Gunung Salak punya karakteristik ancaman pengumpulan gas beracun yang harus diwaspadai!
Jadi Gengs, saat kita mendengar atau membaca peringatan bencana dari badan seperti Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) atau Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), bukan lantas kita menjadi kalang kabut lalu menyebar hoax, ya. Peringatan itu ditujukan agar kita menjadi waspada dan kewaspadaan itu insya Allah akan membawa kita pada keselamatan.
Nah, seperti kabar dua gunung (Salak dan Gede) yang mengapit Sukabumi dengan berstatus di atas normal alias waspada, kita tak perlu panik. Carilah informasi yang benar dan valid, agar kita bisa mengenali bahaya secara dini dan meningkatkan kewaspadaan.
Berikut lima info yang gen XYZ mesti aware perihal peringatan PVMBG ini.
[1] Sebanyak 20 gunung di Indonesia naik status
PVMBG baru-baru ini merilis kabar bahwa ada sebanyak 20 gunung api di Indonesia yang aktivitasnya naik menjadi di atas normal. Nah, dua di antaranya berada di wilayah Kabupaten Sukabumi, yaitu Gunung Gede dan Gunung Salak.
Seperti dilansir dari tempo.co, dari 20 gunung api di Indonesia yang aktivitasnya di atas normal, satu di berstatus Awas, dua Siaga, dan sisanya 17 gunung adalah Waspada. “Yang Awas itu Gunung Sinabung, dan Siaga itu Gunung Agung dan Gunung Soputan,” kata Kepala Sub-Bidang Mitigasi Gunung Api Wilayah Barat PVMBG, Kristianto.
“Seperti Gunung Tangkubanparahu, Dieng, Papandayan, Gede, dan Bromo, kita sudah memberikan arahan untuk tetap berhati-hati dan berkoordinasi dengan kami di PVMBG atau di Pos Pengamatan Gunung Api yang stand-by memberikan informasi,”
Kristianto
[2] Salak dan Gede statusnya waspada
Gunung Gede dan Gunung Salak di Kabupaten Sukabumi termasuk yang berstatus waspada. Peringatan ini dikeluarkan agar meningkatkan kewasapdaan mengingat kedua gunung kerap menjadi tujuan wisata seperti saat ini jelang libur Natal dan Tahun Baru. Oleh karena itu, PVMBG mengaku telah berkoordinasi dengan pengelola daerah wisata di lokasi gunung api yang menjadi tujuan wisata, termasuk Salak dan Gede.
“Seperti Gunung Tangkubanparahu, Dieng, Papandayan, Gede, dan Bromo, kita sudah memberikan arahan untuk tetap berhati-hati dan berkoordinasi dengan kami di PVMBG atau di Pos Pengamatan Gunung Api yang stand-by memberikan informasi,” kata Kristianto.
editor’s picks:
- Gaess, ini lho 5 fakta dan mitos Gunung Salak Sukabumi yang wajib kamu tahu
- 5 fakta legenda Embah Salak buat millenial Sukabumi yang suka naik gunung
- DVAAC Australia: Kabar Gunung Salak erupsi, 5 fakta warga Sukabumi mesti aware
[3] Ragam karakteristik ancaman gunung api
FYI nih ya Gengs, gunung-gunung api di Indonesia mempunyai karakteristik keaktifan yang berbeda-beda. Hal itu diungkapkan Kristianto seraya memberi contoh, beberapa gunung api mengeluarkan letusan nyaris tanpa tanda-tanda. “Bukan tidak ada prekursor (gejala awal), tapi prekursornya pendek. Dan tidak terlalu signifikan,” ujarnya.
Karakteristik gunung api seperti itu Kris mencontohkan, di antaranya Gunung Tangkubanparahu dan Papandayan. Sementara untuk Gunung Salak, lanjut Kris, punya karakteristik ancaman yang berbeda. “Terutama pada pengumpulan gas beracun yang harus diwaspadai. Terutama pada saat cuaca mendung, hujan, dan jangan masuk ke kawahnya,” tandasnya.
So, hati-hati kalian yang mau naik Gunung Salak atau Gede ya!
[4] Sepanjang 2018, terjadi ribuan gempa di Gunung Salak
Terlepas dari kondisi terkini Gunung Salak, kabar sekitar bulan November lalu dari PVMBG terungkap bahwa di Gunung Salak telah terjadi ribuan kali gempa di sepanjang tahun 2018. Maka tidak berlebihan jika dikatakan Gung Salak bisa ’’terbangun’’ dari tidur panjangnya kapan saja. “Ancaman (meletus) tetap saja ada. Makanya pemantauan terus kami lakukan,” ujar Kristianto.
Secara geologis, Gunung Salak merupakan gunung api purba yang terdiri dari beberapa puncak. Puncak tertinggi Gunung Salak atau yang sering disebut sebagai Puncak Salak I memiliki ketinggian puncak 2.211 meter di atas permukaan laut (Mdpl). Aktivitas vulkanik di Gunung Salak termasuk dalam kategori Stratovolcano tipe A (gunung yang menunjukan aktivitasnya sejak tahun 1.600).
Kini, tercatat ada beberapa kawah aktif di puncak Gunung Salak, yaitu kawah terbesar yang diberi nama Kawah Ratu, lalu Kawah Cikaluwung Putri dan Kawah Hirup yang menjadi bagian juga dari sistem vulkanis Kawah Ratu.
[5] Gunung Salak tertidur pulas selama 319 tahun lamanya
Sebagai pengingat, abu hitam pernah menyembur setinggi 50 ribu kaki dari puncak Gunung Salak pada 5 Januari, 319 tahun silam, tepatnya tahun 1699. Letusan di akhir abad 16 itu pun membawa kerusakan masif di sepanjang Bogor hingga Batavia (sekarang Jakarta).
Letusan itu juga menutupi atmosfer di atas wilayah Bogor dan Sukabumi. Mengalirkan aliran lahar dan material vulkanik seperti batu-batuan melalui Sungai Cisadane dan Ciliwung hingga ke Teluk Jakarta. Peristiwan besar itu tercatat dalam data dasar Gunung Api Indonesia (Edisi Kedua).
Lalu ada letusan Gunung Salak berikutnya terjadi tak lebih dari seabad setelah letusan pertama, yaitu pada 1761 dan 1780. Namun, dua letusan di abad ke-17 itu tak memiliki skala letusan yang besar seperti letusan pertama. Dan terakhir, Gunung Salak meletupkan aktivitas vulkanisnya pada 1938 berupa erupsi freatik yang terjadi di kawah Cikuluwung Putri.
Kini, Gunung Salak masih menyandang status sebagai Gunung Api aktif. Selama ratusan tahun sejak letusan hebat 1699 Gunung Salak (319 tahun tepatnya) masih terlelap. Namun, bukan berarti kewaspadaan kita dikendorkan ya, Gaess!
(dari berbagai sumber)