Kasus paru-paru basah di Kabupaten Sukabumi jumlahnya dinilai tidak tinggi, namun masyarakat tetap diminta untuk waspada terutama menjaga kebersihan.
FYI nih orang tua Sukabumi, pneumonia merupakan bagian dari penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan sangat mudah menyerang anak-anak usia balita (bawah lima tahun). Penyebab pneumonia atau paru-paru basah terutama pola hidup yang tidak bersih dan tidak sehat. Sangat disayangkan pola hidup sehat dan bersih di Sukabumi masih di bawah standar, akibatnya masih ribuan anak balita yang terkena pneumonia.
Berikut lima informasi perihal kasus pneumonia di Kabupaten Sukabumi terkini, yang dirangkum sukabumiXYZ.com dari berbagai sumber.
[1] Januari hingga Mei 2019, sebanyak 1.790 balita kena pneumonia
Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sukabumi menyebutkan sebanyak 1.790 balita di Kabupaten Sukabumi terkena pneumonia atau paru-paru basah. Data ini tercatat sejak Januari hingga Mei 2019. Jumlah kasus itu terdiri dari 328 kasus pada Januari, 330 kasus pada Februari, 338 kasus pada Maret, 323 kasus pada April dan 471 kasus pada Mei.
[2] Turun dibanding tahun 2018
Angka 1.790 tersebut menurun jika dibandingkan pada Januari sampai Mei 2018, yaitu terdapat sebanyak 1.874 kasus. “Pada tahun ini balita yang terkena pneumonia mengalami penurunan. Terbukti dari data yang ada pada tahun ini hanya 1.790 kasus, sedangkan pada 2018 terdapat 1.874 kasus,” kata Pengelola Program Penanganan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sukabumi, Toto Joko Marsanto seperti dikutip dari Pojoksatu.id Group, Senin (08 Juli).
[3] Kasus pneumonia di Sukabumi tidak mengkhawatirkan
Pneumonia merupakan bagian dari penyakit ISPA terutama yang memengaruhi paru-paru, makanya kerap disebut paru-paru basah. Kasus pneumonia di Kabupaten Sukabumi jumlahnya dinilai tidak tinggi dan masih di bawah target penemuan kasus oleh WHO. Di mana dari target 100 persen sebanyak 5.851 balita yang sudah ditemukan.
Editor’s Picks:
Ngeri Gaess, Sukabumi daerah dengan kasus stunting tertinggi kedua di Jawa Barat
Gengs, ini lho angka pertumbuhan penduduk Kota Sukabumi setiap tahunnya
[4] Waspada pneumonia
Walaupun jumlah balita penderita pneumonia tidak tinggi di Kabupaten Sukabumi, namun demikian masyarakat diminta untuk waspada dengan cara mengenal penyakit ini, termasuk gejala-gejala dan bagaimana cara mengantisipasinya.
“Masyarakat idealnya mengetahui gejala awal pneumonia. Misalnya, ketika anak mengalami batuk dan flu yang disertai demam, maka disarankan untuk melakukan deteksi dini dengan cara hitung nafas. Untuk balita berusia kurang dari dua bulan batas nafas cepat adalah lebih dari 60 kali permenit,” tandas Toto.
Bila nafasnya mencapai batas, tambah Toto, maka nafasnya sudah termasuk nafas cepat dan segera dibawa ke petugas kesehatan. Untuk balita berumur dua hingga 12 bulan adalah lebih dari 50 kali permenit. Sedangkan balita umur 12 hingga 59 bulan batasan nafasnya adalah lebih dari 40 kali permenit.
Gejala Penderita Pneumonia:
- Demam di atas 39 derajat Celsius.
- Berkeringat dan menggigil.
- Batuk kering atau batuk dengan dahak kental berwarna kuning, hijau, atau disertai darah.
- Sesak napas.
- Nyeri dada ketika menarik napas atau batuk
- Mual atau muntah
- Diare
- Selera makan menurun
- Lemas
- Detak jantung menjadi cepat
- Bagian dada anak cekung ke dalam, tidak tegap. Jika berlangsung lama, berat badan anak biasanya akan menyusut secara drastis.
[5] Mencegah penyebaran pneumonia dengan PHBS
Langkah pencegahan penyebaran pneumonia juga harus dilakukan secara bersama-sama antara pemerintah dan masyarakat. “Untuk mencegah penyebaran pneumonia atau ISPA, salah satunya dengan menjaga perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Misalnya menjaga kesehatan dengan makan yang bergizi, cuci tangan dengan sabun dan tidak merokok,” jelas Toto.
Ia berharap, dengan berbagai upaya yang dilakukan Dinkes Kabupaten Sukabumi dapat menekan angka kasus pneumonia.
“Kami berupaya mensosialisasikan agar masyarakat dapat menjaga PHBS untuk mengantisipasi penyakit tersebut. Mudah-mudahan ke depan bisa semakin menurun lagi,” pungkasnya.
Pecegahan Penyakit Pneumonia:
- Menjalani vaksinasi.
- Mempertahankan sistem kekebalan tubuh.
- Menjaga kebersihan.
- Dilarang merokok di sekitar anak. Asap rokok memang bukan penyebab pneumonia. Namun, asap ini bisa melemahkan sistem pernapasan.
- Hindari paparan debu atau asap kendaraan dalam waktu lama. Sebab, pneumonia tidak hanya disebabkan bakteri atau virus.
- Cegah kontak langsung dengan si kecil jika sedang sakit, termasuk pilek atau batuk. Jika terpaksa, gunakan masker dan pastikan mencuci tangan sebelum/sesudah bermain dengan bayi.
- Jika anak mengalami batuk pilek, jangan langsung memberikan antibiotik. Beri obat batuk sesuai takaran. Jika belum membaik 2–3 hari, kunjungi dokter.
Nah, Gengs, yang tercatat memang sekira 1.790 balita ya. Para ortu bisa bayangkan, yang tidak tercatat angkanya bisa lebih fantastis. Hiks!
[dari berbagai sumber]