Kota Sukabumi dan Kabupaten Banyuwangi menjadi dua daerah yang dipilih pihak Amrik untuk membuat pilot project siaga bencana gempa.
Gaess, Sukabumi (kota dan kabupaten/kokab) sudah bukan rahasia lagi merupakan salah satu daerah yang paling rawan bencana gempa. Ancaman gempa berasal dari laut (tektonik) dan gunung (vulkanik). Keberadaan sesar Cimandiri juga kerap menjadi pemicu munculnya gempa di berbagai wilayah di Sukabumi.
Maka, wajar jika kemudian pihak Amerika Serikat (Amrik) memilih Sukabumi sebagai salah satu dari dua wilayah yang dijadikan pilot project kesiapsiagaan bencana gempa. Berikut lima informasi yang dirangkum redaksi Sukabumixyz.com dari berbagai sumber.
[1] Amrik bikin pilot project siaga gempa di Sukabumi
Dua badan non-governmental asal Amrik, American Red Cross (Palang Merah Amerika) dan USAID (Lembaga Bantuan Amrik), memilih Kota Sukabumi sebagai lokasi pilot project atau proyek percontohan kesiapsiagaan menghadapi bencana gempa bumi. Hal itu terungkap saat dilakukan peninjauan yang dilakukan pihak Amrik ke Balai Kota Sukabumi, Selasa (12 November), seperti dilansir Antara.
Tim dari Amrik yang datang yakni Perwakilan Kedutaan Besar Amerika Serikat Josh Country, Representatif PMI Amerika untuk Indonesia dan Asia Pasifik Kendall D. Repass, dan Mike McCoy dari USAID Fellowship Person, serta didampingi PMI pusat dan PMI Kota Sukabumi.
“Kami datang untuk meninjau dan berdiskusi dengan pemangku kepentingan terkait komunikasi kebencananan,” ujar Country Representatif PMI Amerika untuk Indonesia dan Asia Pasifik Kendall D. Repass.
[2] Sukabumi dan Banyuwangi
Pilot project Amrik ini selain di Sukabumi, rupanya juga dilakukan di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Untuk alasannya memilih Kota Sukabumi, Kendall mengungkapkan keputusannya berdasarkan kajian yang matang di mana di Indonesia hanya ada dua wilayah yakni Kota Sukabumi dan Kabupaten Banyuwangi.
Kendall juge menekankan bahwa karena sifatnya pilot project, maka jika berhasil program ini akan replikasi di wilayah lainnya di Indonesia. “Nantinya akan ada laporan dan kajian akan disampaikan kepada pemerintah,” terang Kendall.
editor’s picks:
Terjadi 500 ribu kali gempa bumi per tahun, ini 5 fakta netizen Sukabumi mesti tahu
2 minggu 43 kali gempa goyang Sukabumi, 5 fakta aktivitas Sesar Citarik gen XYZ mesti waspada
Pakar ITB: Sukabumi berpotensi gempa-tsunami besar, ini 5 penjelasan agar kita waspada
[3] Kota Sukabumi tempat yang pas
Di pihak pemerintah Kota Sukabumi, Sekda Kota Sukabumi Dida Sembada mengatakan, Sukabumi cocok menjadi pilot project program siaga bencana gempa bumi. Pasalnya, kota kecil yang terdiri dari 7 kecamatan dan 33 kelurahan sangat strategis mengingat posisinya yang tak jauh dari Ibukota Jakarta dan ibukota provinsi Jawa Barat, Bandung.
Selain iyu, Kota Sukabumi demikian halnya juga dengan wilayah Kabupaten-nya, sangat rawan bencana gempa bumi. “Sukabumi terletak di patahan Cimandiri sehingga rawan bencana,” ungkap Dida. Itulah mengapa, pemkot menyambut positif kedatangan rombongan asal Amrik yang bisa memberikan banyak masukan penanganan bencana karena posisi rawan bencana tersebut.
[4] Penekanan pada utilitas teknologi telekomunikasi
Pilot project tersebut sepertinya akan lebih focus pada pemaksimalan utilitas atau pemanfaatan teknologi telekomunikasi atau komunikasi. Saat ini Pemkot Sukabumi sendiri mempunyai tim cukup baik yakni BPBD yang setiap saat siap menghadapi bencana. Selain itu, Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) sedang menyiapkan aplikasi Sukabumi Particapated Responder (Super) yang di dalamnya ada panic button.
Ketua PMI Kota Sukabumi Suranto Sumowiryo menambahkan, kedatangan rombongan ini untuk melihat komunikasi kebencanaan di Sukabumi, “Komunikasi penting ketika terjadi gempa bumi dalam penyebarluasan informasi yang akurat,” pungkasnya.
[5] Kokab Sukabumi rawan bencana gempa bumi
Fakta yang terbantahkan adalah Kokab Sukabumi memang sangat rawan berbagai bencana, salah satunya yang paling diwaspadai adalah gempa bumi. Tak hanya dari laut selatan, ancaman gempa juga datang dari dua gunung yang ada Sukabumi, yaitu gunung Salak dan Gede Pangrango (gempa vulkanik). Selain itu, sumber gempa juga bias berasal dari aktivitas salah satu sesar terpanjang di Indonesia, yaitu sesar Cimandiri.
Bahkan diungkapkan oleh Bupati Sukabumi, Marwan Hamami beberapa waktu silam, bahwa dari hasil pemetaan dan pendataan yang dilakukan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) seluruh kecamatan di daerah itu yang berjumlah 47 merupakan daerah rawan bencana. “Rawan bencana tersebut masuk dalam resistensinya yang sangat tinggi. Ini yang harus diwaspadai oleh semua pihak khususnya masyarakat yang tinggal di daerah rawan tersebut,” kata Marwan, Senin (15 Oktober) lalu.
Data tak jauh berbeda juga dilansir oleh Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil. Kang Emil mengungkapkan bahwa 2/3 wilayah Sukabumi masuk zona merah bencana. “Kalau melihat peta Jawa Barat, itu semuanya merah. Luas Sukabumi dua pertiganya di zona merah,” kata Kang Emil beberapa waktu silam.
Semoga saja program dua lembaga non-governmental asal Amrik bisa memberikan manfaat bagi meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat Sukabumi menghadapi bencana, terutama sekali gempa bumi. Aamiin.
[dari berbagai sumber]