Hanya kurang dari sepekan, lahan kekeringan yang sebelumnya 688 hektare (ha), bertambah hingga mencapai 2.563 ha. Sementara lahan yang terancam kekeringan kini telah terinvetarisir mencapai 4.373 ha.
Masih dari kabar bencana kekeringan di musim kemarau ini yang mendera Sukabumi (Kota/Kabupaten), Gaess. Mirisnya, bencana kekeringan sudah semakin parah dan menimbulkan kerugian material yang besar. Diprediksi juga musim kemarau akan berlangsung lebih lama dari biasanya. Wah, hati-hati dan waspada ya, Gaess.
Berikut lima info yang dirangkum sukabumiXYZ.com dari berbagai sumber perihal bencana kekeringan yang mendera Sukabumi, khususnya sampai bulan Juni.
[1] Ada 18 bencana dengan kerugian Rp13 miliar
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi, mencatat kerugian materil akibat bencana alam yang terjadi selama Juni 2019 mencapai Rp13 miliar dari 18 kejadian bencana.
“Kerugian pada Juni memang cukup tinggi yang diakibatkan banyaknya rumah rusak berat akibat bencana mulai dari kebakaran, tanah longsor dan bencana lain-lain,” kata Pusat Pengendalian dan Operasi BPBD Kabupaten Sukabumi, Daeng Sutisna seperti dikutip dari Antara, Selasa (2 Juli).
[2] Dari mulai kebakaran sampai longsor
Adapun rincian 18 kejadian bencana yang terjadi di Kabupaten Sukabumi sepanjang bulan Juni 2019, yakni kebakaran delapan kasus, kekeringan tujuh kasus, longsor tujuh kasus dan angin kencang satu kasus. Sementara itu, untuk jumlah rumah yang rusak sebanyak sembilan unit antara lain tujuh rusak berat dan masing-masing satu unit rusak sedang serta ringan.
Akibat beragam bencana itu, sebanyak 25 jiwa dari tujuh kepala keluarga harus mengungsi dan untuk warga yang terdampak sembilan kepala keluarga dengan jumlah jiwa sebanyak 28 orang. Namun, pada kejadian bencana tersebut tidak ada korban jiwa atau meninggal dunia.
[3] Penyebab kebakaran
Perihal tingginya angka kasus kebakaran pada Juni, penyebabnya terutama human error seperti korsleting listrik. Hal pemicu lainnya musim kemarau. Oleh karena itu, warga diimbau agar tidak melakukan akivitas yang bisa memicu kebakaran. Perilaku membakar rumput kering atau lahan yang apinya bisa merembet dilarang untuk dilakukan selam musim kemarau.
“Kejadian bencana di Kabupaten Sukabumi jumlahnya berfluktuasi setiap bulannya, namun yang harus diwaspadai saat ini adalah bencana kekeringan karena sudah memasuki musim kemarau,” ujar Daeng Sutisna.
Editor’s Picks:
Terancam pidana 15 tahun, mengungkap keanehan PT MKP babat hutan di Sukabumi tanpa izin
Bencana kekeringan makin terasa di Sukabumi, ini 5 info Gen XYZ mesti aware
[4] Musim kemarau, harga sayuran meroket naik
Kekeringan di musim kemarau berdampak pada harga sayuran di Pasar Gudang Kota Sukabumi. Para pedagang mengatakan kenaikan harga dipicu kemarau. Sebagai contoh harga bawang merah yang sebelumnya Rp25 ribu per kilogram sekarang menjadi Rp30 sampai 35 ribu per kilogram. Untuk bawang putih, dari Rp28 ribu menjadi Rp35 ribu per kilogram. Lalu, tomat awalnya Rp8 ribu sekarang Rp12 ribu per kilogram.
“Musim kemarau kaya ginikan susah nyari barangnya apalagi petani di musim kemarau seperti ini mereka kesulitan mencari air untuk menyiram tanamannya,” ujar seorang pedagang seperti dikutip sukabumiupdate.com, Selasa (2 Juli).
[5] Bulog siaga beras
Ketika harga sayuran naik, tidak demikian dengan harga beras karena hingga saat ini masih stabil. Namun demikian karena lahan pertanian di Kabupaten Sukabumi yang masuk kategori kekeringan diperkirakan terus meluas, pihak Bulog sudah menyatakan diri Siaga Beras.
Badan Urusan Logistik Subdivre Cianjur kabarnya sudah menyiagakan 3.500 ton beras. Stok beras yang disimpan di kantor Gudang Bulog Pasir Halang, Kecamatan Sukaraja itu, diperkirakan mampu memenuhi kebutuhan warga di Kota dan Kabupaten Sukabumi hingga tiga bulan ke depan.
“Warga tidak perlu cemas dan khawatir, musim kemarau yang saat ini melanda di beberapa wilayah masih belum berdampak terhadap stok beras,” kata Kepala Gudang Bulog Pasirhalang Subdivre Cianjur, Aep Saepullah seperti dikutip dari Antara, Selasa (2 Juli).
Pun demikian, untuk mengantisipasi dampak kemarau berkepanjangan, Bulog akan secepatnya mengalokasikan persediaan stok cadangan. “Bila dalam tiga bulan ke depan masih terjadi kemarau, maka akan segera menyediakan stok cadangan beras,” pungkas Aep.
[dari berbagai sumber]