Sampai Rabu (21 Agustus) dinihari sekira pukul 03.06 WIB Sukabumi masih digoyang gempa berkuakatn 3,9 SR akibat aktivitas Sesar Citarik.
Seperti diberitakan sebelumnya oleh Sukabumixyz.com, Sukabumi diguncang gempa sebanyak tiga kali dalam sehari, tepatnya di hari Senin (19 Agustus). Rangkaian gempa itu disebabkan aktivitas Sesar Citarik yang merupakan bagian dari sesar yang lebih besar, yaitu Sesar Cimandiri.
Nah Gaess, rupanya gempa yang diakibatkan aktivitas Sesar Citarik sudah terjadi sejak sekitar dua minggu lalu dan jumlah mencapai 40an lebih. Memang tak begitu terasa oleh masyarakat Sukabumi karena kekuatannya tak lebih dari 3-4 skala richter (SR). Oleh karena itu, gempa-gempa tersebut dengan gempa pendahuluan atau swarm.
Berikut lima info yang dirangkum Sukabumixyz.com perihal gempa-gempa tersebut yang dirangkum dari berbagai sumber.
[1] Gempa terakhir Rabu (21 Agustus) dinihari
Aktivitas Sesar Citarik masih terus menyebabkan gempa bumi. Pasca tiga kali bencana yang terjadi di hari Senin, gempa kembali terjadi pada dinihari Rabu (21 Agustus) dengan magnitudo 3,9 SR dan kedalaman satu kilometer.
“Pusat gempa bumi terletak pada koordinat 6.77 LS – 106.52 BT, tepatnya berada di darat pada jarak 24 km Barat Laut Kabupaten Sukabumi dengan kedalaman satu kilometer,” kata Kepala Bidang Pusat Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, Tiar Prasetya di Jakarta, seperti dikutip dari Antara (21 Agustus).
[2] Gempa tidak berpotensi tsunami
Tiar Prasetya menambahkan gempa tektonik dangkal tersebut tidak berpotensi tsunami karena terjadi di kedalaman yang dangkal. Adapun berdasarkan laporan dari masyarakat dan peta tingkat guncangan BMKG, gempa dirasakan sampai wilayah Bogor dengan Skala Intensitas II – III MMI.
Skala II MMI artinya getaran dirasakan oleh beberapa orang dan benda-benda ringan yang digantung bergoyang. Sedangkan skala III MMI getaran dirasakan nyata dalam rumah. Terasa getaran seakan-akan ada truk berlalu. Namun hingga saat ini belum ada laporan mengenai kerusakan bangunan sebagai dampak gempabumi tersebut.
3. Ada 43 kali gempa dalam 2 minggu
Fakta yang cukup mengejutkan, ternyata berdasarkan monitoring BMKG terhitung sejak 10 Agustus 2019, Sukabumi telah digoyang sebanyak 43 kali gempa pendahuluan atau yang di kalangan ahli dikenal dengan istilah swarm. Selain itu, Sesar Citarik juga berdampak pada terjadinya tiga aktivitas gempa bumi susulan (aftershock).
Kepada masyarakat diimbau agar tetap tenang dan terus mengikuti informasi dari BMKG, karena BMKG akan terus memantau perkembangan gempa bumi tersebut, ujar dia.
editor’s picks:
[4] Apa itu swarm?
Swarm merupakan gempa-gempa dengan kedalaman dangkal, bahkan sangat dangkal, seperti gempa bermagnitudo 3,9 yang terjadi di Sukabumi pada Rabu (21 Agustus) pukul 03.06 WIB. “Swarm atau gempa-gempa yang kecil pergerakannya, biasanya kedalamannya dangkal dan di darat,” kata Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG Tiar Prasetya.
Tiar menjelaskan, di samping pertemuan tiga lempeng tektonik besar yaitu Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik, wilayah Indonesia juga memiliki lempeng-lempeng kecil atau sesar yang aktif. “Jadi setiap pergerakan sesar itu lalu patah, terjadi gempa maka energi yang dikeluarkan kecil,” kata dia.
[5] Tidak hanya Sesar Citarik yang sedang aktif
Gempa-gempa tersebut menunjukkan bahwa Sesar Citarik dalam kondisi yang aktif saat ini. Rupanya, bukan hanya Sesar Citarik yang sedang aktif saat ini di Indonesia. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan saat ini ada dua sesar yang sedang aktif di Indonesia. Selain Sesar Citarik, Sesar Mamuju di Sulawesi Barat juga dipantau aktif saat ini.
Tiar juga menambahkan, pergerakan sesar sering terjadi dalam waktu-waktu tertentu, bisa sebulan atau dua bulan. Sedangkan untuk terjadi gempa dengan kekuatan besar, menurut dia, membutuhkan waktu yang sangat lama. “Ada beberapa daerah yang aktif pergerakannya banyak gempa kecil dirasakan tetapi tidak terjadi gempa besar,” pungkas Tiar.
[dari berbagai sumber]