Real Madrid dibekuk tim gurem Girona, akibatnya Barca makin menjauh dengan selisih 9 poin.
Dari laga pekan ke-24 La Liga Spanyol, kejutan terjadi di ibukota Madrid. Tim gurem Girona berhasil menumbangkan sang tuan rumah Real Madrid dengan skor 2-1. Tak hanya menyakitkan karena bermain di depan publik sendiri, kekalahan itu membuat klub besutan Santiago Solari tertinggal jauh dari pesaing abadi, Barcelona.
Sampai pekan ke-24, El Barca memuncaki klasemen dengan 54 poin, sedangkan El Real berada di posisi tiga dengan poin 45. Bahkan, Los Blancos berada di bawah rival sekotanya, Atletico Madrid dengan raihan poin 47.
Nah, berikut lima drama di balik bertekuk lututnya El Real kepada Girona. Madridista Sukabumi pasti galau nih, ya! Hehe…
1. Solari cari alasan
Alasan itu penting bagi pelatih. Tujuannya biar gak disalahkan oleh manajemen klub dan fans. Solari sang entrenador (pelatih) El Real punya cara sendiri agar tak disalahkan usai dikalahkan 1-2 oleh Girona. Apa alasan Solari?
“Kelelahan yang kami alami bukan hanya dari segi fisik, tapi juga dari mental dalam hal konsentrasi,” ujar Solari. “Kami baru saja melakoni rentetan pertandingan penting, kami meraih hasil bagus dalam rentetan tersebut, dan bisa jadi kami harus membayarnya dengan habisnya level energi di babak kedua,” tambahnya.
Owh, kelelahan alasannya..ya..ya.
2. Ramos biang kerok kekalahan
Ada banyak faktor mengapa El Real bisa dikalahkan Girona yang kini berada di posisi 15. Salah satunya, ini kata ahlinya nih, karena Sergio Ramos bermain tak efektif. Hmm..bisa jadi, karena Ramos sang kapten dan ruh pertahanan El Real terlihat tak bermain dalam performa terbaiknya. Puncaknya, Ramos mendapatkan kartu kuning kedua yang berarti kartu merah.
Akibat lanjutannya, Ramos harus absen satu laga dan ia pun dinobatkan sebagai pemain yang paling banyak mengoleksi kartu merah di Eropa. Wow, bukan gelar yang patut dibanggakan kayaknya itu, ya. Kartu merah lawan Girona merupakan kartu merah yang ke-25 yang pernah Ramos terima di sepanjang karirnya.
Sebelumnya rekor kartu merah terbanyak di Eropa dipegang oleh eks pemain Bordeaux, Nice dan Marseille, Cyril Rool. Di sepanjang karirnya, ia mengoleksi 19 kartu merah. Well, selamat ya Ramos! Hehe.
BACA JUGA:
Yakin Persib Aing menang! Ini H2H Maung vs Singo, video dan 5 duel terakhir
Chelsea 2019 ganti pelatih? 5 drama #CityVsChelsea sportizen Sukabumi harus tahu
Berapa harganya di bursa transfer? Ini 5 catatan wonder kid dari Cicurug Sukabumi ke Timnas
3. Friksi internal gara-gara Gareth Bale
Penyebab lain kekalahan El Real adalah tak bergunanya seorang Gareth Bale. Sang bintang asal Wales yang dibeli super mahal bahkan dinilai gagal mengkilap pasca kepergian Cristiano Ronaldo. Apa sih penyebab gagal bersinarnya Bale di Madrid? Kiper Thibaut Courtois punya jawabannya. Courtois mengatakan Bale kurang bisa bergaul dengan skuat Madrid lainnya.
Kabarnya tak hanya Courtois, banyak yang gusar dengan sikap Bale itu. “Malam itu kami mengadakan makan malam bersama dengan seluruh skuat. Namun Bale dan [Toni] Kroos tak datang. Mereka menganggap makan malam tersebut sudah terlalu larut malam,” ujar Courtois.
Bale yang membatasi pergaulannya dengan anggota skuat Madrid lainnya juga dikonfirmasi oleh bek asal Brasil Marcelo. Bahkan, kata Marcelo, sampai sekarang Bale tak bisa bahasa Spanyol. Padahal kalau mau berhasil di Spanyol ya harus bisa bahasa Spanyol.
Wah, udah makin meruncing tuh friksi di internal klub ya, Madridista Sukabumi!
4. Marcelo bawa sial
Faktor lain kekalahan Los Blancos adalah bek kiri Real Madrid, Marcelo yang dianggap membawa sial ketika mendapat kepercayaan untuk tampil sebagai starter. Coba saja simak faktanya, dari sembilan laga terakhir yang menampilkan Marcelo sebagai starter, Real Madrid hanya pernah menang sekali. Selebihnya, Real Madrid menderita dua hasil imbang dan enam kekalahan.
Itulah mengapa Solari sering mencadangkan Marcelo dan memainkan bek kiri muda Real Madrid, Sergio Reguilon. Secara kebetulan, Reguilon justru memiliki rekor bagus kala bermain sejak menit pertama. Dari lima laga terakhir El Real di Liga Spanyol di mana Reguilon menjadi starter, tim asuhan Solari selalu mampu meraih kemenangan.
Ah, kalah kok nyalahin kesialan ya. Kasihan Marcelo!
5. Solidaritas Catalan dan Guardiola’s connection
Ini faktor terakhir kekalahan El Real yang cukup masuk akal, solidaritas sesama klub asal Catalan. Ya, Girona adalah satu dari tiga klub asal Catalan, selain Barcelona dan Espanyol. Klub yang bernama lengkap Girona Futbol Club, S.A.D. berbasis di Kota Girona, Provinsi Catalonia. Tak seperti dua tetangganya, Girona baru berlaga di liga utama pada musim 2016–17, promosi untuk pertama kalinya dalam sejarah klub.
Nah, Catalan punya catatan seteru politik dengan Madrid. Hal itu berdampak juga pada perseteruan duo raksasa, El Real dan El Barca. Tentu saja jika harus memilih, maka Girona akan membantu Barcelona menjuarai La Liga ketimbang Madrid.
Selain karena solidaritas sesama klub Catalan, juga ada Guardiola’s connection yang memperkuatnya. Ternyata, saham 44,3% Girona adalah milik Pere Guardiola. Yess, dia adalah kakak dari manajer Manchester City yang juga mantan pelatih Barcelona, Pep Guardiola.
Kedekatan Girona dengan Pep Guardiola juga makin dipertegas dengan fakta keberadaan tiga pemain muda City yang dipinjamkan ke Girona. Mereka adalah Patrick Roberts, Aleix García, dan Douglas Luiz. Nah, ketahuan deh. Ada Pep di balik kehebatan Girona. (dari berbagai sumber)