Mengantisipasi potensi bencana tsunami dan gempa bumi, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi lakukan pengecekan delapan alat peringatan dini tsunami di pantai selatan Sukabumi.
Memasuki tahun 2020, tepat di tanggal 1 Januari lalu, pulau Jawa bagian barat (Provinsi Jawa Barat, DKI Jakarta dan Banten) tiba-tiba dilanda bencana banjir dan longsor di mana-mana. Bencana diakibatkan oleh curah hujan yang super tinggi disertai dengan angin kencang.
Cuaca ekstrem sebenarnya sudah diprediksi pihak Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sebelumnya, namun yang tak terduga adalah dampak bencana banjir dan longsor bakal begitu dahsyat. Dari rilis terbaru BMKG terungkap bahwa Sukabumi (kokab) termasuk daerah yang waspada cuaca ekstrem hujan deras disertai angin kencang. Tak hanya hujan dan angin, Sukabumi juga waspada bencana tsunami dan gempa bumi. Waduh, ngeri juga ya, Gaess!
Berikut lima informasi yang dirangkum sukabumiXYZ.com dari berbagai sumber!
[1] Cuaca ekstrem di Jawa Barat dipengaruhi cuaca di Australia
BMKG Bandung merilis prediksi bahwa cuaca ekstrem dengan curah hujan intensitas sedang hingga lebat disertai petir dan angin kencang berpotensi terjadi di wilayah Jawa Barat dalam sepekan ke depan. Kepala BMKG Bandung, Tony Agus Wijaya mengatakan cuaca ekstrem ini dipengaruhi oleh meningkatnya pola tekanan rendah di sekitar Australia, yang dapat membentuk pola konvergensi (pertemuan massa udara) dan belokan angin.
“Kondisi ini secara signifikan dapat meningkatkan pertumbuhan awan hujan di wilayah Indonesia terutama di bagian selatan ekuator,” papar Tony Agus Wijaya seperti dikutip dari Antara, Selasa (7 Januari 2020).
[2] Sukabumi berpotensi hujan disertai angin kencang
BMKG Bandung menambahkan, wilayah yang berpotensi diguyur hujan sedang hingga lebat dalam sepekan ke depan yakni, Subang, Sumedang, Cirebon, Karawang, Indramayu, Bandung, Cianjur, Kuningan, Pangandaran, Banjar, Ciamis, Bogor, Sukabumi, Purwakarta, Garut, Majalengka.
Sementara itu, untuk wilayah yang berpotensi dilanda hujan disertai angin kencang yakni, Bogor, Sukabumi, Cianjur, Bandung, Majalengka, Kuningan, Purwakarta, Tasikmalaya, Ciamis, Banjar, Garut, Cirebon, Depok, Indramayu, Karawang, Sumedang, Subang.
Hujan disertai angin kencang yang melanda sejumlah wilayah itu diprediksi akan terjadi hingga 10 Januari 2020.
[3] Sukabumi juga siaga tsunami dan gempa bumi
Tidak hanya potensi bencana banjir dan longsor akibat cuaca ekstrem, potensi bencana tsunami dan gempa bumi juga menjadi perhatian pemerintah Kabupaten Sukabumi. Hal itu terungkap dari informasi bahwa petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi pada Rabu (8 Januari 2020) melakukan pemeriksaan delapan (8) peralatan peringatan dini bencana tsunami di dua wilayah pesisir pantai selatan Sukabumi.
Pemeriksaan yang dilakukan tim khusus siaga bencana dilakukan untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan peralatan bisa di operasionalkan sebagai langkah siaga. Untuk empat peralatan di pesisir dan lepas pantai di Kecamatan Tegalbuleud dan empat lainnya di Kecamatan Ciracap disiagakan untuk mengantisipasi potensi gelombang tsunami.
“Kami terus melakukan pemeliharaan dan pengecekan peralatan peringatan dini gelombang tsunami di Kecamatan Tegalbuleud dan Kecamatan Ciracap,” kata Koordinator Pusat Pengendalian dan Operasional BPBD Kabupaten Sukabumi, Daeng Sutisna, seperti dikutip dari pikiran-rakyat.com.
Tak hanya BPBD Kab. Sukabumi, BPBD Provinsi Jawa Barat juga dikabarkan telah memasang intensityr atau diteksi gempa di 12 titik rawan merah bencana gempa bumi di Kabupaten Sukabumi. Pemasangan deteksi gempa bumi itu, dilakukan merupakan langkah antisipasi bencana memakan korban jiwa.
[4] Korban meninggal banjir dan longsor capai 67 orang
Bencana banjir bandang dan longsor di tiga provinsi Jabar, DKI Jakarta dan Banten pada 31 Desember 2019-1 Januari 2020 dikabarkan telah mengakibatkan 67 orang meinggal dunia sampai tulisan ini dirilis. Secara keseluruhan, menurut data BNPB, dampak bencana banjir dan longsor mengakibatkan 293 Kelurahan dan 74 Kecamatan. Jumlah pengungsi di Jabodetabek dan Banten yaitu 35.502 dengan korban meninggal sebanyak 67 orang.
“Sebaran data korban di masing-masing wilayah jumlah pengungsi sampai saat ini di DKI Jakarta sebanyak 3.685 pengungsi dan yang meninggal dunia 16 orang, di Jabar 15.400 pengungsi, dan 31 orang meninggal dunia, sementara di Banten 16.821 pengungsi dan 21 meninggal dunia yang satu hilang belum ketemu,” beber Menko PMK, Muhajir Effendi seperti dikutip dari Antara, Senin (6 Januari 2020).
Banjir juga tercatat merusak fasilitas sosial umum dan perumahan penduduk. Berdasarkan data kerusakan fasilitas umum, fasilitas sosial dan perumahan, Kabupaten Lebak merupakan daerah dengan kerusakan infrastruktur terbanyak dan disusul oleh Kabupaten Bogor. Di Lebak sampai ada sungai yang bergeser dari sungai awal, kemudian desanya jadi sungai baru. Selain itu, ada 900 rumah yang hanyut dan dua sekolah SD dan SMP juga ikut hanyut.
[5] Anggaran bencana Jabar diusulkan ditambah
Menyikapi Jabar termasuk wilayah yang potensi bencana alamnya besar, bahkan disebut-sebut supermarket bencana oleh Kepala BNPB Letnan Jenderal TNI Doni Monardo, usulan untuk menaikkan anggaran APBD guna penanganan bencana pun mulai bermunculan. Salah satunya disuarakan oleh Anggota DPRD Jabar Asep Syamsudin.
“Selama ini Jawa Barat dinilai sangat kurang dalam menganggarkan APBD untuk bencana. Bagi daerah yang rawan bencana seperti di Jabar anggarannya senilai Rp 25 miliar seharusnya diperbesar,” kata Asep seperti dikutip dari Ayobandung.com, Selasa (7 Januari 2020).
Masih Asep menambahkan, seharusnya idealnya anggaran untuk bencana ditingkatkan hingga 10-11 kali lipat. “APBD Jabar saat ini total mencapai Rp 41 triliun. Anggaran untuk bencana idealnya mencapai Rp 270 miliar,” katanya. (*)