Yayasan Dapuran Kipahare secara konsisten mengkampanyekan gerakan anak muda mengenali sejarah ke-Sukabumi-an.
Anak muda generasi milenial tak banyak tahu tentang sejarah daerahnya sendiri. Itu menjadi ungkapan klise untuk menggambarkan bahwa sejarah kedaerahan sudah semakin dilupakan generasi kekinian. Lalu apa yang harus dilakukan? Baik pemerintah maupun masyarakat tentunya mempunyai tanggung jawab untuk merubah itu.
Dalam konteks itulah elemen sosial masyarakat Yayasan Dapuran Kipahare secara konsisten mengkampanyekan anak muda Sukabumi melek sejarah ke-Sukabumi-an. Konsistensi Yayasan Dapuran Kipahare pun bisa dilihat dari keberhasilan mereka pada Juli lalu terpilih menjadi salah satu dari 10 komunitas se-Indonesia yang meraih penghargaan dari Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseum (Direktorat PCBM) sebagai komunitas yang aktif dalam pelestarian cagar budaya di Jawa barat dan Banten.
Sabtu (25 Agustus 2018), komunitas yang digawangi seorang pegiat sejarah Sukabumi, Irman Firmansyah, mengadakan tur kesejarahan di kawasan bersejarah Bojongkokosan. Berikut lima info tentang kegiatan bertajuk “Qurban bersama Veteran Bojongkokosan” hasil wawancara sukabumiXYZ.com dengan Irman.
1. Rangkaian tur kedua
Tur kesejarahan bertajuk “Qurban bersama Veteran Bojongkokosan” Sabtu, 25 Agustus yang diadakan Yayasan Dapuran Kipahare merupakan lanjutan dari tur kesejarahan yang pertama kali dilakukan pada 29 Juli lalu. Kala itu, Yayasan Dapuran Kipahare mengkoordinir tur sejarah ke-Sukabumi-an di Kota Sukabumi.
Acara tersebut mendapat animo tinggi masyarakat dari berbagai kalangan, terutama pelajar dan mahasiswa. Sukses dengan tur pertama itu, Yayasan Dapuran Kipahare beralih ke wilayah Kabupaten Sukabumi, tepatnya di Bojongkokosan. Animo yang sama ditunjukkan oleh masyarakat.
2. Melibatkan berbagai komunitas di Sukabumi
Menurut Irman Firmansyah, tur sejarah ke-Sukabumi-an di Bojongkokosan dipadu padan dengan acara bhakti sosial dengan melibatkan legiun veteran Sukabumi. Selain itu, Yayasan Dapuran Kipahare juga didukung berbagai komunitas Sukabumi seperti Soekaboemi Heritages, Sukabumi Facebook, Jelajah Sejarah Soekaboemi, White Car Community, Komunitas Kaki Daun, dan Social Adventure.
Acara tersebut diikuti sekitar 100 orang yang berlokasi di dua tempat, yaitu lapang Palagan Bojongkokosan dan Museum Bojongkokosan. Irman mandaskan acara tersebut dimaksudkan untuk mengangkat kembali peristiwa Pertempuran Bojongkokosan dalam sejarah nasional.
3. Melibatkan legiun veteran sambil merayakan Idul Adha
Salah satu faktor yang menjadi daya tarik acara tersebut adalah kehadiran legiun veteran Sukabumi dan para janda veteran yang notabene pelaku sejarah asli Pertempuran Bojongkokosan. Karena bertepatan dengan hari raya Idul Adha, dilakukan lah sekaligus bhakti sosial dan berqurban.
“Ini juga sebagai bentuk terima kasih generasi sekarang kepada para pejuang, agar generasi muda lebih menghargai para pejuangnya,” ujar Irman. Selain itu, Irman juga menambahkan pihaknya berharap pemerintah juga ada perhatian terhadap kehidupan para pejuang serta perhatian terhadap Museum Bojongkokosan yang memerlukan anggaran untuk operasionalnya.
BACA JUGA:
Di balik penaklukan tentara Inggris di Sukabumi, 5 fakta Letkol Eddie Soekardi
Menelusuri jejak masa lalu Kota Sukabumi berlandaskan resi, ratu, dan rama
5 pertanyaan untuk Komunitas Mural Kota Sukabumi: ada pesan ingin disampaikan
4. Dihadiri putra Letkol Eddy Sukardi
Selain Irman, acara “Qurban bersama Veteran Bojongkokosan,” juga dihadiri putra dari pemimpin Perang Bojongkokosan Letkol Eddy Sukardi, yaitu Iwan Sukardi. Iwan dan Bapak Rozak dari legiun veteran berbagi cerita tentang peristiwa paling bersejarah di Kabupaten Sukabumi. Satu lagi pemateri adalah Wawan Suwandi yang merupakan pengurus Museum Bojongkokosan.
Kisah kepahlawanan para pejuang memukau peserta tur sejarah yang berjumlah sekitar 100an dari kalangan komunitas pecinta sejarah, siswa sekolah dan kalangan umum.
5. Tangis haru para vetaran
Acara “Qurban bersama Veteran Bojongkokosan” diisi berbagai kegiatan seperti napak tilas Perang Bojongkokosan, kunjungan ke Museum Bojongkokosan dan menonton film Perang Bojongkokosan, talkshow bersama veteran serta narasumber Perang Bojongkokosan, pembagian qurban dan bingkisan untuk veteran Bojongkokosan, permainan, atraksi silat, puisi, dance dan lomba Hari Kemerdekaan dan doorprize untuk para peserta.
Ada banyak hal menarik yang terjadi, di antaranya keharuan veteran dalam acara hingga menangis. Mereka seperti baru merasa ada yang memperhatikan nasib mereka. Bayangkan saja, ada yang berusia 112 tahun yang tertua, dan ada yang berusia 99 tahun.
Sebagai penutup, Irman berharap ke depan ada kegiatan lanjutan yang memperhatikan kehidupan para veteran terutama didukung pemerintah.
Mohon info no telpon panitia acara festival Soekaboemi tempo doeloe. Rencana kami mau dtng, kami ingin minta info utk acaranya.
Trksh
silakan hubungi Kang Irman +62 811-8702-620