Penderita DBD yang meninggal adalah warga Kecamatan Lembursitu, Kota Sukabumi.
Selain berdampak pada bencana longsor dan banjir, musim penghujan juga berdampak pada peningkatan jumlah kasus demam berdarah dengue (DBD) di Sukabumi. Banyaknya genangan air dan kondisi lingkungan dengan sanitasi yang buruk, membuat nyamuk Aedes aegypti berkembang biak secara berlipat-lipat.
Kabarnya, kini kasus DBD di Sukabumi sudah mencapai 31 kasus dan salah satu penderita meninggal. Wajar saja jika Sukabumi kemudian berstatus awas DBD! Berikut lima info perihal kasus DBD gen XYZ Sukabumi mesti aware!
1. Januari saja, ada 31 kasus DBD
Dinas Kesehatan Kota Sukabumi mencatat jumlah kasus DBD bulan Januari 2019 mencapai 31 orang. Dari jumlah itu, Dinkes menyatakan satu orang di antaranya meninggal dunia. “Selama 17 hari pertama di Januari 2019 ditemukan 31 kasus DBD di Sukabumi,” ujar Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kota Sukabumi Lulis Deliawati, Selasa (22 Januari) seperti dikutip dari Antara.
Lulis menambahkan, dari 31 kasus DBD di awal tahun tersebut satu di antaranya meninggal dunia yang merupakan warga Kecamatan Lembursitu, Kota Sukabumi.
2. Peningkatan kasus DBD capai 100 persen
Dikatakan, jumlah tersebut mengalami peningkatan akibat puncak musim hujan yang menyebabkan genangan air yang menjadi tempat berkembang biak nyamuk Aedes aegypti. Selain itu akibat masyarakat yang masih belum memperhatikan masalah kebersihan lingkungan. Menurut Lulis, jumlah 31 kasus DBD menunjukkan adanya peningkatan sebanyak 100 persen dibanding dengan kasus bulan Desember 2018.
Lulis menambahkan, sejumlah daerah di Kota Sukabumi dengan kasus DBD tertinggi meliputi Kelurahan Subangjaya Kecamatan Cikole, Kelurahan Nanggeleng Kecamatan Citamiang, dan Kecamatan Lembursitu.
BACA JUGA: Musim hujan, Sukabumi waspada DBD dan Malaria, ini 5 info warganet mesti tahu
3. Kasus DBD juga meningkat di Kabupaten
Tak hanya di Kota, peningkatan kasus DBD di awal tahun 2019 juga terjadi di Kabupaten Sukabumi. Dilaporkan sejumlah warga di beberapa kecamatan positif dan suspect terkena DBD. ”Siklusnya memang naik di awal tahun, terlebih dengan kondisi musim hujan,” ujar Wakil Supervisor DBD Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sukabumi Joppy JR, Kamis (10 Januari) seperti dikutip dari Antara.
Dua kecamatan yang dilaporkan terdapat kasus DBD, yakni Kecamatan Cikembar dan Cicantayan. Dua daerah ini memang termasuk wilayah endemis DBD dan menjadi perhatian dinkes. Di Cikembar teridentifikasi 10 orang warga yang suspect atau terduga terkena DBD.
Selain di dua kecamatan itu, petugas juga mendapatkan laporan kasus DBD di Selajambe Kecamatan Cisaat dan Jampang Tengah.
4. Sekira 10 warga Gunungguruh derita DBD
Salah satu kasus DBD terbaru adalah di Kecamatan Gunungguruh. Kabarnya 10 warga dinyatakan terserang DBD dan empat di antaranya dinyatakan positif. Semua kasus tersebar di Desa Gunungguruh dan Desa Kebonmanggu.
“Kami masih terus menginventarisir. Namun data yang ada, sampai 21 Januari kemarin tercatat 10 orang yang terserang DBD,” ujar Eri Kustiawan, Petugas Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular (P2PM) Puskesmas Gunungguruh, Senin (21 Januari) seperti dikutip dari pojokjabar.
5. Kenali dan hindari gigitan nyamuk demam berdarah
Nah, bagi kalian gen XYZ Sukabumi, berikut ada beberapa hal yang perlu dilakukan untuk menghindari DBD, dikutip situs kesehatan Medical News Today.
#Pakaian tertutup. Gunakan pakaian tertutup lengan panjang dan celana panjang. Bila perlu mengenakan kaus kaki dan topi. Hal ini dilakukan agar nyamuk tidak bertengger di kulit kalian.
#Krim anti-nyamuk. Penting tak penting, kalian harus mulai mempertimbangkan penggunaan krim anti-nyamuk untuk melindungi kulit dari gigitan nyamuk.
#Kelambu. Meski terasa agak kolot, namun penggunaan kelambu penting untuk membuat nyamuk tak berani mendekat.
#Hindari aroma berlebih. Kalian disarankan untuk tidak terlalu berlebihan menggunakan produk-produk kecantikan beraroma seperti sabun dan parfum yang sangat menarik perhatian nyamuk.
#Mengatasi genangan air. Nyamuk Aedes aegypti berkembang biak di air yang bersih dan tergenang. Memeriksa dan membuang air yang tergenang dapat membantu mengurangi risiko penularan DBD. (dari berbagai sumber)