Dari mulai Ratu Pantai Selatan sampai Legenda Batu Jolang.
FYI alias for your information alias buat kamu-kamu ketahui Gaess, setiap daerah pasti punya legenda, cerita rakyat, mitologi, atau dongeng khas. Tak terkecuali dengan Sukabumi kita.
Legenda apa sajakah yang ada di daerah kita tercinta ini? Ini lho lima legenda asli Kabupaten Sukabumi!
[1] Legenda Ratu Pantai Selatan
Legenda satu ini Gen Y Sukabumi pasti sudah banyak ngeh. Pelabuanratu (Pantai Selatan) menjadi TKP dari legenda ini. Inna Samudra Beach Hotel bahkan punya kamar khusus yang katanya tempat Ratu Pantai Selatan alias Nyai Roro Kidul bermalam. Hmmm, entah lah Gaess.
Perihal sosok Nyai Roro Kidul sendiri masih diselimuti misteri. Ada banyak versi cerita. Ada yang mengatakan ia adalah putri Prabu Siliwangi yang mencemburkan diri ke laut karena frustasi dengan penyakit yang dideritanya. Ada juga versi yang menceritakan jika Nyai adalah mahluk gaib yang berkuasa di Laut Selatan.
Mana yang kamu percayai? Tentunya kita harus percaya dengan kebesaran Allah SWT ya Gaess… Hehe.
BACA JUGA: Gawat Gengs! Gen Millenial Sukabumi dengan 5 zodiak ini gak setia?
[2] Legenda Curug Caweni
Kedua dalam daftar lima legenda di Sukabumi adalah Legenda Gunung Caweni. Curug Caweni berada di Desa/Kecamatan Cidolog, Kabupaten Sukabumi. Curug ini memiliki ketinggian terjunan air sekitar 15 meter.
Salah satu ciri khas Curug Caweni adalah adanya sebuah batu setinggi tujuh meter yang terdapat di tengah-tengah air terjun. Konon batu tersebut adalah Arca Caweni, seorang putri yang pernah berkuasa di Cidolog.
Nama Caweni atau cawene dalam bahasa Sunda berarti ‘randa bengsrat.‘ Masyarakat Cidolog, dan juga masyarakat Pajampangan pada umumnya, meyakini bahwa patung batu setinggi tujuh meter itu merupakan hasil perubahan wujud Nyi Caweni atau Putri Caweni. (untuk lengkapnya silakan googling ya Gaess)
[3] Legenda Situgunung
Menurut legenda masyarakat, Situgunung adalah sebuah danau buatan Rangga Jagad Syhadana, seorang bangsawan. Pria yang berasal dari Kerajaan Mataram, itu juga dikenal sebagai Mbah Jalun. Selama masa kolonial sekitar tahun 1800-an, Mbah Jalun melarikan diri dari Kerajaan Mataram.
Dalam pelariannya Mbah Jalun menikah dengan seorang wanita dari Kuningan. Bersama dengan istrinya, Mbah Jalun kemudian melanjutkan perjalanannya melewati Gunung Gede Pangrango, sampai akhirnya Mbah Jalun dan istrinya tinggal di sebuah lembah di kaki Gunung Pangrango di daerah Kabupaten Sukabumi.
Pada 1814, Mbah Jalun memiliki seorang putra bernama Rangga Jaka Lulunta. Dikatakan sebagai bentuk syukur kepada Tuhan Sang Pencipta untuk putra pertama mereka, Mbah Jalun membuat danau. Danau tersebut selesai dalam tujuh hari, walaupun dengan peralatan sederhana. Ia menyebut danau Situgunung, danau yang terletak di kaki gunung.

BACA JUGA: Gen Y Sukabumi nunggu final Champions? Ini 5 pemain yang main sambil puasa
[4] Legenda Nyimas Ciwangi
Legenda ini bercerita tentang seorang wanita bernama Nyimas Ciwangi yang mengalahkan raksasa yang memiliki tujuan merusak alam, pohon, hingga gunung pun digunduli. Hanya dengan lembaran tenunan daun suji berwarna hijau, sang raksasa dapat dikalahkan. Tubuh raksasa tersebut menjadi hijau karena tergulung lembaran daun suji.
Raksasa pun ketakutan kerena kulitnya berubah hijau, lalu lari dalam keadaan tergulung daun suji hingga jatuh ke dalam kolam air panas. Tubuh raksasa pun melepuh menyatu dengan air.
Beberapa minggu setelah kejadian tersebut, hutan, gunung dan pepohonan pum tumbuh asri kembali.
Kisah Nyimas Ciwangi lalu menjadi filosofi motif batik Rereng Ciwangi. Motif batik Rereng Ciwangi mengandung nasihat, yaitu siapapun yang bernafsu merusak alam, tidak lain mereka hanyalah sesosok raksasa jahat yang pada akhirnya akan menerima akibatnya sendiri.
[5] Legenda Batu Jolang
Legenda berikutnya berasal dari Kecamatan Cicurug, tepatnya di Kampung Tenjolaya Girang, Desa Cisaat. Tersebutlah sebuah situs megalitik yang dikenal masyarakat sekitar dengan sebutan Batu Jolang (nama resmi Batu Kujang).
Menurut cerita sesepuh setempat, batu hasil pahat yang berbentuk Jolang dahulunya digunakan untuk membaiat tiga tokoh sejarah tatar Sunda, yaitu Tajimalela, Surya Kancana, dan Balung Tunggal.
Sebagai penutup nih ya, Gaess. Ingat, legenda bukan sejarah, artinya tidak faktual. Legenda tidak menyampaikan fakta, tetapi menyampaikan nilai-nilai. Ada nasihat dalam legenda, ada peringatan dalam legenda, dan lain sebagainya. (dari berbagai sumber)
Catatan: Jumlah legenda di Sukabumi bisa jadi lebih dari 5!