Pihak BMKG mengatakan perahu nelayan dinilai berisiko terhadap kecepatan angin lebih dari 15 knot dan tinggi gelombang di atas 1,25 meter.
Bencana kekeringan yang muncul di musim kemarau saat ini rupanya bukan satu-satunya yang mesti kita waspadai, Gaess. Bagi kalian yang domisilinya dekat dengan laut dan yang menjadikan laut sebagai tempat mencari nafkah, harus juga waspada dengan siklon tropis Mun yang muncul dari Laut Cina Selatan dan bakal berdampak dalam beberapa hari ke depan terhitung tanggal 3 – 6 Juli 2019.
Berikut lima info yang dirangkum Sukabumixyz.com dari berbagai sumber perihal siklon tropis Mun.
[1] Kemunculan siklon tropis Mun
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menginformasikan kemunculan siklon tropis Mun di Laut China Selatan yang diprediksi akan berlangsung mulai tanggal 3 sampai 6 Juli 2019. Berdasarkan analisis BMKG, perairan berpotensi dilanda gelombang tertinggi yang mencapai 4-6 meter akibat siklon tersebut, khususunya di wilayah Samudera Hindia sebelah selatan Jawa Tengah hingga Jawa Timur dan Samudera Hindia barat Lampung hingga selatan Bali.
“Siklon tropis di Laut China Selatan yang merupakan pusat tekanan rendah telah menarik aliran angin dari pusat tekanan tinggi di sekitar Australia. Perairan yang dilalui aliran angin ini memiliki kecepatan angin tinggi dan memicu gelombang tinggi,” kata Kepala Bidang Informasi Meteorologi Maritim BMKG Eko Prasetyo di Jakarta seperti dikutip dari Antara, Rabu (3 Juli).
[2] Indonesia terdampak siklon Mun
Pusat tekanan rendah di Laut China Selatan ini diketahui telah menjadi siklon topis Mun. Pusat tekanan rendahnya sekitar 994 hPa dan memicu pola sirkulasi angin di Samudera Pasifik utara Papua. Sementara pola angin di wilayah utara ekuator umumnya dari Selatan – Barat Daya dengan kecepatan 4 – 25 knot, sedangkan di wilayah selatan ekuator umumnya dari Timur – Tenggara dengan kecepatan 4 – 25 knot.
Kecepatan angin tinggi terpantau di Perairan Bengkulu – Enggano, Perairan Selatan Banten, Laut Jawa, dan Selat Makassar bagian selatan. Kondisi ini mengakibatkan peningkatan tinggi gelombang di sekitar wilayah tersebut.
[3] Gelombang 4 meter di selatan Sukabumi
Khusus bagi warga Sukabumi yang berdomisili di sekitar pantai selatan, lebih khusus lagi para nelayan dan pegiat wisata, perlu waspada dengan potensi munculnya gelombang yang bias mencapai tinggi 2,5 – 4 meter.
Dari data yang dirilis pihak BMKG, selatan Banten sampai Jawa Barat (termasuk Sukabumi) termasuk perairan yang berpotensi dilanda gelombang 2,5 hingga 4 meter. Selain Banten dan Jawa Barat, perairan lainnya dengan potensi tinggi gelombang sama antara lain utara Sabang, Sabang – Banda Aceh, barat Aceh hingga Kepulauan Mentawai, Bengkulu – Enggano, barat Lampung, Samudera Hindia barat Aceh hingga Bengkulu, Selat Bali – Lombok – Alas bagian selatan, selatan Pulau Sumbawa hingga Pulau Sumba, selatan Pulau Sawu, Selat Sumba bagian barat, serta Samudera Hindia selatan NTB hingga NTT.
Editor’s Picks:
Bencana kekeringan makin terasa di Sukabumi, ini 5 info Gen XYZ mesti aware
Juni, 18 bencana di Sukabumi dengan kerugian Rp13 M, 5 fakta Gen XYZ mesti tahu
[4] Nelayan Sukabumi harus waspada
Secara keseluruhan, hampir semua perairan di Indonesia bakal terkena dampak siklon tropis Mun dengan ketinggian gelombang yang beragam, dari mulai yang terendah 1,5 meter sampai 6 meter. Lebih lanjut, Eko Prasetyo menekankan bahwa potensi gelombang tinggi di beberapa wilayah tersebut dapat berisiko terhadap keselamatan pelayaran.
Untuk perahu nelayan, dinilai berisiko terhadap kecepatan angin lebih dari 15 knot dan tinggi gelombang di atas 1,25 m. Untuk kapal tongkang, berisiko jika kecepatan angin lebih dari 16 knot dan tinggi gelombang di atas 1,5 m. Kapal ferry berisiko jika kecepatan angin lebih dari 21 knot dan tinggi gelombang di atas 2,5 m. Terakhir, kapal ukuran besar seperti kapal kargo dan kapal pesiar berisiko jika kecepatan angin lebih dari 27 knot dan tinggi gelombang di atas 4 m.
[5] Siklon Mun tak pengaruhi cuaca Indonesia
Sementara itu, Kepala Subbidang Produksi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG Siswanto, mengatakan siklon tropis Mun ini tidak memengaruhi kondisi cuaca di Indonesia. Saat ini pola angin monsunal yang kering dari Australia telah memicu musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia.
[dari berbagai sumber]