Bupati didesak meniadakan toll gate wisata.
Protes keberadaan toll gate wisata datang dari berbagai kalangan. “….kahayang teh objek wisata laut kidul itu bener-bener dikelola dengan baik dari soal kebersihana keamanana pelayanana termasuk juga soal parkir ulah sangeunahna asal-asalan parkir mahal ngaleuwih tina aturan perda parkir soal jajan oge maen ngabeletax nekean kahulu para wisatawan, hayo deui ayeun aya duit Toll Gate alias duit Toll-Tolol tea…” tulis pemilik akun Facebook Rudi Suparman. Ngeri ya, Gaess!
Nah lho, ternyata keberadaan toll gate wisata itu sendiri mendapat perhatian khusus Ketua Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Sukabumi Abdullah Masyhudi, selain pengelolaan sektor pariwisata yang dinilai tidak profesional.
Kepada sukabumiXYZ.com, Abdullah memberi lima catatan untuk Bupati Sukabumi terkait keberadaan toll gate wisata tersebut, seperti diangkapkan pada Sabtu (16/6/2018) malam:
1. Tidak serius mengelola sektor pariwisata
Pemerintah Kabupaten Sukabumi tidak optimal dalam mempersiapkan arus kunjungan wisatawan pada musim liburan Lebaran tahun ini. “Padatnya wisatawan pada saat liburan panjang ini kan harusnya bisa diprediksi dan diantisipasi. Lalu lintas kendaraan dipastikan padat, seharusnya tidak ada pedagang kaki lima yang berjualan di trotoar, karena akan semakin memperparah kemacetan lalu lintas,” tegasnya.
BACA JUGA: Hari kedua Lebaran, 5 lokasi wisata di Kabupaten Sukabumi sudah dipadati pengunjung
2. Toll gate menghambat arus lalu lintas
Pendirian toll gate wisata di ruas jalan yang menjadi akses lalu lintas publik akan menghambat arus transportasi. “Di jalur utara saja kan wisatawan sudah berjam-jam terjebak kemacetan. Harusnya tidak perlu lagi ditambah saat wisatawan sudah sampai di lokasi wisata tujuan. Mereka sudah lelah di perjalanan, tidak perlu lagi dihadapkan dengan kemacetan hanya karena keberadaan toll gate.”
3. Toll gate wisata sudah ketinggalan zaman
Tata kelola toll gate tidak efektif mengurai antrian kendaraan di pintu masuk daerah wisata. Karenanya, Abdullah mendesak agar Bupati Sukabumi meniadakan keberadaan toll gate wisata tersebut.
“Sekarang era digital, kenapa tidak dengan e-money? Saat ini sudah banyak warga memiliki e-money, karena trennya semakin diterima masyarakat. Tapi ini masih manual, sehingga terkesan tidak profesional. Jadi, daripada menambah keruwetan kondisi lalu lintas dan banyak menuai protes wisatawan, lebih baik jika bupati meniadakan saja keberadaan toll gate wisata tersebut, karena akan merusak citra dunia pariwisata di Kabupaten Sukabumi,” kata Abdullah.
BACA JUGA: Gaess, ini lho 5 fakta dan mitos Gunung Salak Sukabumi yang wajib kamu tahu
4. Parkir liar
Pemerintah Daerah Kabupaten Sukabumi dalam melakukan pengelolaan pariwisata juga dinilai Abdullah tidak serius.
“Musim libur Lebaran seperti saat ini kan seharusnya sudah bisa diantisipasi soal keberadaan parkir liar yang kerap memaksa para wisatawan membayar dengan nominal yang lumayan besar. Tetapi nyatanya tahun ini hal tersebut kembali muncul. Kami sangat menyayangkan hal tersebut, terkesan tidak pernah melakukan evaluasi.”
5. Harus transparan
Abdullah juga meminta Dinas Pariwisata untuk transparan membuka pendapatannya kepada publik, jika keberadaan toll gate tetap dipertahankan.
“Saya kira setiap tahun nilainya fantastis. Ini kan ironis. Sementara kami melihat, pengelolaan pariwisata ini tidak ada peningkatan signifikan. Terlebih lokasi toll gate di Palabuhanratu yang menjadi Ibukota sekaligus salah satu ikon pariwisata Kabupaten Sukabumi. Bahkan Palabuhanratu kan masuk dalam cakupan kawasan Geopark Ciletuh yang baru saja diakui badan duni UNESCO,” tandasnya.
Gimana, Gaess? kamu setuju dengan GMNI Sukabumi kan?