Kondisi air Cimandiri telah keruh karena limbah, juga rawan bencana longsor.
Jika diibaratkan badan manusia, sungai bak urat nadi yang berdenyut dan menjadi tanda kehidupan. Lalu, apa jadinya jika sungai sudah rusak dan tidak berfungsi dengan baik? Maka, kemungkinannya mudah saja. Kehidupan akan terganggu, dan pada puncaknya kehidupan akan berakhir dengan tragis. Dengan pola pikir demikian, maka jelaslah sudah bahwa sungai harus dijaga dan itu adalah tugas kita semua.
Bagaimana dengan kondisi sungai-sungai yang berada di Sukabumi? Salah satu yang harus menjadi perhatian khusus adalah fakta bahwa Cimandiri, sungai utama di Sukabumi dalam kondisi dalam kondisi yang mengenaskan, yaitu sangat kritis!
Berikut lima info perihal kondisi sangat kritis sungai Cimandiri.
1. Sungai Cimandiri
Sungai Cimandiri adalah salah satu sungai yang terletak di Kabupaten Sukabumi. Sungai ini mengalir dari timur ke barat sepanjang 69,50 km. Hulu sungai Cimandiri berada di Gunung Pasir Caringin, Desa Sukamanah, Kecamatan Gegerbitung dan bermuara ke Samudra Hindia, Pelabuhanratu. Selain itu, anak sungai Cimandiri juga berhulu dari Gunung Gede, Gunung Pangrango, Gunung Salak dan Gunung Halimun.
Berikut sejumlah anak Sungai Cimandiri yang memiliki panjang lebih dari 10 Km, dimulai dari hilir: Sungai Cidadap, Sungai Citarik, Sungai Cigadung, Sungai Cicareuh, Sungai Cicatih, Sungai Cibojong, Sungai Cibatu, Sungai Citalahab, Sungai Cipelang, Sungai Cibeureum, Sungai Cijuray, Sungai Cimuncang, Sungai Cikole, dan Sungai Cikupa.
2. Kondisi Cimandiri sangat kritis
Sukabumi, baik kota dan kabupaten, dibelah oleh sungai Cimandiri. Sungai yang membelah pemukiman warga di Kota dan Kabupaten Sukabumi, serta Kabupaten Bogor itu, kini dalam kondisi sangat kritis. Kondisi air sungai telah keruh karena limbah. Selain itu bantaran sungai juga rawan bencana longsor.
Pegiat lingkungan hidup Sukabumi, Herman mengatakan dari data BP DAS Citarum-Ciliwung 2009 lalu saja, laju sedimen DAS Cimandiri telah mencapai 97,1 ton/ha/th. Erman juga menambahkan, dari data wilayah sungai Cisandane-Cibareno dari sepuluh sungai, sungai Cimandiri salah satu yang memiliki rasio kebutuhan dan ketersedian air mencapai 173,12, masuk kategori sangat kritis. Kondisi serupa juga terjadi pada Sungai Ciletuh yang mencapai 119,34 dan Sungai Citepus 102,93.
“Kondisi itu, sembilan tahun lalu. Tapi seiring alih fungsi lahan di hulu Cimandiri kondisi kategori sangat kritis. Apalagi dua tahun lalu, hutan belantara sudah berubah banyak. Dan kini tidak hanya puluhan hektar jadi kandang ayam, tapi berubah menjadi lahan pertanian semusim. Maka kondisi diperkirakan semakin kritis,” kata Herman yang dikutip dari Pikiran Rakyat online.
BACA JUGA:
Miris Gaess, 25 sungai di Sukabumi tercemar, ini 5 faktanya
Sidang di tempat denda Rp15 juta jika warga Sukabumi buang sampah ke sungai, ini 5 infonya
Cileuleuy lebih terawat dari Cicatih-Cibeber, 5 fakta sungai di Cicurug Sukabumi
3. Seruan selamatkan DAS Cimandiri
Menyikapi kondisi Cimandiri yang sangat kritis, belasan komunitas dan pegiat lingkungan hidup Kota dan Kabupaten Sukabumi (Kamis/29 November) lalu, beramai-ramai menyerukan penyelamatan sungai Daerah Aliran Sungai (DAS) Cimandiri.
Para pegiat lingkungan tergabung dalam berbagai komunitas di antaranya: MAPALA, PABS, PASTI, Saling, Paksi Extrass, SISPAKA, GERNEPAL, SISPALA, JARAMBAH, ARAH ANGIN, Geosfer, JPS,TROPYS, Tapak Rimba, Land Rover sukabumi dan Imah Abah. Salah satu kegiatan mereka adalah secara beramai ramai melakukan penanaman pohon di titik nol yang berada persis di hulu sungai Cimandiri di Desa Sukamanah, Kecamatan Gegerbitung, Kabupaten Sukabumi.
Penanaman berbagai jenis pohon dilakukan untuk mengantisipasi pendangkalan sungai yang semakin tebal. Sebanyak ribuan batang pohon ditanam di sekitar badan sungai Cimandiri.
4. “Sarebu Tangkal Sadesa”
Kegiatan para pegiat lingkungan Sukabumi tersebut diberi tajuk program “Sarebu Tangkal Sadesa.” Dengan program itu diharapkan dapat mengurangi sendimentasi air yang kini semakin tebal. Program ini diharapkan dapat terus berlanjut hingga di seluruh desa yang berada di sekitar aluran sungai Cimandiri.
“Kami mencoba menyelamatkan aliran DAS Cimandiri yang kini sangat kritis. Di antaranya menanam pohon bersama sama yang melibatkan warga di sekitar sungai Cimandiri. Melalui program ‘seribu tangkal sadesa,’ aliran yang melintasi lebih dari lima ratus desa dan kelurahan diharapkan dapat mengurangi sedimen pada badan sungai,” tandas Herman yang tergabung di komunitas Paksi Extrass.
5. Akibat penebangan hutan di kawasan hulu Cimandiri
Keberadaan hutan di sekitar sungai Cimandiri berfungsi menjadi areal serapan dan penyimpanan. Sayangnya, kini di kawasan hulu Cimandiri sudah mulai rusak. Akibatnya selanjutnya, mengancam kesinambungan kelestarian kawasan hulu yang berdampak pada seluruh aluran sungai Cimandiri.
Para pegiat lingkungan pun mengkritisi pihak Perhutani Sukabumi yang menjadi penanggung jawab areal hulu Cimandiri. Kritisi para pegiat lingkungan Sukabumi pun dibantah oleh Humas Perum Perhutani KPH Sukabumi, Taufik. Ia membantah telah terjadi penebangan hutan yang dilakukan secara sporadis di daerah hulu Cimandiri.
Menurut Taufik, penebangan yang ada dilakukan secara terencana dan terprogram. Bahkan penebangan yang di lakukan di beberapa wilayah dikawasan KPH Sukabumi itu, disertai penanaman pohon kembali.
Jika demikian, mengapa kondisi sungai Cimandiri kritis? Pastinya, para pegiat lingkungan di Sukabumi tak boleh berhenti untuk berbuat, memantau dan mengkritisi segala hal yang berhubungan dengan kebaikan sungai dan lingkungan. (dari berbagai sumber)