Yakin kepercayaan dirimu dalam hubungan tidak sedang hilang?
Zaman sekarang, apa sih yang tidak disebar ke medsos? Mulai dari bangun tidur, makan, sampai mau tidur lagi, semuanya di-update di medsos.
Nah, netizen Sukabumi pasti sering melihat postingan pasangan yang sering pamer kemesraan media sosial (medsos) ya, Gaess. Entah apa tujuannya. Namun, apakah menurutmu mereka benar-benar bahagia? Atau sekadar ilusi semata agar likes bertambah?
Berikut lima alasan 5 alasan netizen Sukabumi yang sering pamer kemesraan di medsos tidak benar-benar bahagia, berdasarkan hasil penelitian para ahli.
1. Mereka tidak benar-benar bahagia
Berdasarkan survei, pasangan-pasangan “Facebook official” menganggap hubungan mereka lebih bagus dengan menunjukkan keintiman mereka di Facebook, dibanding yang tidak,” kata Seidman dikutip dari psychologytoday.
Benarkah demikian? Untuk menguji korelasi tersebut, Lydia Emery peneliti psikologi sosial dari department of psychology, Northwestern University dan rekan-rekan dari beberapa kampus seperti University of Toronto Mississauga, University of Pennsylvania, dan Haverford College melakukan studi, dengan memeriksa profil-profil Facebook 108 pasangan atau 216 responden heteroseksual. Selain meneliti halaman Facebook masing-masing pasangan, Emery dan kawan-kawan melemparkan beberapa pertanyaan untuk dijawab bersama pasangan.
Penelitian yang dipublikasikan pada Journal of The International Association for Relationship Research tersebut menunjukkan, secara umum upaya pasangan memamerkan hubungan di medsos merupakan pilihan untuk menjadi lebih bahagia. Bagi kelompok ini, unggahan foto mesra di Facebook merupakan bentuk pembuktian terhadap hubungan mereka baik-baik saja.
Namun, temuan ini menyimpulkan mereka yang tidak berperilaku mesra di medsos seperti Facebook, bukan berarti nggak bahagia. Setiap pasangan mempunyai cara sendiri menggambarkan hubungan mereka.
Dalam tulisan yang berjudul Can You Tell That I’m in a Relationship? Attachment and Relationship Visibility on Facebook yang dipublikasikan dalam Personality and Social Psychology Bulletin, Emery menyoroti bagaimana pasangan menggambarkan diri mereka kepada orang lain.
Ia mengatakan, sejumlah pasangan mempunyai kecenderungan menutupi ketidaknyamanan mereka soal hubungan yang sebenarnya dengan mengunggah kemesraan di medsos. Individu yang cemas memiliki keinginan untuk terus menerus menunjukkan penampakan hubungannya. Hal tersebut dibuktikan Emery setelah meneliti 108 pasangan untuk berpartisipasi dalam studinya.
“Setiap hari, ketika orang merasa tidak aman atau merasa insecure dengan pasangan mereka, mereka cenderung membuat hubungan mereka lebih terlihat orang lain,” tulis Emery.
Pasangan dalam studi ini percaya bahwa respons likes dan komentar yang meyakinkan dari teman atau kerabat tentang hubungan mereka bisa menjadi pengalihan dari rasa tertekan dan kecemasan yang tengah mereka derita.
Nikki Goldstein, seorang seksolog dan relationship dari Australia, bersepakat dengan kecenderungan tersebut. Ia mengatakan, pasangan yang paling banyak berbagi di medsos sering hanya mencari validasi hubungan mereka dari orang lain.
“Seringkali orang-orang itu hanya mencari validasi atas hubungan mereka di depan teman-teman media sosial. Likes dan komentar dalam medsos tersebut mereka anggap sebagai bentuk validasi. Kebanyakan pasangan yang bersemangat berfoto dan buru-terburu mengunggah di media sosial biasanya kehilangan kebersamaan dengan pasangan,” tambah Goldstein dikutip dari The Atlantic.
2. Dinilai sebagai sosok labil
Pada temuan penelitian lain, pasangan yang memiliki hubungan erat satu sama lain tidak akan mengumbar segalanya di medsos. Penelitian yang melakukan uji dengan akun Facebook ini, juga menunjukkan bahwa depresi dan mental yang kurang sehat. Jadi, jangan heran ya, kalau penggunaan medsos berlebihan ada pengaruh dan dampak negatif pada hubungan antar pribadi penggunanya.
Selebihnya, netizen Sukabumi yang benar-benar bahagia, tidak memerlukan pengakuan dari warganet. Karena pasangan yang suka pamer kemesraan di medsos cenderung mengisyaratkan bahwa mereka butuh “pengakuan” dari orang lain. Berbeda dari mereka yang jarang melakukannya.
Mereka tidak akan memperlihatkan pasangan satu sama lain untuk membuktikan pada dunia kalau mereka bahagia. Bagi mereka, bahagia tidak didapatkan di ranah publik, dan tidak melulu harus posting untuk menunjukkan bahwa mereka benar-benar saling mencintai.
Kamu gak mau bukan dinilai sebagai sosok yang masih labil? Sosok yang emosinya masih belum terkontrol dengan baik. Hari ini pamer kemesraan, kemudian besok atau seminggu kemudian ngomel-ngomel terhadap pasangan.
BACA JUGA:
Kalau Gen YZ Sukabumi udah mirip 5 ciri ini, berarti pemalas akut
Netizen Sukabumi jangan bilang McGregor Garang kalau belum lihat 5 foto ini
Gaess, katanya 5 wanita ini paling cantik sejagat, gen Y Sukabumi setuju?
3. Menunjukkan hubungan yang jauh dari nyaman
Hubungan yang sudah masuk level nyaman, seharusnya tak perlu disuarakan dengan lantang. Cukup kamu dan dia saja yang menikmatinya. Orang lain tak perlu tahu betapa bahagianya kamu mendapat kejutan darinya yang tiba-tiba muncul di depan rumah membawakan makanan favoritmu. Momen ini akan tetap berharga jika dinikmati berdua, tanpa perlu dibagi kepada orang lain yang bahkan mungkin tak kamu kenal di medsos.
Kenyamanan seharusnya membuatmu menikmati setiap detik waktu yang dihabiskan bersamanya. Lalu melupakan segala usaha untuk mem-posting apa yang sedang kalian lakukan. Jika saat sedang bersama kamu masih terus fokus dengan media sosial milikmu, sepertinya kenyamanan yang kalian miliki hanyalah semu.
4. Yakin kepercayaan dirimu dalam hubungan tidak sedang hilang?
Kalau setiap momen harus netizen Sukabumi bagikan di dunia maya, justru menunjukkan kepercayaan diri yang hilang. Bukannya dianggap sebagai pasangan romantis saat kalian pamer sana-sini, tapi justru kepercayaan dirimu dipertanyakan. “Kenapa harus pamer kemesraan setiap saat? Apa yang kamu dapatkan disitu? Sebagai pembuktian cinta atau memamerkan kamu sudah ada yang punya?”
Seolah kamu ingin menjaga pasanganmu, biar tak ada orang ketiga. Ingin mengabarkan pada dunia bahwa dia adalah milikmu dan jangan sampai ada yang mengambilnya darimu. Kamu tak lagi percaya pada dirimu sendiri. Seakan kalau tidak diumbar di media sosial, dia bisa saja berpaling pada yang lain dan meninggalkanmu begitu saja.
Ada krisis kepercayaan yang sedang terjadi dalam hubunganmu. Mengumbar kemesraan di media sosial yang terlalu sering bukan lagi murni karena kamu ingin membagikan momen bahagia, tapi hanya untuk menjaganya agar tak digoda.
5. Pasangan bahagia, tidak ada waktu untuk update terus menerus
Tidak masalah kalau sekali atau dua kali netizen Sukabumi mem-posting kebahagiaan kamu dan pasangan di medsos. Tapi kalau terus menerus, bagaimana meresapi kebahagiaan yang ada? Wajar, jika ingin berbagi atau menunjukan rasa bahagia sesekali kepada orang lain. Tetapi, pasangan yang benar bahagia, akan saling menghargai satu sama lain dan tidak akan mengorbankan waktunya untuk update di medsos.
Setelah ditelisik dari riset dan beberapa alasan rasional di atas, pasangan yang rajin pamer foto mesra di medsos ini mungkin saja benar bahagia, tapi bisa saja rasa bahagia ini muncul pada saat likes bertambah banyak atau adanya pujian “relationship goals” pada postingan mereka.
Sedangkan hubungan yang sebenarnya? Belum tentu sebahagia kelihatannya. Lagipula, medsos tidak bisa dijadikan tolok ukur kebahagiaan dua manusia. Maka dari itu, mulai hargailah waktu dan privasi bersama pasanganmu, dan sejatinya kebahagiaan yang hakiki tidak didapat pada medsos. (dari berbagai sumber)