sukabumixyz.com – Era digital ditandai adanya perubahan besar-besaran di berbagai bidang. Generasi muda, termasuk di Sukabumi, berbondong-bondong membangun perusahaan rintisan atau startup.
Meski tidak mudah, beberapa anak muda Indonesia sukses mendirikan perusahaan rintisan mereka dan mengembangkannya hingga menjadi besar.
Nah Gaess, slah satunya ada di Kabupaten Sukabumi, tepatnya di Kampung Sukarame, Desa/Kecamatan Parakansalak, terdapat perusahaan startup game online dengan nama Trimatra Studio.
Menurut salah satu Founder Trimatra Studio Ardi Rudini, mereka mengeluarkan kocek sebesar Rp300 ribu sebagai modal awal yang digunakan untuk membelian akun platform game. Dari modal yang mereka keluarkan tersebut, saat ini Trimatra Studio meraup omset US$4.888 atau setara dengan Rp70 juta setiap bulannya.
Keseriusan Trimatra Studio dalam menjaga kelangsungan usahanya ditunjukkan dengan merekrut tujuh orang karyawan.
Apa sih yang mereka bikin? Simak kuy lima faktanya seperti diberitakan oleh sukabumiheadlines.com:
[1] Digawangi dua remaja kembar yatim
Kerennya nih Gaess, Trimatra Studio digawangi oleh dua remaja kembar anak yatim yang bernama Ardi Rudini dan Aldi Rusdi. Kedua remaja kembar tersebut baru berusia 21 tahun, anak dari pasangan Eros Rusmiati (46) seorang penjahit rumahan dan almarhum Supatono (60). Mereka adalah anak kedua dan ketiga, dan memiliki seorang kakak perempuan bernama Maya Novitasari (29).
Ardi dan Aldi merintis startup semenjak duduk di bangku kelas dua SMA Parakansalak. Keduanya kini tercatat sebagai mahasiswa semester enam di salah satu perguruan tinggi di Jakarta.
editor’s picks:
38 anak di Sukabumi kecanduan game online, 5 fakta ortu mesti waspada
Roblox, game online anak tembus 90 juta user, 5 fakta gamer Sukabumi sudah tahu?
Orang tua di Sukabumi wajib tahu, ini dia 5 karakter Gen Z atau iGeneration

[2] Belajar secara otodidak
Ardi dan Aldi mengaku tidak memiliki basic membuat game. Namun, mereka mencoba mengikuti tutorial dari YouTube.
“Sejak SMA saya dengan saudara kembar saya mencoba belajar membuat game dengan cara melihat tutorial melalui YouTube, kebetulan ada satu laptop yang digunakan untuk berdua. Kemudian, pada tahun 2018 ada perlombaan IT antar SMA se-Jawa Barat, di mana salah satu kategorinya tentang game development. Kami berdua memutuskan untuk mengikuti lomba tersebut. Game yang kami buat saat itu adalah “gamelanku”, game gamelan virtual. Meskipun kami dari SMA dan tidak ada pelajaran khusus mengenai game development, tapi alhamdulillah berhasil mendapatkan juara pertama bersaing dengan sekolah-sekolah menengah kejuruan seluruh Jawa Barat,” Ardi, Rabu (12/1/2022).
“Sejak saat itu, kami lebih sering belajar dan membuat game-game kecil sampai lulus SMA,” tambah dia.
[3] Genre game karya Trimatra Studio
Menurut Ardi, meskipun mereka belajar mendevelop game secara otodidak, namun hingga kini sudah puluhan game berhasil mereka buat. “Dari awal belajar mendevelop game kami belajar secara otodidak melalui YouTube kerena memang tidak ada mentor yang mengajarkan kami,” katanya.
“Ada 20 game yang sudah kami buat dan sebagian besar gamenya bergenre video seluler dan mungkin game yang kami rasa cukup kami banggakan, adalah Gamelanku karena game tersebut mengenalkan alat musik gamelan Sunda melalui platform mobile. Game-game kami pasarkan melalui platform Google Play dan Apple AppStore. Sedangkan beberapa game yang kami jual dirilis oleh publisher,” jelasnya.
[4] Diterima publisher lokal
Setelah lulus SMA, remaja kembar ini melanjutkan keahliannya membuat game, dan mencoba menawarkan hasil game karyanya ke salah satu publisher game lokal.
“Semenjak selesai SMA kami tetap meneruskan keahlian kami dalam membuat game, dari situ kami mencoba menghubungi publisher company game lokal dari Indonesia yang kami dapat dari group developer, untuk menawarkan game yang kami buat. Alhamdulilah, mereka menyukai game-game yang kami buat. Kurang lebih satu tahun kami menjalin relasi dengan publisher tersebut dan hingga kini sudah menjual kurang lebih sepuluh game kepada mereka,” tambah Founder Trimatra Studio itu.
[5] Diterima publisher Prancis
Nah, ini yang keren Gaess, pada akhir tahun 2020 mereka menawarkan hasil karyanya ke perusahaan publisher luar negeri, alhasil publisher dari luar negeri itu menerima game karya mereka.
“Di akhir tahun 2020 kami mencoba menghubungi salah satu publisher game dari Prancis, dan alhamdulillah mereka menerima kami sebagai salah satu developer mereka. Sejak saat itu, kami rutin melakukan meeting setiap minggu dan merilis game-game yang kami buat,” pungkas Ardi.
Keren kan Gaess. Ayo giliran kamu berkarya.