yang bisa dibanggakan Madrid sejauh perjalanan musim ini adalah Piala Dunia Antarklub. Trofi ini setidaknya membuat Madrid tak mengakhiri musim dengan tangan hampa. Namun demikian, itu tak membantah betapa terpuruknya El Real musim ini.
4. Generasi baru keemasan Ajax
Ajax untuk pertama kalinya mencapai babak perempat final Liga Champions sejak musim 2002/03 saat mereka masih diperkuat Jari Litmanen dan kawan-kawan. Pencapaian Ajax menyingkirkan juara bertahan Real Madrid sendiri bukanlah sesuatu yang kebetulan. Faktanya tim besutan Erik ten Hag diisi oleh pemain-pemain muda dengan talenta besar.
Bahkan di antara mereka sudah diincar oleh klub-klub besar. Sebut saja Frenkie de Jong yang sudah dibeli Barcelona dan akan merumput di Liga Spanyol musim depan. Selain de Jong, kabarnya Barca juga mengincar dua pemain Ajax lainnya, bek kiri Matthijs de Ligt dan kiper Andrey Onana. Selain oleh Barca, sang kapten de Ligt juga diincar klub-klub besar lainnya seperti Real Madrid dan Manchester United.
Nama lainnya yang menjadi incaran banyak klub adalah Hakim Ziyech. Pencetak gol pertama ke gawang Madrid kebangsaan Maroko ini kabarnya disukai oleh Liverpool. Posisinya sebagai gelandang serang sangat dominan menjadi kebangkitan generasi emas Ajax.
Terakhir, selain para pemain muda itu, Ajax mempunyai duo pemain senior yang banyak pengalaman di laga-laga besar Eropa. Dua orang itu adalah mantan bek MU Daley Blind dan gelandang enerjik Serbia yang lama malang melintang di Liga Inggris, Dusan Tadic. Nama terakhir sukses membuktikan kehebatannya saat melawan Real Madrid.
5. Hakim Ziyech menolak Belanda demi Maroko
Salah satu bintang yang mencuat dalam laga di mana Ajax mempermalukan Real Madrid adalah Hakim Ziyech. Dari namanya dapat diketahui pemain ini beragama Islam. Rupanya ada kisah menarik bahwa Hakim pernah menolak direkrut timnas Belanda demi membela negara leluhurnya, Maroko.
“Bodohnya kamu, lebih memilih Maroko padahal kamu berpeluang besar dipanggil (timnas) Belanda.” Demikian kalimat yang terucap dari legenda De Oranje, Marco van Basten, ketika Hakim Ziyech menolak tawaran bermain di timnas Belanda, dan lebih memilih membela negara asal orang tuanya, Maroko.
Peristiwa itu terjadi sekitar tahun 2015. Ziyech yang saat itu tampil beringas di Twente dengan mencetak 17 gol dari 33 pertandingan, mendapat panggilan untuk melakoni laga perdananya di tim senior Belanda. Ziyech dengan mantap menolak panggilan berharga itu.
Sontak, keputusannya ini langsung menggemparkan sepak bola Belanda, karena di tengah banyaknya pemain imigran yang berharap dapat tampil membela Negeri Kincir Angin yang dihuni banyak pemain kelas dunia di dalamnya, Ziyech justru menolaknya.
Apa yang ada di benak Ziyech saat itu? Ternyata jawabannya sangat mulia dan menyentuh hati. “Federasi sepak bola Maroko telah mendekatiku selama bertahun-tahun. Aku lahir di sini (Belanda), tapi asal muasal keluargaku dari sana (Maroko)”, ungkapnya pada FOX Sports Netherlands.
Ia tidak melupakan dari mana ia berasal. Ia memang lahir di Belanda, tapi garis keturunannya berasal dari Maroko, bahkan namanya saja sangat berbau Maroko. Sebuah keputusan besar yang hanya bisa dilakukan oleh orang yang berjiwa besar. Namun, ternyata ada alasan lain dibalik keputusannya ini.
Hmmm…baiklah Hakim! (dari berbagai sumber)