Kemampuan sungai semakin hari kian berkurang akibat pendangkalan, penyempitan, penurunan debit, sampah dan limbah cair.
Perlu kamu tau ya, Gengs, hingga kini berbagai kalangan, baik masyarakat hingga badan usaha seperti pertanian, peternakan, domestik, dan kegiatan lain masih banyak yang menjadikan sungai sebagai penunjang aktivitasnya.
Pada sisi lain, kemampuan sungai semakin hari kian berkurang akibat pendangkalan, penyempitan, penurunan debit, sampah dan limbah cair. Mirisnya, Gaess, kian hari air sungai sudah tidak bisa digunakan untuk berbagai keperluan lagi akibat kandungan airnya sudah tidak sehat lagi.
Mirisnya, Gaess, kian hari air sungai sudah tidak bisa digunakan untuk berbagai keperluan lagi. Hal ini akibat kandungan air sudah tidak sehat lagi. Simak baik-baik lima faktanya ya, Gengs.
[1] Parungkuda
Dalam kurun satu Bulan, limbah PT Nina Venus I di Jalan Panas Bumi Angkrong, Desa Sundawenang, kembali meluap menggenangi pemukiman warga RT 25/RW 11, Kamis lalu (1/3/2018). Sebelumnya, Kamis (1/2/2018), peristiwa serupa juga pernah terjadi.
DLH Kabupaten Sukabumi mengaku sudah turun ke lapangan untuk mengklarifikasi. DLH memberi tengat satu bulan kepada pihak perusahaan untuk memperbaiki pipa limbah yang bocor.
[2] Parungkuda
Warga Kampung Suweng, Desa Sundawenang, Kecamatan Parungkuda, menyoalkan perusahaan PT Promed Rahardjo Farmasi Industri (PRFI) yang diduga membuang limbahnya ke Sungai Cicatih. Akibatnya, bau menyengat mulai mengganggu warga dan dikuatirkan warga limbah tersebut mengandung bahan kimia dan dapat membahayakan, demikian seperti dilansir Radar Sukabumi, kemarin (27/6/2019).
Ketika mediasi di kantor desa, Kamis (18/07/2019), warga memberi lima tuntutan kepada PT PRFI. Pertama, perusahaan harus memprioritaskan warga untuk berkerja. Kedua, pemeliharaan jalan yang harus dibayar sebesar Rp250.000. Ketiga, membangun pipasisasi air bersih untuk warga. Keempat, memberi warga limbah produktif sebanyak 50 persen. Serta kelima, membangun pipanisasi untuk limbah produksi yang disalurkan ke sungai.
Duh, untungnya dari seluruh poin tuntutan tersebut, pihak perusahaan sanggup memenuhinya, Gaengs. Padahal nih, Gaess, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Sukabumi menjamin limbah tersebut tidak membahayakan lingkungan, karena sudah melewati proses pengolahan yang mememuhi baku mutu.
Dugaan pencemaran muncul setelah ada orang yang membakar sampah di belakang pabrik dan menimbulkan kebocoran pada pipa sehingga limbah mengalir ke permukiman. Namun saat ini, pipa bocor tersebut telah diperbaiki oleh pihak perusahaan.
Editor’s Picks:
[3] Cibadak
Jumat (15/3/2019) tim gabungan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Sukabumi dan Kecamatan Cibadak mengecek dugaan pencemaran sungai Cimahi yang viral karena berbusa. Tim Pengaduan Penyelesaian Sengketa lingkungan (P2SLH), mengambil sampel busa dan air dari sungai Cimahi dan mengecek langsung ke lokasi pengolahan limbah cair milik pabrik garmen PT Daehan Global.
Perusahaan terdeteksi memiliki saluran buang akhir limbah ke Sungai Cimahi. Didampingi perwakilan perusahaan, enam petugas dari DLH dan Pol PP Kecamatan Cibadak mengecek lokasi bak penampungan limbah cair yang berada dibagian belakang pabrik.
Sementara, Abdul Haris selaku HRD PT Daehan Global menegaskan proses penanganan limbah sudah mendapatkan izin dari pemerintah daerah. “Proses limbah cair kita sesuai dengan ketentuan yang ada,” jelasnya singkat.
[4] Cicurug
Warga Kampung Caringin RT 03/06, Desa Nyangkoek, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, mengeluhkan bau tak sedap berasal dari irigasi Cicurug. Saat ini, air di irigasi yang merupakan pertemuan dua sungai di Kecamatan Cicurug, Sungai Cicatih dan Cibeber tersebut sedang surut akibat kemarau. Sedangkan banyak orang yang tak bertanggungjawab membuang sampah dan kotoran. Irigasi tersebut.
Dikutip dari sukabumiupdate.com, Selasa (2/6/2019), warga menduga air irigasi tercemar limbah perusahaan peternakan ayam, karena dalam aliran air ini terlihat banyak sekali bulu ayam. “Sempat ada pihak dinas yang mengontrol kondisi irigasi ini, namun sampai saat ini belum ada tindakan apapun,” ungkap salah seorang warga, Dudi Hermasyah (44).
Dudi berharap Pemkab Sukabumi bertindak cepat dengan kondisi ini, lantara air sungai melintasi sejumlah desa di Kecamatan Cicurug dan fungsinya sangat penting bagi pertanian. “Sungai ini kan milik bersama, ayolah beri peringatan kepada proyek ayam yang buang limbahnya sembarangan.”
Editor’s Picks:
[5] Mungkinkah Sukabumi menerapkan Green Industries
Banyaknya aliran sungai di wilayah utara Sukabumi, mendapat catatan dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Sukabumi. Setelah viral di media sosial dan menjadi isu hangat di tengah masyarakat, DLH pun mengundang beberapa perusahaan untuk mengevaluasi kewajibannya dalam pengendalian pencemaran air melalui Kegiatan Diseminasi Pengendalian Pencemaran Air, 31 Maret 2019 lalu.
Diantara kewajiban perusahaan dalam pengelolaan lingkungan adalah mengendalikan pencemaran air, terutama untuk perusahaan-perusahaan penghasil limbah cair. So, dengan segala ketentuan yang melekat dari kewajiban itu, perusahaan harus melaksanakan dan mentaatinya, mulai dari kepemilikan IPAL (izin pengelolaan air limbah), IPLC, melaksanakan pemantauan kualitas air, dan melakukan pelaporan.
Secara prinsip penanganan pencemaran air harus dilaksanakan secara terpadu dari hulu hingga hilir, mulai dari inventarisasi dan identfikasi sumber pencemar air, identifikasi kondisi kualitas air, penetapan mutu air sasaran, penetapan daya tampung beban pencemar, penetapan baku mutu air limbah dan perizinan, penurunan beban pencemaran melalui kegiatan penanggulangan dan pemulihan, pemantauan kualitas air.
Nah, menurut Gen XYZ Sukabumi, mungkin gak sih Pemkab menerapkan kebijakan green industries? Mengingat selama ini kerap kali mereka kecolongan oleh pihak pengusaha, ini seperti persoalan klasik ya, Gengs, di luar persoalan Pemkab Sukabumi sendiri selama ini tidak pernah konsisten dalam menegakkan aturan.
Buat kamu, apa sih yang bisa dilakukan untuk menuju Sukabumi Go Green? Yang paling sederhana tentu dengan cara tidak membuang sampah secara sembarangan ya, Gaess.
[dari berbagai sumber]