Proyek Bukit Algoritma Sukabumi di atas lahan seluas hampir 900 hektare digadang-gadang menyerupai kawasan perusahaan teknologi Silicon Valley di Amrik.
WOW! Rencana pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pengembangan Teknologi dan Industri 4.0 di Sukabumi, telah diteken oleh salah satu Badan Usaha Milik Negara bidang konstruksi sebagai penggarap,PT Amarta Karya (Persero) atau AMKA pada 7 April lalu. Penandatanganan dilakukan Dirut PT AMKA Nikolas Agung, Ketua Pelaksana PT Kiniku Bintang Raya KSO Budiman Sudjatmiko, dan Direktur Utama PT Bintang Raya Lokalestari Dani Handoko di Jakarta.
Nah, millenial Sukabumi wajib tahu nih, jika proyek yang dibangun di atas lahan seluas hampir 900 hektare itu digadang-gadang menyerupai kawasan perusahaan teknologi Silicon Valley di Amrik sana, dan di Indonesia diberi nama Bukit Algoritma Sukabumi. Selama tiga tahun ke depan, total nilai proyek ini diperkirakan menghabiskan anggaran belasan miliar Rupiah.
Nah biar gak gagal paham, simak kuy lima faktanya:
[1] Mengenal Bukit Algoritma Sukabumi, tiruan Silicon Valley ala Indonesia

Keren, sebentar lagi Indonesia akan memiliki pusat riset teknologi bernama Bukit Algoritma, letaknya pun bikin Gen Sukabumi XYZ bangga nih, karena berada di daerahmu Gaess, Sukabumi.
FYI nih Gaess, banyak orang mendengar atau membaca cerita ihwal Steve Jobs yang merintis bisnis raksasa teknologi Apple dari garasi rumah, atau Mark Zuckerberg yang menciptakan jejaring Facebook bermula dari kamar sempit di sebuah asrama. Kisah-kisah lahirnya perusahaan-perusahaan besar bidang teknologi itu memiliki kesamaan, yakni bermula dari sebuah kawasan yang berada di California, Amrik (Amerika Serikat).
Silicon Valley adalah menjadi magnet sekaligus jadi mesin penggerak dari banyak perusahaan teknologi asal Negeri Paman Sam. Tempat ini juga menjadi saksi lahirnya ribuan startup-startup terkemuka di kancah global.
Melihat kesuksesan Silicon Valley dan juga demi motif ekonomi, negara-negara di dunia berlomba-lomba menduplikasi pusat teknologi tersebut. Pemimpin dari kota-kota terbesar dunia saling berkompetisi untuk melabeli kota mereka sebagai “Silicon Valley”.
[2] Sukabumi dinilai ideal
Beberapa lokasi yang sempat digadang-gadang sebagai calon Silicon Valley Indonesia, antara lain Malang, Yogyakarta, BSD Serpong, hingga Meikarta. Teranyar, muncul Bukit Algoritma Sukabumi yang dikembangkan perusahaan BUMN konstruksi, PT AMKA.
Menurut Business Development Advisor PT AMKA Oki Fahreza, Sukabumi dinilai strategis untuk menjadi lokasi pembangunan “Silicon Valley” Indonesia. Kata doi, Sukabumi memiliki infrastruktur pendukung, seperti akses Tol Bocimi, Pelabuhan Laut pengumpan Regional (PLPR) Wisata dan Perdagangan Pelabuhan Ratu, Bandara Sukabumi di Cikembar yang akan dibangun, dan Double Track KA Sukabumi.
Pembangunan infrastruktur seperti fasilitas air, jalan, listrik serta transportasi publik dan fasilitas-fasilitas lain menjadi salah satu kunci untuk membangun KEK seperti pusat penelitian dan pengembangan. Adapun sebelumnya, Bukit Algoritma Sukabumi bakal dibangun dengan konsep hampir semirip mungkin dengan Silicon Valley di Amrik sana.
Nikolas mengatakan pengembangan KEK Sukabumi atau Silicon Valley Sukabumi ini merupakan upaya mengoptimalisasi bonus demografi Indonesia menjelang tahun 2045. Saat itulah, persaingan antar-negara bakal kian sengit dalam hal produktivitas SDM, terutama di sektor digital. Kebijakan pemerintah yang mendukung digital hub, termasuk pengembangan Bukit Algoritma Sukabumi, juga berkaitan dengan mitigasi middle income trap.
editor’s picks:
Wow, PSSI bangun soccer camp di Cikidang, 5 fakta gen XYZ Sukabumi mesti tahu
300 investor rebutan proyek di Jabar termasuk KEK Cikidang, 5 info Gen XYZ Sukabumi mesti tahu
Pertama di Indonesia, jalur maut Cikidang Sukabumi dipasang road barrier, cek kuy fungsinya
[3] Rp18 Triliun, seluas 888 hektare, diminati investor internasional
FYI nih Gaess, dalam tahap awal pembangunannya, megaproyek Bukit Algoritma diprediksi akan menghabiskan anggaran sebesar hampir 1 miliar euro atau sekira Rp18 triliun. Dalam penjelasannya, dana yang akan digunakan untuk peningkatan kualitas ekonomi 4.0, peningkatan pendidikan dan penciptaan pusat riset dan development, serta meningkatkan sektor pariwisata kawasan.
Bukit Alogaritma tidak berdiri di atas lahan kosong. Megaproyek ini akan berdiri di atas lahan seluas 888 hektare milik PT Bintang Raya Lokalestari. Dalam laporan Dewan Nasional KEK tahun 2018, perusahaan itu tercatat mengusulkan tanah tersebut untuk menjadi KEK Sukabumi dengan kegiatan utamanya: pariwisata, fusi sains dan teknologi.
“Proyek di atas lahan seluas 888 hektare yang berlokasi di Cikidang dan Cibadak Sukabumi, perseroan dipercaya sebagai mitra pembangunan Bukit Algoritma,” jelas Nikolas Agung, Dirut PT AMKA, seperti dikutip dari Kompas.com, Kamis (08/04/2021).
Nikolas berharap pembangunan tersebut mampu meningkatkan infrastruktur pertumbuhan yang tangguh dan berkelanjutan. “Sebagai salah satu alat dukung penuh pemerintah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional (PEN),” ujar doi.
Megaproyek ini terbagi menjadi tiga tahap dengan masa pengerjaan tiga tahun untuk fase pertama, tiga tahun untuk fase kedua, dan lima tahun untuk fase ketiga. Pembangunan proyek pada fase pertama akan merampungkan kawasan seluas 353 hektare. Rencananya, groundbreaking atau pelatakan batu pertama digelar pada Mei 2021.
“Pembangunan tahap pertama 335 hektare untuk infrastruktur dasar, taman science, taman pusat kesehatan, pusat pengembangan pangan dan gizi, penginapan, pusat kebugaran, plaza edutainment di tiga tahun pertama,” kata Budiman Sudjatmiko dikutip dari CNBC Indonesia, Senin (12/4/2021).
Untuk tahap awal proyek ini bisa memakan biaya investasi sebesar Rp18 triliun yang diperoleh dari dana swasta murni baik dari investor dalam negeri maupun luar negeri. Peminat mulai dari negara timur tengah, Eropa, maupun Amerika Utara. “Investasi dari murni swasta, Komitmen baru dapat dari satu negara di Amerika Utara,” jelas doi lagi.
Setelah tahap pertama selesai dibangun, Bukit Algoritma akan mulai beroperasi. Kelak di kawasan ini akan berdiri pusat sains, theme park, pusat kesehatan, pusat pertanian untuk makanan dan gizi, pusat kebugaran, serta plaza inovasi. Ada pula health center atau pusat kesehatan yang dibangun seperti medical city.
Proyek ini disebut menjadi mimpi jangka panjang. Untuk tahap pertama selama tiga tahun, PT AMKA menjadi mitra kepercayaan untuk membangun infrastruktur, termasuk akses jalan raya, fasilitas air bersih, pembangkit listrik, gedung konvensi, dan fasilitas lainnya.

[4] Butuh waktu 11 tahun

Butuh waktu selama 11 tahun untuk menyelesaikan konstruksi megaproyek Bukit Algoritma ini Gaess, dan KEK untuk pengembangan teknologi tersebut akan dimulai Mei tahun ini.
Budiman menjelaskan, roadmap pembangunan kawasan itu akan dibangun science park, gedung penelitian yang akan disewakan untuk teknologi kuantum dan kecerdasan buatan, rekayasa nano untuk teknologi bangunan, penelitian otak dan rekayasa genetika, produksi obat -obatan. Juga bangunan riset untuk komponen semikonduktor, pabrikasi otak komputer, juga energy storage berbentuk baterai.
[5] Ridwan Kamil kritisi Bukit Algoritma di Sukabumi

Rencana pembangunan pusat riset Bukit Algoritma di Kabupaten Sukabumi dengan konsep meniru Silicon Valley dikritisi Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil. Emil mengingatkan agar megaproyek itu gak cuma sekadar gimik atau alat menarik perhatian semata.
Menurut doi nih Gaess, kawasan Silicon Valley di Santa Clara Valley, bagian selatan Bay Area, San Fransisco bisa berkembang baik karena memiliki tiga faktor pendukung utama, yakni berkumpulnya universitas yang di dalamnya terdapat periset, lalu industri pendukung yang mendukung inovasi, serta ada institusi finansial.
“Kalau tiga poin tadi tidak hadir dalam satu titik, yang namanya istilah Silicon Valley itu hanya gimmick branding saja,” kata Emil dikutip dari Merdeka.com, Senin (12/4)/2021).
Namun begitu, Emil mengaku mendukung gagasan untuk mendirikan pusat riset di Indonesia. Namun doi mengingatkan agar pihak-pihak yang ingin merealisasikan proyek itu harus memikirkan tiga komponen utama tersebut dengan matang.
Emil juga meminta pengembang berhati-hati menggunakan istilah “Silicon Valley”. “Tapi kalau bisa membuktikan tiga komponen itu hadir, ada universitas riset, ada industri yang mengambil riset jadi barang atau jadi inovasi, dan ada pembiayaannya atau angel investor,” kata dia.
“Niatnya saya respons, saya dukung, tapi hati-hati kepada semua orang yang dikit-dikit bilang mau bikin Silicon Valley,” ucap Emil.
Bener juga Kang Emil ya Gaess, millenial Sukabumi pasti mendukung dong. Tetapi tentu sama berharap megaproyek tersebut gak cuma dijadiin gimik semata.
Nah, menjawab kritik Emil, Budiman Sudjatmiko meyakinkan jika pembangunan Bukit Algoritma di Sukabumi gak sekadar gimik. Menurut doi, dalam perencanaan proyek tersebut akan mengintegrasikan kawasan riset dan industri. “Kami sudah pikirkan ada education center,” ujar Budiman dikutip dari Tempo, Rabu (14/4/2021).
Doi juga mengklaim jika PT Kiniku Nusa Kreasi dan PT Bintang Raya Lokalestari sebagai perusahaan yang membentuk KSO atau kerja sama operasional telah meneken nota kesepahaman (MoU) dengan tiga kampus ternama Gaess. Ketiga kampus itu ialah Institut Pertanian Bogor (IPB), Institut Teknologi Bandung (ITB), dan Universitas Padjadjaran (Unpad).
Diklaim doi, sejak 2018 lalu PT Bintang Raya Lolalestari sudah getol mengajak kerja sama dua perguruan tinggi ternama di Jawa Barat itu. Unpad ditunjuk sebagai mitra Agro Health Ecopark, sedangkan ITB sebagai mitra NBIC (Nanotechnology, Biotechnology, Information Technology dan Cognitive Science) Innovation Park, dan IPB akan mengerjakan riset-riset yang berhubungan dengan pertanian. “Kami sudah alokasikan 25 hektare untuk masing-masing kampus itu, untuk riset dan lain-lain,” tutur doi.

[dari berbagai sumber]