Jika anak tidak bisa lepas dari main game online selama lebih dari enam jam dalam satu hari, harus hati-hati karena itu indikasi awal kecanduan!
Wahai para orang tua (ortu) di Sukabumi, info perihal bahaya kecanduan game online atau gawai ini penting untuk dijadikan perhatian. Faktanya, kabar tentang banyaknya anak usia SD, SMP dan SMU yang kecanduan gawai bukanlah hoax. Bahkan, diberitakan sudah teridentifikasi sekitar 38 anak di rentang usia SD sampai SMA di Kota Sukabumi yang kecanduan gawai untuk bermain game online.
Mana ada ortu yang mau anaknya kecanduan gawai, kan? Berikut lima fakta yang dirangkum redaksi Sukabumixyz.com dari berbagai sumber.
[1] Sebanyak 38 anak SD di Sukabumi diterapi akibat kecanduan gawai
Terhitung sejak Oktober 2018, di Kota Sukabumi terdapat 38 anak usia sekolah dasar (SD), menengah (SMP) hingga sekolah menengah atas (SMU) mengalami kecanduan game online. Angka tersebut diungkap Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Kota Sukabumi. LK3 menambahkan jumlah anak yang kecanduan game online sendiri akan terus bertambah.
“Dari data sejak Oktober 2018 hingga sekarang, ada 38 orang anak yang orangtuanya melaporkan mereka kecanduan game online,” ungkap Ketua LK3, Joko Kristianto seperti dikutip dari Radar Sukabumi, Rabu (13 November).
[2] Enam jam lebih bermain game online sehari
Mengenai indikasi kecanduan game online, Joko menyebutkan kecanduan game online bisa teridentifikasi bilamana seorang anak bermain game pada gawainya lebih dari enam jam perhari. Atau, tidak bisa sama sekali lepas dari gawai yang dimilikinya. Kondisi tersebut, dinilai sesuatu yang berlebihan bahkan bisa memicu masalah kejiwaan anak.
“Kondisi itu termasuk dalam bagian gangguan kejiwaan. Soalnya, anak tidak bisa mengelola diri sendiri karena terobsesi dengan gadget yang menawarkan baik media audio dan visual, serta berbagai macam pemainan,” ujar Joko.
[3] Mayoritas pecandu game online anak laki-laki
Anak laki-laki teridentifikasi lebih banyak mengalami kecanduan game online ketimbang anak perempuan. Joko yang juga Sekretaris Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (P2P2A) Kota Sukabumi mengungkapkan hal itu.
“Perilaku mereka yang kecanduan game, mengalami siklus yang sama dengan kecanduan-kecanduan yang lain. Adapun pemulihannya, bisa dengan menggunakan metode terapi audio bawah sadar,” terangnya.
editor’s picks:
Banyak anak Sukabumi kecanduan game dan 16 dirawat, 5 info gen XYZ mesti aware
Infografis: Duh, jumlah anak penderita stunting di Kabupaten Sukabumi terbanyak kedua di Jabar
Roblox, game online anak tembus 90 juta user, 5 fakta gamer Sukabumi sudah tahu?
[4] Tanda-tanda dan dampak kecanduan
Adapun tanda-tandanya anak sudah mulai kecanduan bermain game di antaranya:
(a) Merasa gelisah dan mudah marah apabila tidak diijinkan bermain. (b) Hanya memikirkan game online, topik yang ia bicarakan juga tentang game online. (c) Selalu ingin main game terus menerus dan susah bila disuruh berhenti. (d) Tidak peduli dengan lingkungan, bahkan enggan bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya. (e) Mengalami migrain dan mata lelah karena terlalu lama memandang layar gawai.
Dampak anak kecanduan game online di antaranya:
(a) Kesehatan mata terganggu. (b) Gangguan motorik. (c) Nyeri sendi. (d) Menurunkan tingkat konsentrasi anak. (e) Anak kurang bersosialisasi. (f) Masalah komunikasi. (g) Membuat anak jadi lebih agresif.
[5] Peran orang tua penting!
LK3 dan P2TP2A Kota Sukabumi melakukan langkah-langkah memberikan pendampingan agar kecanduan anak terhadap game bisa berkurang. “Cara terbaik dapat mengatur anak memegang HP hingga pukul berapa. Intinya, orangtua harus bisa secara tegas mengelola penggunaan HP oleh anak-anaknya,” tandas Joko seraya menekankan pentingnya peran ortu.
Ortu wajib mengontrol penggunaan gawai anak sejak awal. Ortu juga bisa mengalihkan perhatian anak dari gawai dengan cara mengajak melakukan kegiatan fisik di luar rumah. Melakukan kegiatan bersama-sama bisa menghindari kecanduan game online, juga bisa mempererat hubungan emosional antara ortu dan anak.
[dari berbagai sumber]