Tidak ada data terbaru jumlah rutilahu di Kabupaten Sukabumi.
Proses pengentasan kemiskinan harus terus dilakukan dengan efektif. Agar proses pengentasan kemiskinan berjalan dengan baik, diperlukan terobosan-terobosan yang cepat dan berani oleh pemerintahan baik di tingkat pusat Jakarta, terkhusus di Sukabumi.
Jika tidak, akan ada banyak Oji dan Admiyah lainnya di Kabupaten Sukabumi. Pasangan tua ini harus sabar tinggal di rumah tidak layak huni (rutilahu) tanpa MCK. Berikut lima infonya, Gengs.
[1] Angka kemiskinan di Kabupaten Sukabumi
Angka kemiskinan di Kabupaten Sukabumi oleh Pemkab pada Juli 2018 lalu diklaim berjumlah 8,04 persen pada 2017. Itu berarti jumlah penduduk miskin di Sukabumi adalah 8,04 persen dari jumlah keseluruhan penduduk, yaitu sekira 2.500.000 jiwa. Itu artinya, jumlah penduduk miskin di Kabupaten Sukabumi sekitar 201 ribu jiwa.
[2] 36 ribu rutilahu
Menurut data Dinas Sosial Kabupaten Sukabumi pada 2016 terdapat sekira 40 ribu rutilahu di Kabupaten terluas kedua di Pulau Jawa dan Bali ini. Sungguh sebuah angka yang fantastis ya, Gengs.
Sementara pada 2017, diklaim jumlah tersebut berkurang menjadi 36 ribu unit rutilahu. Artinya dalam satu tahun berkurang sekira 4.000 unit rutilahu yang berhasil diperbaiki. Secara angka memang berkurang ya, Gaess, tetapi riil di lapangan, sangat memungkinkan angkanya kembali bertambah.
Riset yang dilakukan sukabumiXYZ.com, tidak ditemukan data termutakhir pada 2018 terkait jumlah rutilahu di Kabupaten Sukabumi.
[3[ Oji dan Admiyah
Oji (76) dan istrinya Admiyah (70) tinggal di rumah tidak layak huni (Rutilahu) tanpa MCK di Kampung Citangkil RT 004/001, Desa Tangkil, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi.
Kondisi rutilahu milik Oji dan Admiyah sangat memprihatinkan. Selain banyak bagian bangunan gubuk yang sudah lapuk dan bilik bambu dengan bolong di banyak bagian, kondisinyapun sudah miring dan nyaris ambruk. Sehingga tidak mengherankan jika hujan lebat turun disertai angin, Oji dan sang istri harus mengungsi ke gubuk yang berada di depan gubuk reyotnya itu karena khawatir roboh.
BACA JUGA:
Jumlah warga miskin Kabupaten Sukabumi mengkhawatirkan, ini 5 infonya
Cermin Rodiah dari Gegerbitung Sukabumi dan ironi masyarakat yang religius
Selain kondisinya yang memprihatinkan, untuk mencapai gubuk miring milik tidak memiliki MCK sendiri, sehingga jika hendak mandi atau keperluan lain, suami istri yang sudah renta ini harus harus berjalan puluhan meter menyusuri jalan setapak yang curam untuk mencapai ke MCK umum.
[4] Hidup dari berjualan daun
Mirinya lagi nih, Gengs, pasangan renta ini juga tidak memiliki anak. Karenanya, untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, Ojidan Admiyah harus banting tulang berdua memenuhi kebutuhan hidupnya.
Oji sehari-harinya berjualan daun pisang dengan menempuh perjalanan delapan kilometer terlebih dahulu untuk mencapai tempatnya menjual daun pisang tersebut. Hasil berjualan daun memang hanya sekira Rp15 ribu per hari, tetapi keduanya tetap mampu bertahan dalam keterbatasan hidup yang dijalaninya.
[5] Tidak memiliki KIS
Kondisi miris Oji dan Admiyah tidak cukup di situ, meskipun keduanya termasuk sepasang miskin, namun mereka tidak memiliki Kartu Indonesia Sehat (KIS).
Harapan Oji dan Admiyah saat ini memang tidaklah muluk-muluk, mereka hanya menginginkan gubuk yang ditinggalinya bisa diperbaiki. Sehingga jika hujan turun lebat, keduanya tidak lagi merasa khawatir dengan keselamatan jiwanya.
Gimana, Gengs? Jika kalian memiliki rezeki lebih, tidak ada salahnya jika membantu pasangan tua ini ya. Atau kalian bisa berkolaborasi dengan komunitas lainnya untuk bekerjasama memperbaikinya.
Dari Berbagai Sumber