*The previous chapter: #FixzySukabumi: Bajingan Bertato Ular (Chapter 30): Ledakan
————————————————————————
Grace, wanita pembunuh bayaran paling ditakuti di New York mencari lelaki bertato ular yang telah membunuh adik dan ibunya. Dunia hitam New York dibuatnya kalang kabut, tak satu pun bajingan di kota berjuluk Big Apple itu lepas dari angkara murka bernama Grace.
————————————————————————.
“Grace tunggu!” Alice mengikuti Grace dari belakang. Namun Grace tidak menghiraukannya. “Kevin terluka dan tidak sadarkan diri!” Ucap Alice, Grace menghentikan langkahnya.
“Alice, bisakah kau menemaninya? Ada hal yang harus aku lakukan.” Kata-kata Grace terdengar dingin.
“Oke, tapi ada satu hal yang harus kau tahu.” Alice sedikit bingung untuk mengatakannya.
“Apa?” Tanya Grace.
“Aku melihat Sergio Cortez dari Bonnas.” Jawab Alice cepat. Mata Grace terlihat menyipit. Ia terlihat sedang berpikir.
“Baik Alice. Kau tetap disini dan temani Kevin.” Grace melangkah pergi.
“Lalu bagaimana dengan pria tua itu?” Ucap Alice.
“Biarkan saja dia. Nanti kakek Herald dan bibi Marry akan datang kemari.” Ucap Grace tak acuh. Namun ia menghentikan langkahnya, dan berkata “Oh, bukan… Nanti The Royal’s yang akan datang kemari.” Grace berjalan lagi tanpa menoleh. Alice menghela nafas panjang.
“Baiklah, tapi… Kembalilah dengan selamat, Kapten.” Alice berkata pelan. Grace seolah mendengarnya dan mengacungkan jempol. Tubuhnya semakin menjauh. Alice teringat akan Kevin. Ia bergegas mencarinya di tempat para korban dikumpulkan.
Grace mencari Volcov di parkiran depan, banyak mobil polisi dan pemadam kebakan yang terparkir disana sehingga ia sulit menemukan mobilnya. Namun tak lama ia melihat sebuah mobil hitam mendekat. Ia membuka pintu depan dan duduk dengan cepat.
“Vol, kita pergi ke Beverly Hills. Dan jangan bertanya atau berkata apa-apa.” Grace memakai kembali kacamatanya. Ia mengambil sesuatu dari kotak di dashboard mobil, dan tersenyum dingin.
“Sergio Cortez… Kita akan bertemu secepatnya. Tapi sebelum itu, aku akan mencari seseorang dulu.” Grace mengibaskan sepasang sarung tangan di depan wajahnya. Volcov bergidik. Ia tahu apa yang Grace pikirkan, namun ia tidak ingin mengatakan apapun, karena ia tahu, satu kata saja bisa membuatnya babak belur.
**
“Urrgh! Kepalaku…” Erang Kevin.
“Apa Kau baik-baik saja?” Ucap sebuah suara. Kevin menyentuh pelipisnya, ada sesuatu yang menempel disana. Ia mencoba bangkit, tapi punggungnya terasa begitu sakit.
“Tubuhku sakit sekali.” Erang Kevin lagi.
“Kau tidak boleh bangun dulu.” Ucap Suara itu lagi. Kevin menatap si empunya suara. Seorang wanita muda duduk disamping ranjang tempat ia terbaring.
“Kau siapa?” Ucap Kevin. Gadis itu tersipu, ia tersenyum.
“Namaku Gisele. Aku yang menolongmu tadi.” Ucapnya lembut. Kevin mengernyit, tiba-tiba ia tersentak.
“Dimana Alice? Bagaimana Grace?” Kevin kembali mencoba menggerakan tubuhnya.
“Dia baik-baik saja.” Alice muncul dari balik tirai pembatas.
“Lalu ayah dan kakeknya?” Mata Kevin mentap Alice tak berkedip.
“Kakek tua itu baik-baik saja. Ayahnya beserta tiga dayang itu sepertinya tidak selamat.” Alice mendekati Kevin. Wanita bernama Gisele itu terlihat sedikit tidak nyaman dengan Alice.
“Lalu dimana Grace?” Tanya Kevin, wajahnya terlihat cemas.
“Dia pergi ke suatu tempat dulu. Sepetinya dia ingin menyelesaikan sesuatu.” Alice mendadak tersenyum jahil. “Apa kau khawatir pada pacarmu itu?” Ucap Alice tiba-tiba. Gisele terlihat kaget, wajahnya memucat.
“Hei, jangan bicara sembarangan!” Bentak Kevin. Alice terkikik,
“Oh, jadi karena ada nona muda ini kau ingin membuang Grace?” Alice menggerakan alisnya. Senyum jahil itu tidak hilang dari bibirnya.
“Hei, hentikan itu!” Kevin terlihat kesal.
“Baiklah aku akan katakan pada Grace bahwa kau sudah memiliki calon pacar baru.” Alice berkata sambil pergi, ia menahan tawanya. Kevin mencoba untuk bangun, namun tubuhnya terlalu sakit.
“Alice berhenti!” Teriaknya, namun Alice berlalu begitu saja meninggalkan Kevin dan Gisele.
“Maaf, sepertinya aku juga harus pergi. Aku tidak ingin ada kesalahpahaman lagi.” Gisele mencoba tersenyum. Ia pergi dengan terpincang meninggalkan Kevin meringis dan mencoba untuk bangun. “Arghh! Sial! Kalian kenapa sih!” Gerutunya kesal.
to the next part.