11 wilayah di Kabupaten Sukabumi masuk peta merah rawan menyebaran nyamuk malaria.
Musim penghujan tiba, Sukabumi baik di Kota maupun Kabupaten, terutama rawan dengan dua jenis bencana banjir dan longsor. Selain itu ada ancaman lain mengintip warga Sukabumi, namanya malaria dan demam berdarah dengue (DBD). Bukan untuk menakut-nakuti atau membuat kepanikan dengan menyebut ancaman, namun agar kita waspada dan menjaga diri dan keluarga kita, setidaknya, agar tidak terjangkit penyakit tersebut.
Nah, berikut ini lima informasi perihal waspada DBD dan malara yang juga mesti diketahui oleh warganet Sukabumi!
1. Nyamuk anopheles dan aedes aegypti berkembang biak di musim penghujan
Pergantian dari musim kemarau ke penghujan di mana cuaca lembab dan basah adalah kondisi di mana mulai berkembang biaknya nyamuk penyebar virus malaria (anopheles) dan DBD (aedes aegypti). Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sukabumi pun segera menggencarkan sosialisasi pencegahan pada ancaman penyebaran penyakit malaria dan DBD.
2. Ada 11 wilayah Kabupaten Sukabumi rawan Malaria dan DBD
Lebih lanjut, Dinkes Kabupaten Sukabumi mencatat ada 11 wilayah yang masuk peta merah rawan menyebaran nyamuk malaria. ” Rata-rata berada di pesisir pantai,” ujar Sekretaris Dinkes Kabupaten Sukabumi, Harun Alrasyid seperti dikutip dari Antara.
Sebelas wilayah rawan malaria dan DBD tersebut, di antaranya Kecamatan Palabuhanratu, Cisolok, Tegalbuleud, Surade, Ciracap, Waluran, Lengkong, Ciemas, Jampang Kulon, Simpenan, Cikakak dan Simpenan. Ke-11 kecamatan tersebut merupakan areal prioritas pengawasan Dinkes.
BACA JUGA:
Masuk musim penghujan Sukabumi waspadai banjir dan longsor, ini 5 infonya
Sukabumi darurat bencana sampai Mei 2019, ini 5 info gen XYZ mesti aware
9 rawan tsunami, semua kecamatan di Sukabumi rawan bencana, ini 5 infonya
3. Upaya mencegah penyebaran malaria dan DBD
Dalam upaya pencegahan dan meminimalisir penderita penyakit, Dinkes Kabupaten Sukabumi telah menerjunkan puluhan orang petugas Juru Malaria Desa (JMD) ke lapangan. “Puluhan petugas JMD kami terjunkan di sejumlah rawan merah endemik malaria dan DBD seiring intensitas hujan meningkat mengguyur seluruh kawasan Sukabumi, terutama di beberapa kawasan penyebaran malaria,” jelas Harun.
Dinkes juga mengimbau kepada masyarakat, khususnya yang rumahnya tinggal di wilayah pesisir untuk mewaspadai penyebaran jentik penyakit malaria ini.
4. Fogging tak efektif, pemberangusan jentik lebih tepat
Biasanya jika ada penyebaran penyakit malaria dan DBD, maka diambil langkah fogging atau pengasapan. Namun ternyata fogging dianggap bukan langkah yang efektif. Langkah yang lebih efektif untuk dilakukan adalah dengan pemberangusan jentik. Hal itu bisa dilakukan dengan menerjunkan tim JMD ke titik rawan penyebaran malaria dan DBD.
Tim JMD dan survailance Dinkes Kabupaten Sukabumi saat ini sedang melakukan pengawasan secara intensifkan dengan mendatangi pemukiman rumah warga. Bila ditemukan ada gejala malaria, JMD telah diperintahkan untuk melakukan tindakan-tindakan pencegahan dan pemberangusan nyamuk.
5. Langkah antisipatif mandiri
Penyakit malaria dan DBD tidak boleh dianggap enteng karena dapat merenggut nyawa jika tidak ditangani dengan baik. Nah, selain mengandalkan upaya-upaya pencegahan dan pemberangusan nyamuk, secara mandiri masyarakat juga bisa melakukan berbagai cara agar tidak terjangkit malaria atau DBD.
Berikut langkah-langkah pencegahan malaria dan DBD yang bisa dilakukan secara mandiri. Bersihkan bak mandi Anda seminggu sekali, Perhatikan perabotan rumah tangga Anda yang menampung air, Gunakan kasa nyamuk, Jangan menumpuk atau menggantung baju terlalu lama, Gunakan lotion anti nyamuk atau kelambu. (dari berbagai sumber)