“Hei, aku tahu kau mendengarku. Kau tidak tuli, bukan? Kenapa kau terus diam di sini? Siapa kau sebenarnya?”
Hannah terus bertanya seraya menatap seorang pria yang duduk di taman bermain dekat apartemennya. Pria itu tidak menjawab, hanya terdiam menatap seorang anak yang sedang bermain di hadapannya. Beberapa orang yang lewat terus melirik dan menatap aneh ke arah Hannah dan pria itu.
“Hei, apa kau punya nama? Bagaimana jika kita berkenalan?” Hannah mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Pria itu tetap tak bergeming.
“Ish! Sebenarnya kau kenapa? Apa kau kabur dari rumah?” Hannah mulai kesal.
Pria itu menoleh, lalu membentak Hannah dengan kesal. “Berhentilah menggangguku! Biarkan aku sendiri!”
Orang-orang di sekeliling mulai berkumpul dan memandangi mereka.
“Dasar! Aku kan hanya bertanya!” jawab Hannah kesal.
Orang-orang mulai saling berbisik dan memadati tempat itu.
“Aku bilang berhenti menggangguku!” bentak pria itu lagi.
“Apa? Dasar sok jual mahal! Lihatlah, orang-orang jadi memperhatikan kita sekarang,” ucap Hannah sedikit berbisik.
“Bukan kita! Tapi kau!” ucap pria itu kasar. “Akan ada orang lain yang menjemputmu kemari. Aku tidak ada waktu mengobrol denganmu! Aku masih punya banyak kerjaan!”
BACA JUGA:
#CerpenSukabumi: I have selulit, so what?
Pria itu tiba-tiba menghilang entah kemana setelah mengatakan hal yang membuat Hannah bingung.
“Orang lain? Menjemputku? Hei! Apa maksudmu?” Hannah berteriak memanggil pria itu.
“Maksudnya, kau harus ikut denganku, Nona!” Terdengar sebuah suara dingin yang menyeramkan dari belakang tubuh Hannah.
“Siapa kau?” Hannah melihat seorang pria berdiri di sana.
Ia merasa setengah takut. Pria itu memakai pakaian hitam-hitam, sangat kontras dengan kulitnya yang putih seolah transparan.
Namun yang menarik perhatian Hannah, di belakang pria itu sesosok tubuh terkulai lemah dengan leher dan pinggang menekuk patah. Tubuh itu berada pada posisi tidak wajar.
Hannah mengenali sosok itu. Ia mengenali tubuhnya sendiri yang sudah tidak bernyawa itu.
“Nah, sekarang… Aku yakin kau tahu siapa aku, kan?” ucap pria itu menyeringai.