Lahan pertanian baik di Kota dan Kabupaten mulai terdampak kekeringan, sungai Cimandiri pun mengering, dan warga Desa Warungkiara jalan kaki 2 km mencari air bersih.
Gaess, sekitar tiga minggu belakangan atau bahkan lebih, hujan tak hadir di hampir seluruh wilayah Sukabumi. Siang hari terasa begitu terik dan saat malam tiba udara dingin terasa menusuk kulit. Sebuah laporan yang dimuat berbagai media online bahkan menyebutkan di puncak Gunung Gede Pangrango muncul fenomena salju.
Fenomena salju itu sebetulnya juga tak begitu mengejutkan karena kerap terjadi memasuki bulan Juni atau Juli. Fenomena itu menggambarkan bahwa saat ini wilayah Sukabumi, khususnya, sedang berada di musim kemarau. Hal yang harus menjadi perhatian adalah musim kemarau kali ini diprediksi akan cukup ekstrim dan lama.
Sejauh ini bahkan kekeringan sebagai dampak dari musim kemarau semakin memburuk di beberapa baik di wilayah Kota maupun Kabupaten. Berikut lima info yang dikumpulkan SUkabumixyz.com dari berbagai sumber perihal dampak musim kemarau dan bencana kekeringan yang terjadi di Sukabumi.
[1] Lahan pertanian di Kota Sukabumi mulai terdampak kekeringan
Dalam beberapa pekan terakhir hingga akhir Juni 2019, sebanyak 0,25 hektare (ha) lahan pertanian di di wilayah Kota Sukabumi mulai terdampak bencana kekeringan. ‘’Dari data yang ada, seluas 0,25 ha tanaman padi yang kekeringan akibat kemarau,’’ ujar Kepala Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan (DKP3) Kota Sukabumi Kardina Karsoedi seperti dikutip dari Antara, Minggu (30 Juni).
Kardina menambahkan, lahan yang kekeringan berada di Kelurahan/Kecamatan Lembursitu. Kekeringan di lahan pertanian tersebut baru masuk tingkat ringan. Kondisi kekeringan akibat volume air dari saluran irigasi berkurang. Untuk penanganan saat ini, pihak Kardina melakukan pergiliran pengairan areal pertanian. Sehingga harapannya lahan pertanian tersebut masih bisa terselamatkan hingga panen nanti.
[2] Lahan pertanian di Gegerbitung gagal panen
Jika di wilayah Kota baru sebatas 0,25 ha yang terdampak bencana kekeringan dan dalam tahap yang masih awal, di wilayah Kabupaten kondisinya sudah lebih parah. Lahan seluas dua (2) hektare di sekitar kawasan bukit Bongas, Kampung Gegerbitung, Desa/Kecamatan Gegerbitung, Kabupaten Sukabumi bahkan sudah lebih dulu mengalami kekeringan.
Dampaknya para petani mengalami kerugian karena tanaman padinya mengalami gagal panen atau puso. “Lahan pertanian di sini kesulitan sarana pengairan sejak Mei 2019 lalu,’’ ujar petani padi di bawah bukit Bongas, Kampug Gegerbitung, Ahmad Dayat (50 tahun) seperti dikutip dari Antara, Kamis (27 Juni).
Dayat menambahkan, para petani akhirnya memilih untuk panen lebih dini. Hal ini untuk mencegah kerugian yang lebih besar akibat kekeringan.
Editor’s Picks:
[3] Sungai Cimandiri mengering
Indikasi bencana kekeringan di Sukabumi juga terlihat fenomena mengeringnya salah satu sungai terbesar, yaitu Cimandiri. Kondisi mengeringnya sungai yang foto-fotonya sempat viral di media sosial mengejutkan banyak netizen. Narasi pada foto-foto itu menyebutkan Hulu Waton, mata air Sungai Cimandiri di Kecamatan Gegerbitung, Kabupaten Sukabumi mengering.
FYI, sungai Cimandiri adalah salah satu sungai besar di Sukabumi yang jadi sumber kebutuhan air masyarakat mulai dari hulu hingga jauh ke muara laut di Pelabuhan Ratu. Oleh karena itu, dikhawatirkan mengeringnya hulu sungai Cimandiri akan berdampak pada kurangnya debit air untuk konsumsi lahan pertanian, tetapi juga untuk konsumsi manusia.
[4] Warga Warungkiara jalan kaki 2 km cari air bersih
Di beberapa wilayah kekeringan memang sudah berdampak pada hilangnya air bersih untuk konsumsi manusia. Salah satunya, kekeringan yang melanda dua kedusunan di Desa Warungkiara, Kecamatan Warungkiara.
Sumur warga di Kedusunan Cibungur dan Bojongmalang ini sudah kering sehingga warga mengandalkan mata air untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Adapun lokasi mata air tersebut jauh dan sulit dijangkau. Tak ada sumber air lain karena layanan PDAM belum bisa menjangkau daerah tersebut.
Sekertaris Desa (Sekdes) Warungkiara Yandi Sopiandi mengatakan terdapat sekitar 400 Kepala Kelurga di dua kedusunan tersebut. “Sumur warga sudah mulai mengering jadi warga hanya mengandalkan mata air yang jaraknya kurang lebih 2 kilometer,” kata Yandi seperti dikutip dari sukabumiupdate.com, Selasa (25 Juni).
Editor’s Picks:
[5] Sekira 36 desa terancam bencana kekeringan
Sejak dini dampak bencana kekeringan dan darurat air bersih memasuki musim kemarau 2019 memang sudah diprediksi oleh pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi. BPBD Kabupaten Sukabumi sudah memperkirakan ada sebanyak delapan (8) kecamatan, 36 desa dan 100 kemandoran akan mengalami darurat kekeringan.
Delapan kecamatan itu di antaranya Kecamatan Cibadak, Nagrak, Gunugguruh, Warungkiara, Bantargadung, Palabuhanratu, Cikembar, dan Cicurug. Pihak BPBD mengaku sudah melakukan pemetaan, area mana saja yang harus disuplai air bersih dan telah menyiapkanj beberapa kendaraan tanki pengangkut air.
Begitu Gaess, jadi waspada selalu dengan bencana kekeringan ya. Lakukan hal kecil yang paling bisa dilakukan masing-masing pribadi, salah satunya dengan menghemat sumberdaya air.
[dari berbagai sumber]