Tahun depan ada pilpres dan pileg (DPRD I, DPRD II, dan DPR RI), sosmed pun hiruk pikuk dengan politik!
Tahun 2018 ini bisa disebut tahun politik. Puncaknya nanti tahun 2019, di mana 16 partai politik (parpol) dipastikan akan segera beradu dalam “perlombaan politik” yang rutin diadakan setiap 5 tahun sekali. Ribuan caleg dari tingkat daerah sampai pusat akan saling sikut berebut suara.
Dukung mendukung capres/cawapres pun sudah mulai terasa dari sekarang. Buat kaum milenial yang tidak suka politik pasti risih membaca linimasa. Tapi, baiknya kaum milenial tidak boleh golput, harus memilih. Apa sebab? Karena nasib bangsa ini tergantung pada pilihan lima tahun sekali ini.
Soal hiruk pikuk di sosmed, ya ditanggapi santai saja. Tak perlu terpancing emosi. Ini lima hal yang milenial mesti perhatikan menjelang pilpres dan pileg tahun depan.
1. Pahami esensi pilpres dan pileg
Milenial pastinya banyak yang menjadi pemilih pemula. Ada beberapa hal yang perlu dicermati. Ingat, memilih calon pemimpin dan calon ‘wakil’ suara kita di gedung-gedung megah negara kebanggaan bersama tidak sembarang pilih seperti mix-match fesyen di pusat perbelanjaan.
Pilihlah sesuai dengan akal sehat. Cari tahu kapasitas dan kapabilitas para calon yang bersaing. Jangan lupa pertimbangkan rekam jejak mereka dalam kepemimpinannya. Jangan gunakan cocokologi lagi, ya, palagi sampai mengacak alia spilih kancing. Nasib bangsamu tergantung pada pilihanmu. Carilah tahu dulu, ada banyak medianya. Hari gini gitu, lho.
2. Jangan sampai termakan hoax atau kampanye hitam
Medsos sudah sedemikian rupa kecanggihannya, dan berapa jam di setiap harinya kaum milenial gunakan waktu untuk melihat update status, meng-RT tweet yang lucu, maupun mengakses informasi lewat mbah Google.
Namun kelihaian penggunaan gawai tidak disertai dengan kecerdasan dalam penggunaannya. Munculnya berita yang hoax, menjadi hal yang biasa kita jumpai. Pemberitaan yang cenderung melakukan framing terhadap tokoh tertentu. Oleh karena itu, di manapun pergaulan yang kita lakukan, bijaklah menggunakan WhatsApp, Facebook, dan Twitter. Kroscek setiap informasi yang kita dapatkan. Jangan ditelan mentah-mentah.
3. Boleh jagokan idola masing-masing, tapi…
Banyaknya berita bohong alias hoax, membuat iklim dunia maya seringkali memanas. Makanya tak jarang perdebatan dalam kolom-kolom komentar Facebook, timeline Twitter, atau bahkan di grup-grup WA berujung dengan saling hujat.
Malas banget kan. Sebaiknya, minimalkan penggunaan kata salah dan benar krena di zaman now kebenaran dapat menjadi bias, di mana setiap orang mencari benarnya sendiri atau dengan kata lain pembenaran.
Bolehlah berkampanye dengan media-media yang ada dengan selalu mengedepankan objektivitas. Asal jangan suka “menang sendiri,” ya.
4. Katakan tidak pada isu SARA
Generasi milenial adalah generasi yang cerdas dan isu SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan) bukanlah gambaran generasi yang cerdas. Kalau masih ada kaum milenial yang gandrung sam isu SARA mesti dipertanyakan kecerdasannya tuh.
Riuhnya Pilpres 2014 dan Pilkada DKI tahun lalu yang kerap diwarnai isu SARA. Jangan sampai isu itu menjadi pemecah belah lagi di tahun 2019 nanti ya, Gaess. Say no to rasicm!
5. Harus bisa menhana diri, tak memperkeruh suasana
Dewasalah dalam bersosmed Gaess. Sikap terbaik adalah menahan diri, tidak memperkeruh suasana. Ah, orang lain juga nyinyir. Berbanggalah jika kamu bisa menahan diri, sesungguhnya kamu adalah orang yang lebih baik dibandingkan mereka, kan. Kesadaran menahan diri ini yang susah tapi harus dicoba terus menerus.
Akhirnya, selamat menghadapi tahun politik 2018-2019 ya, Gaess. Mudah-mudahan kita terus berada dalam persatuan di tengah keberagaman. Amiin! (dari berbagi sumber)