Apapun alasannya, upaya yang maksimal harus dilakukan dalam mengelola sampah.
Halo, Gengs. Kamu setuju jika orang yang mengaku beradab tidak konstan berperilaku penuh adab. Manusia yang mengklaim berpendidikan, tidak pula konstan berperilaku layaknya seorang terdidik. Pun orang yang mengklaim beragama, tidak serta merta berperilaku religius.
Mengapa demikian? Betapa tidak, sebuah pemandangan mengerikan viral di media sosial. Entah berapa ton sampah menghampar di etalase Kabupaten Sukabumi di pasar destinasi wisata dunia, layaknya sebuah kekonyolan yang tengah dijajakan di pentas internasional.
Mengerikan, sekaligus memalukan. Mengapa disebut mengerikan dan memalukan? Mengerikan, karena masalah sampah ini kembali menumpuk meskipun pernah dibersihkan, dan memalukan karena lokasi tumpukan sampah ini hanya berjarak lima kilometer dari pusat Ibu Kota Kabupaten Sukabumi, Palabuhanratu, jika melalui pesisir pantai, atau 15 kilometer jika melalui jalur setelah Jembatan Bagbagan. Terlebih Kabupaten Sukabumi memiliki tagline Mandiri dan Religius.
Seberapa mengerikan sih? Berikut lima faktanya, Gengs.
[1] Ikon baru dan masalah baru
Sebuah ikon wisata baru telah cukup lama berdiri di Desa Loji, Kecamatan Simpenan, dan sudah terkenal hingga ke luar daerah, yakni Vihara atau Kelenteng Dewi Kwan Im. Belum lagi pesona pantai dan batu karangnya yang mampu mencuri perhatian wisatawanyang datang.
Tak hanya itu, di sekitar kawasan Pantai Loji juga telah berdiri megah Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berkapasitas 3 X 350 MW Jabar II, tepatnya di Kampung Cipatuguran, Desa Jayanti, Kecamatan Palabuhanratu. Lokasi vihara dan PLTU ini dibatasi oleh Muara Cimandiri yang pasirnya kerap dikeruk warga untuk dijual.
Namun, masalah baru muncul tatkala foto hamparan sampah di pantai seluas 2,5 kilometer itu, serta foto tulisan “Pantai Loji” secara terbalik sehingga terbaca “ijoL iatnaP”, di-posting oleh salah seorang warga di akun media sosial Facebook miliknya pada 5 Juni 2018 silam. Setelah viral, pemerintah daerah kemudian langsung menangani sampah tersebut hingga bersih.
[2] Berada di kawasan CPUGG
Kita semua seakan lupa jika sejak disahkan tahun 2018 lalu, Pantai Loji termasuk ke dalam kawasan destinasi wisata kelas dunia, Ciletuh Palabuhanratu Unesco Global Geopark (CPUGG). Kini kawasan primadona Kabupaten Sukabumi ini masuk 10 besar tujuan wisata dunia.
[3] Dari Cicurug sampah mengalir
Pemicu banyaknya sampah di pantai tersebut akibat kebiasaan warga membuang sampah secara sembarangan ke sungai, sehingga akhirnya terbawa hingga ke laut dan terdampar dan menghampar di pantai tersebut. Di sekitar Pantai Loji memang terdapat aliran sungai terbentang dari Cicurug hingga Cibadak, kemudian bermuara di Pantai Loji.
Sementara itu, masyarakat di sekitar pantai hanya memilah dan memilih sampah plastik karena memiliki nilai ekonomis. Tumpukan sampah tersebut juga pernah dikeruk dan dikumpulkan dengan menggunakan alat berat. Tetapi semua upaya seperti sia-sia belaka, dan tak mampu mengurangi tumpukan sampah secara signifikan.
“Masalah sampah di Pantai Loji akan selalu ada. Hal ini karena Pantai Loji merupakan muara Sungai Cimandiri, dimana sampah yang dibawa dari daerah hulu, seperti Sungai Cipelang, Citarik, dan Cicatih akan terakumulasi di muara Sungai Cimandiri,” kata Kepala Bidang Kebersihan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Sukabumi Denis Eriska, seperti dikutip dari sukabumiupdate.com.
Sampah-sampah itu berasal dari warga Kota Sukabumi yang sungainya bermuara ke Sungai Cimandiri. Dari hulunya di Cipelang hingga Pantai Loji sejauh 60 kilometer. Belum lagi dari Cicurug, Kabupaten Sukabumi, aliran sungai setiap harinya menjadi bak petugas kebersihan yang “memungut” sampah dari setiap jengkal pemukiman warga yang dilintasinya.
Sepanjang puluhan kilometer air sungai mengalir, sampah adalah penumpang paling setia menunggu untuk kemudian menumpang hilang dari pandangan. Sampah-sampah tersebut kemudian bertemu tanpa serta rasa malu yang telah membuangnya sembarangan.
BACA JUGA:
Sungai Cimandiri kritis, apa harus dilakukan? gen XYZ Sukabumi mesti tahu 5 info ini
Sering menumpuk di jalan? ini 5 fakta pengelolaan sampah di Kabupaten Sukabumi
5 info gen XYZ mesti aware, setiap hari puluhan ton sampah plastik timbun Kota Sukabumi
[4] Semua jenis sampah ada di sini
Entah berapa ton sampah menghampar, dan terus bertambah luas menjejali pesisir pantai tersebut. Sampah bertebaran di mana-mana mulai dari ranting pohon, plastik, sabut kelapa, sampah rumah tangga, botol kaca, hingga kontoran manusia dan binatang.
Nah, yang lebih mengerikan, Gengs, menurut Denis, volume sampah plastik di Pantai Loji ini mencapai 60 persen dari total sampah yang menumpuk. Hal tersebut diketahuinya ketika pernah dilakukan pembersihan sampah di lokasi tersebut, Juni 2018 lalu.
Volume sampah saat ini memang tidak sebanyak tahun lalu. Namun, ironisnya, selain sampah plastik juga terdapat sampah dan limbah batu bara dari PLTU bercampur dengan berbagai jenis sampah lainnya.
[4] Sampah terkonsentrasi di Pantai Loji
Sebelum ada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) sampah-sampah tersebut terbagi dua sesuai arus laut, di Cipatuguran dan Loji. Namun, setelah ada dermaga dan break water PLTU di kawasan tersebut, semua sampah menjadi terkonsentrasi di Pantai Loji.
Duh, ngeri ya, Gengs. Separah inikah perilaku warga Sukabumi dalam memperlakukan anugerah Tuhan, aliran sungai yang telah menghidupi banyak manusia terutama para petani? Bahkan, Tagline Kabupaten Sukabumi Mandiri dan Religius menjadi bak bintang di langit yang sulit digapai. Jauh ucap dengan laku. Kebiasaan membuang sampah sembarangan dan sikap slow response pemerintah daerah, sama sekali tidak mencerminkan masyarakat yang religius.
Pesona alam yang terbentang puluhan kilometer bak zam-zam khatulistiwa, dan pesisir pantai nan indah layaknya sejumput permadani yang jatuh dari sorga, kini semua telah berubah menjadi layaknya cermin nan panjang membentang bagi ribuan warganya yang buruk perilaku. (dari berbagai sumber)