Berkat assist Eriyanto yang berujung gol penyama kedudukan, Persib Bandung nyaris gagal di fase grup Piala Menpora 2021.
Sosok Eriyanto bisa menjadi inspirasi buat Gen Sukabumi XYZ. Gimana engak, pesepakbola kelahiran Nagrak, Sukabumi, 12 Maret 1996, ini berangkat dari keluarga serba kekurangan, tapi mampu menembus Timnas Garuda.
Peraih gelar Kapten Terbaik pada Milan Junior Camp Day Tournament 2010, ini mengharumkan nama bangsa gak sebanding dengan perhargaan yang didapatnya. Derita Eri, ketika itu, semakin bertambah ketika rumahnya yang hanya seluas 4×6 meter beralas tanah dan berdinding bilik bambu dihantam longsor.
Eriyanto merupakan bibit muda potensial. Ia berasal dari keluarga kurang mampu di Kampung Gulingjawa Citajur, Desa Nagrak Utara, Kecamatan Nagrak, Kabupaten Sukabumi. Ayahnya hanya buruh serabutan dengan penghasilan Rp20 ribu per hari.
Doi terjun ke dunia sepak bola dengan bergabung di salah satu Sekolah Sepak Bola (SSB) di kampungnya di Sukabumi yakni SSB Asmaras. Dari SSB itulah bakat bermain bolanya semakin terasah.
Setelah karier sepakbolanya lama meredup, gimana nasib Eri sekarang? Simak kuy Gaess, lima info terbaru pesepakbola asli Sukabumi ini.
[1] Eri layak menjadi inspirasi
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/69601/original/eriyanto-ac-milan-2-130413a.jpg?ssl=1)
Meski dari keluarga kurang mampu, Eri mampu menunjukkan skill-nya hingga terpilih menjadi kapten terbaik Milan Junior Camp Day Tournament 2010. Doi menjadi bagian dari pesepakbola muda Indonesia yang terbagung dalam The All Star Team Milan Junior Camp besutan Yeyen Tumena. Tim tersebut berhasil mencatatkan sejarah dengan meraih juara Milan Junior Camp Day Tournament yang berlangsung di Italia.
Prestasinya gak berhenti sampai di situ. Ia bergabung dengan timnas U-17 dan mengikuti HKFA International Youth Football Invitation Tournament 2012 di Hongkong. Bersama timnas U-19, Eri menyabet juara umum di Hongkong pada 2013.
Sayang, honornya saat memperkuat timnas U-19 lama gak dibayar lho Gaess. Namun begitu, hal tersebut gak bikin ia mundur untuk mengenakan seragam dengan logo Garuda di dada. Saat duduk di kelas tiga SMA ia mengikuti seleksi masuk Pelatnas 1 Mei di Jakarta untuk turnamen AFF U-19 tahun 2013.
“Saya membela Timnas tanpa bayaran sedikitpun, tetapi saya bangga memakai kaos Garuda. Jika dipanggil lagi untuk perkuat Timnas, saya tetap mau demi Garuda,” kata Eriyanto, ketika itu, seraya berlinangan air mata. Doi butuh uang itu karena sejak bersinar di dunia sepakbola tiga tahun lalu, sudah gak pernah meminta uang lagi dari orang tuanya.
Penggemar mantan bek Barcelona, Carles Puyol ini sedih karena belum bisa membahagiakan orangtuanya untuk membangunkan rumah yang layak.
Sebenarnya Eri pernah dijanjikan rumahnya akan direnovasi saat diterima Presiden SBY usai terpilih sebagai kapten terbaik di Milan Junior Camp Day Tournament 2010. Namun, baru Menpora saat itu, Roy Suryo, yang mengunjungi rumah Eri yang terkena longsor dan memberikan bantuan berupa uang tunai dan material.
Eriyanto kembali meraih prestasi dengan membawa Timnas Indonesia U-19 menyabet juara HKFA International Youth Football Invitation Tournament 2012 di Hong Kong. Namun demikian, nasib Eriyanto gak semulus Evan Dimas dan rekan-rekan seangkatannya yang lain di Timnas Indonesia U-19 pada level senior.
Saat masih memperkuat Timnas Indonesia U-19, honornya pernah terlambat dibayarkan. Doi, kala itu, bahkan harus mencari rumput untuk kambing-kambing peliharaannya.
[2] 2015-2017: Starting player di MU
Pada 2015-2016 Eriyanto bermain di klub kasta kedua, Persibangga Purbalingga, kemudian bergabung dengan Madura United (MU) dan dipinjamkan ke tim PSIR Rembang, sebelum kemudian kembali bergabung dengan MU dan bermain di kasta tertinggi sepak bola tanah air, Liga 1 musim 2017.
Manajemen MU menilai Eri memiliki kualitas di atas rata-rata. CEO MU Achsanul Qosasi berharap, setelah ditempa semusim di PSIR, Eri semakin matang sekaligus siap bersaing dengan para seniornya di MU. Namun, di tim senior Eri tetap harus berusaha keras untuk mendapatkan tempat di tim inti MU.
Sebagai pemain muda, doi mengaku sempat canggung karena langsung bergabung dengan Greg Nwokolo, Fachruddin, Slamet Nurcahyo, dan Fabiano Beltrame. “Meski mereka berpengalaman dan senior, mereka sangat care. Mereka teman dan guru yang baik di tim,” katanya.
Karir Eri mengalami peningkatan di musim 2017, jika manajemen MU memberi tawaran perpanjangan kontrak, tanpa pikir panjang ia akan mengambilnya. “Kalau ada tawaran, langsung saya terima. Meskipun misal ada pinangan dari tim besar seperti Persib Bandung, saya akan memilih bertahan. Tidak masalah harus jauh dari rumah,” tuturnya.
Performa Eri bersama MU memang cukup meyakinkan, doi dipercaya pelatih Gomes de Olivera tampil reguler di tim utama, dan bermain sama baiknya di posisi bek kanan maupun kiri. Iapun diberi kesempatan bermain full time saat menghadapi Sriwijaya FC di Liga 1 pada Kamis (25/5/2017).
Sukses memperlihatkan kualitasnya, tiga pertandingan selanjutnya, Eri selalu dipercaya Gomes Olivera tampil sebagai starting player. “Mereka (pemain U-23) adalah potensi mengagumkan di tim. Tak memungkiri, jika memiliki mereka merupakan keuntungan bagi kami,” kata Gomes, Selasa (20/6/2017).
Eriyanto yang dikenal sebagai pemain dengan penampilan ‘baju masuk’ ini mengatakan, jika kesempatan yang diberikan pelatih untuknya tak lantas membuatnya jumawa dan cepat puas. Ia bertekad setiap mendapat kesempatan berlaga, akan digunakan semaksimal mungkin. Diketahui, hingga MU menjalani 11 laga Liga 1, Eri telah membela timnya itu sebanyak tujuh laga.
editor’s picks:
Kemana pendulum karir eks Timnas U19 asal Nagrak Sukabumi bergerak? Cek 5 infonya
5 fakta wonder kid Sukabumi, naik pangkat, rumah kontrakan hingga utang ke Pegadaian
Berapa harganya di bursa transfer? Ini 5 catatan wonder kid dari Cicurug Sukabumi ke Timnas
[3] 2018: Mencoba peruntungan di tanah Sumatera
Musim 2018, Eriyanto mencoba peruntungan di tanah Sumatera, bersama Persatuan Sepak Bola Pekanbaru dan Sekitar (PSPS) Riau, di bawah asuhan pelatih Hendri Susilo. Eri memang gak mampu membawa timnya naik tingkat ke Liga 1, setelah gagal dibabak 8 besar. Namun, ia sukses mempersembahkan throphy tim paling fair play Liga 2 2018 dari PT Liga Indonesia Baru (LIB).
Memasuki musim 2019, tim berjuluk Laskar Bertuah itu belum melakukan pergerakan dengan alasan belum adanya draft jadwal kapan bergulirnya kompetisi Liga 2 musim 2019 dimulai.

Namun, kabar kurang enak menyeruak, PSPS Riau disebut masih menyisakan tunggakan gaji pemain dan pelatih selama tiga bulan. Padahal Liga 2 sudah berakhir awal Desember 2018. Dampak dari gaji yang belum dibayarkan ini, banyak pemain PSPS keluar untuk mencari klub baru.
Ketika para pemain PSPS Riau lainnya memilih hengkang ke klub lain, lantas bagaimana nasib Eriyanto, kepada sukabumiXYZ.com, ia mengaku memilih bertahan di tim Laskar Bertuah tersebut dengan status free transfer.

[4] Nasib terkini Eriyanto
Lalu, apa kabar Eriyanto kini?
Ternyata doi kini bergabung dengan tim yang bermarkas di paling ujung utara Pulau Sumatera, Persiraja Banda Aceh. Mantan bek PSPS Riau, itu masuk mengisi posisi bek di klub yang bermarkas di Lampineung itu.
Sayangnya ya Gaess, Shopee Liga 1 2020 yang baru berjalan beberapa pertandingan, kemudian dihentikan gara-gara wabah Virus Corona. Lalu, tim mana yang hebat kemampuannya dalam bertahan? Persiraja Banda Aceh pantas dipertimbangkan untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Sampai dengan pertandingan ketiga Shopee Liga 1 2020, Persiraja telah menunjukkan statistik bertahan yang cukup bagus. Tim yang berdiri sejak 1957 ini sukses menahan dua tim kuat, Bhayangkara FC 0-0 (29/2 ), Madura United 0-0 (9/3) dan menang 1-0 (14/3/2020) saat melawat ke kandang Persik Kediri.
Seperti yang tercatat di statistik PT Liga Indonesia Baru (LIB), dari tiga pertandingan tersebut, tim besutan Hendri Susilo tersebut telah sukses melakukan 104 intercepts, kemudian sukses membukukan clearances hingga 99 kali.
Hendri Susilo, pelatih Persiraja gak menampik jika timnya disebut kuat dalam bertahan. “Disadari atau tidak, itu erat kaitannnya dengan karakter pemain-pemain asal Aceh. Rata-rata pemain-pemain kami pekerja keras dan fight,” terang Hendri, seperti dilansir laman liga-indonesia.id.
Nah, Eri dan warga Sukabumi layak ikut bangga tuh Gaess, Persiraja menjadi salah satu tim terbaik dalam bertahan, mengingat Eri berposisi sebagai bek.
/photo/2020/06/12/769554146.jpg?ssl=1)
[5] Nyaris menjadi penyebab kegagalan Persib di Piala Menpora 2021
Persib Bandung berhasil menang 2-1 atas Persiraja Banda Aceh pada laga pamungkas Grup D Piala Menpora. Duel Persib vs Persiraja dilangsungkan di Stadion Maguwoharjo, Sleman, Jumat (2/4/2021) malam WIB. Maung Bandung menang berkat sundulan Wander Luiz pada menit ke-24 dan sepakan menit akhir Ferdinand Sinaga (90+3′).
Persiraja hanya mampu membalas satu gol lewat Assanur Rijal pada menit ke-90. Hasil ini membuat Persib lolos sebagai juara Grup D dengan koleksi tujuh poin. Di sisi lain, kiprah Persiraja di Piala Menpora dipastikan berakhir setelah finis di posisi ketiga.
Pertandingan berlangsung sengit karena kedua tim tampil ngotot. Kedua kesebelasan saling menekan sejak awal babak pertama. Namun, tekanan yang dilakukan belum mampu menghadirkan peluang berbahaya hingga 10 menit laga berjalan. Peluang mengancam baru hadir pada menit-12 yang dicatatkan oleh tendangan bebas jarak dekat penyerang Persib Bandung, Febri Hariyadi, tapi masih dapat diamankan kiper Persiraja, Fakhrurrazi.
Gempuran demi gempuran pun akhirnya berbuah manis dengan gol yang tercipta pada menit ke-24. Adalah Wander Luiz yang menjadi pencetak gol perdana Persib dalam laga ini. Gol bermula ketika Maung Bandung melakukan build up serangan dari lini tengah dan mengirimkan umpan kunci ke sisi kanan yang diterima Febri Hariyadi. Febri kemudian mengecoh pemain Persiraja yang berduel dengannya dan berhasil mengirimkan crossing akurat. Wander Luiz pun sukses menyambut bola dengan tandukan.
Persib yang unggul 1-0 membuat permainan mereka kian nyaman. Akan tetapi, Persiraja tetap mampu memberikan perlawanan di balik tekanan yang diterima. Namun, skor 1-0 untuk keunggulan Persib pun menjadi hasil akhir pada babak pertama.
Laga berlajut, Persib langsung tancap gas dengan peluang Frets Butuan usai melakukan penetrasi ke dalam kotak penalti Persiraja. Maung Bandung yang terus menekan justru dikejutkan dengan gol balasan Persiraja melalui tandukan Assanur Rijal setelah menerima umpan assist dari Eriyanto, pada menit ke-90. Gol tersebut pun membuka asa Laskar Rencong untuk dapat membalikkan keadaan.
Namun Gaess, harapan Persiraja pupus setelah Persib mencetak gol kedua lewat Ferdinand Sinaga pada menit ke-93. Adapun gol sang striker berhasil dilesakkan usai menerima terobosan akurat dari Backham Putara. Gol Ferdinand pun memastikan kemenangan 2-1 Persib atas Persiraja pada laga pamungkas Grup D Piala Menpora.
PERSIB vs PERSIRAJA 1-0 (Wander 24′, Ferdinand 90+3’/ Rijal 90′) PERSIB (3-4-3): 14-Teja; 12-Henhen (66-Jardel 89′), 32-Victor, 2-Kuipers; 13-Febri, 11-Dedi, 5-Farshad (7-Beckham 60′), 27-Zalnando (4-Bayu 60′); 21-Frets (10-Vizcarra 72′), 9-Wander (6-Ferdinand 72′), 30-Ezra (17-Saiful 89′). Cadangan: 78-Made, 16-Jufriyanto, 8-Aziz, 93-Erwin. Pelatih: Robert Rene Alberts.
PERSIRAJA (4-3-3): 31-Fakhrurrazi; 2-Kasim (17-Agus 90+4′), 89-Tri, 4-Asep, 16-Rendy (3-Eriyanto 62′); 50-Ousmane, 23-Assanur, 77-Defri (7-Zamrony 86′); 11-Hamdi, 51-Escobar, 52-Gabriel (19-Ramadhan 86′). Cadangan: 33-Aji, 32-Fary, 21-Mudasir, 78-Mukhlis, 10-Vivi, 22-Andri. Pelatih: Hendri Susilo.
[dari berbagai sumber]