Fordapil melakukan kegiatan river toubing sebagai upaya merawat Cileuleuy.
Gengs, Cicurug adalah salah satu kecamatan di Sukabumi yang kerap muncul di berita perihal banjir akibat sungai meluap. Kalau sungai meluap, selain faktor alam (tingginya curah hujan), pasti penyebab lainnya adalah kondisi sungai itu sendiri. Jangan-jangan sungainya tercemar atau kotor dan mampet akibat sampah, dan lain-lain.
FYI, ada tiga sungai yang melintasi Kecamatan Cicurug, yaitu Cicatih, Cibeber dan Cileuleuy. Dan berikut adalah lima fakta tentang ketiga sungai itu hasil ngobrol santai sukabumiXYZ.com dengan aktivis lingkungan hidup asal Cicurug, Wawan Gunawan (45). Wawan adalah penggagas sekaligus ketua Fordapil (Forum Pemuda Peduli Lingkungan) Cicurug.
1. Cicatih, Cibeber dan Cileuleuy
Kecamatan Cicurug dilintasi oleh tiga sungai. Dua sungai di antaranya berhulu di Gunung Salak (Cibeber dan Cicatih), satunya lagi berhulu di Gunung Gede (Cileuleuy). Sungai Cicatih dan Cibeber lalu bertemu di Desa Mekarsari, dekat pabrik air mineral bermerk Aqua. Selanjutnya, kedua sungai yang sudah bersatu mengalir ke arah Kecamatan Parungkuda dan melintasi Kecamatan Cibadak dengan nama sungai Cicatih.
Sementara itu, sungai Cileuleuy dari hulunya di Gunung Salak mengalir membelah Kecamatan Cicurug, lalu melintasi Kecamatan Ciambar dan kemudian bersatu dengan sungai Cicatih juga di Kecamatan Parungkuda. Kemudian, sungai Cicatih terus mengalir ke arah selatan sampai bermuara di Samudera Hindia (Pantai Pelabuhanratu).
BACA JUGA:
Gaess, ini dia 5 hal yang diingat warga Jakarta jika disebut Sukabumi
2. Limbah domestik mendominasi pencemaran sungai
Menurut Wawan, kondisi ketiga sungai secara umum tercemar berbagai limbah, terutama oleh limbah sampah domestik atau rumah tangga, dengan presentase ketercemaran yang berbeda-beda. Sungai Cicatih dinilai yang paling tercemar oleh limbah sampah domestik (sampah rumah tangga).
“Pada saat mau dibersihkan, sungai (Cicatih) sangat kotor sampah plastik dan lain-lain. Ada juga yang buang limbah seperti bekas pemotongan ayam, dari bulu sampai bagian yang lainnya semua dibuang ke sungai,” kata Wawan menceritakan pengalamannya turut membersihkan sungai Cicatih.
Masih menurut Wawan, di antara ketiga sungai, hanya Cileuleuy yang lumayan minim pencemaran limbah, baik industri maupun rumah tangga. “Nah, Cileuleuy air dari gunung (Gede), baru 10% pencemaran, terutama dari sampah rumah tangga dan sisa penebangan yang dibuang langsung oleh masyarakat.”
Sementara itu, sungai Cibeber juga tercemar oleh berbagai limbah. “Cungai Cibeber masuk kawasan Indolak, tapi apakah tercemar limbah atu tidak, mesti dibuktikan di lab terlebih dahulu,” tandas Wawan.
BACA JUGA:
5 info akhir Juli 2018 ada penerimaan PNS baru, warga Sukabumi berminat?
Mulai silat sampai muay thai, ini 5 info komunitas MMA di Sukabumi
3. Ngamumule Sungai Cicatih
Pada bulan Maret lalu, berbagai elemen di Cicurug bergotong royong membersihkan sungai Cicatih. Acara yang diprakarsai Camat Cicurug, Agung Gunawan diberi tajuk “Ngamumule Sungai Cicatih.” Acara gotong royong itu melibatkan Muspika Cicurug, berbagai elemen masyarakat termasuk juga Fordapil, dan juga bergabung PT. Aqua Golden Mississippi (AGM).
Kegiatan bersih-bersih sungai Cicatih dilakukan mulai dari jembatan Bangbayang sampai ke muara Cibeber (dekat poabrik Aqua). Menurut Camat Agung, aksi bersih-bersih ini dalam rangka bulan bakti gotong royong dan menumbuhkan kesadaran masyarakat terhadap kebersihan.
4. Kebiasaan buruk membuang sampah di sungai
Berkaca dari pengalaman membersihkan sungai Cicatih dan aktivis lingkungan lainnya, Wawan sangat menekankan pentingnya kesadaran masyarakat akan bahaya membuang sampah ke sungai. “Pencemaran (kebanyakan) diakibatkan rasa kesadaran masarakat yang sangat kurang. Saya melihat masih banyak yang buang sampah ke sungai atau bukan pada tempatnya,” keluh Wawan.
Percuma saja jika kegiatan bersih-bersih sungai dilakukan, tapi masyarakat tetap membuang sampah ke sungai. Maka selain bersih-bersih sungai, mengkampanyekan kebiasaan baik membuang sampah di tempatnya (tidak di sungai) adalah mutlak. Itulah yang perlahan-lahan dan secara terus menerus dilakukan oleh Wawan bersama Fordapil-nya.
BACA JUGA:
Menelusuri jejak masa lalu Kota Sukabumi berlandaskan resi, ratu, dan rama
Gen Y Sukabumi mesti tahu nih, legenda 5 Embah di Jampang Surade
5. Cileuleuy River Tubing, cara merawat sungai
Sebagai aktivis lingkungan, Wawan bersama Fordapil-nya terus mencari bagaimana cara merawat sungai agar tetap lestari. Singkat cerita, ayah empat anak memunculkan ide untuk membuat kegiatan outdoor berupa river tubing (melakukan arung jeram menggunakan sejenis ban dalam) yang dikomersilkan. Dengan demikian warga akan “dipaksa” untuk menjaga sungai Cileuleuy agar tetap bersih, karena memberikan tambahan pendapatan bagi mereka.
“Awalnya saya ingin melestarikan sungai sekaligus menjaganya. Lama kelamaan merncoba dibikin kegiatan tubing,ternyata responnya positif dan masyarakat saling mencoba dengan operasional seadanya,” kisah suami dari Nasiah. Dampaknya, Cileuleuy terlihat lebih terawat dibandingkan Cibeber dan Cicatih.
Secara keseluruhan, Wawan dan Fordapil ke depan akan terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar tiga sungai di Cicurug bisa lestari. “Cicatih sudah mulai dari hulu dibersihkan dan masyarakat sudah mulai tidak mmbuang ke sungai. Sampahnya sudah kita tarik rutin. Desa Tenjolaya sampahnya 16 ton per bulan kami tarik seminggu dua kali tinggal Rawasidkin, Nyangkowek dan seterusnya,” ujar Wawan.
Terlebih dari itu, Fordapil juga berharap aparat pemerintah harus lebih tegas lagi. Segera berikan sanksi bagi masarakat yang membandel atau melanggar aturan Perbup. “Semoga ke depan Fordapil bisa menambah armada lagi untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, terutama pengakutan sampah,” pungkas Wawan.