*The previous chapter: #FixzySukabumi: Bajingan Bertato Ular (Chapter 33): Maria
————————————————————————
Grace, wanita pembunuh bayaran paling ditakuti di New York mencari lelaki bertato ular yang telah membunuh adik dan ibunya. Dunia hitam New York dibuatnya kalang kabut, tak satu pun bajingan di kota berjuluk Big Apple itu lepas dari angkara murka bernama Grace.
————————————————————————.
Sosok itu berjalan dengan anggun.
“Iya, aku Maria.” Ucap sosok itu. Grace tertawa keras, Maria terlihat gusar. “Hei! Tidak sopan, kenapa kau tertawa?” Maria berkata ketus.
Grace mendekati Maria. Tingginya hampir sama dengan tinggi Grace, mata mereka beradu.
“Aku tidak menyangka bahwa sosok Maria yang melegenda itu ternyata ‘Waria’” Ada tekanan dalam kata terakhir yang diucapkan Grace. Tapi itu tidak membuat Maria tersinggung.
“Lalu kenapa? Apa kau kecewa, dear?” Terdengar nada manja dalam suara Maria. Wajah Grace berubah kesal.
“Hey, yang benar saja!” Cibirnya.
“Kau bisa menghajar mereka dengan mudah, sepertinya aku tidak bisa meremehkanmu.” Maria berkacak pinggang. Balutan t-shirt dan celana jeans yang ketat membuatnya terlihat bak super model yang sexy. Grace berdecak pelan, ia memiringkan wajahnya seraya berkata,
“Berapa ribu dollar yang kau pakai untuk operasi plastik?” Grace mengangkat sebelah alisnya. Maria terlihat kaget.
“Kenapa kau bertanya?” Jawab Maria ketus.
“Karena aku bisa memberikan rekomendasi dokter ternama yang dapat membuatmu benar-benar terlihat sempurna. Bahkan tanpa mengeluarkan sepeserpun.” Grace sengaja seolah melihat kukunya di depan mata dan memainkan jarinya. Maria tampak tertarik.
“Kau pasti bercanda!” Maria berjalan memutari Grace yang terlihat santai.
“Tidak, aku serius. Aku bisa mengusahakan semuanya.” Grace terus memainkan jarinya.
“Bagaimana aku bisa tahu kalau kau tidak berbohong? Dan aku yakin, pasti ada udang dibalik batu, benar?” Maria berhenti tepat dihadapan Grace. Wajahnya mendekat dan menatap mata Grace lekat.
“Tepat sekali!” Grace menyentuh hidung Maria dengan ujung telunjuknya. “Tidak ada yang gratis. Aku hanya meminta informasi kecil. Dan percayalah, Dokter G tidak pernah mengingkari janjinya.” Grace melipat tangannya di depan dada. Maria terbelalak.
“Kau Dokter G?” Matanya terlihat berbinar.
“Apa aku terlihat seperti berbohong?” Grace menyeringai.
“aaahhhhh!” Maria berteriak kegirangan seraya bertepuk tangan.“ Ikuti aku, akan ku kuberikan semua informasi yang kau butuhkan!’ Maria menarik Grace menuju sebuah pintu kecil tersembunyi di gang itu. Grace mau tidak mau mengikutinya.
**
“Berita terkini, sebuah bom bunuh diri terjadi di Di rumah sakit swasta Di kota New York. Bom tersebut meledak tepat di ruang ICU tempat dimana seorang Jaksa bernama James Lyn dirawat. Diduga bom bunuh diri tersebut dilakukan karena adanya dendam. Hingga saat ini, enam orang meninggal. Dua orang diantaranya adalah perawat di rumah sakit tempat kejadian tersebut terjadi. Namun pria bernama james Lyn diduga selamat, karena tidak ditemukan adanya jasad yang terbakar di dalam ruang ICU tersebut….”
Fang menonton sebuah berita di sebuah channel televisi. Ia melihat gambar ruangan yang diledakkan itu. Ia menghela nafas panjang.
“Jika saja aku tidak datang tepat waktu, mungkin kalian sudah hangus terbakar disana.” Ucap Fang seraya mengalihkan pandangannya pada tiga wanita bermanter bulu tebal.
“Ya, kami berhutang nyawa padamu. Tapi, bagaimana kau bisa tahu akan terjadi hal itu?” Ucap Deliah. Fang tersenyum.
“karena hal itu sudah aku prediksi sebelumnya. Musibah yang dialami James itu memang dirancang sedemikian rupa agar terlihat seperti seorang amatir. Tapi, mungkinkah seorang amatir bisa untuk tidak meninggalkan jejak sama sekali di TKP? Dan aku yakin, James mengenal orang itu. Karena tidak mungkin rumah dengan pengamanan super ketat itu bisa dibobol oleh seorang amatir.” Fang berdiri dari kursinya. Dilihatnya James masih belum bergerak. Mesin alat bantu penunjang kehidapn masih menempel ditubuhnya.
“Apa dia bisa selamat?” Wanita bermantel bulu dengan rambut tergerai berkata pelan.
“Meisile. Dia pasti selamat.” Ujar Deliah menenangkan.
“Aku yakin Nerd bisa merawatnya dengan baik. Namun untuk sementara, kita harus tinggal disini. Aku tidak bisa menghubungi Baboon dan Frankenstein secara langsung melalui ponsel. Semua jalur komunikasi dipantau oleh ‘mereka’. Grace tidak boleh tahu bahwa ayahnya selamat. Biarkan dia seperti dia saat ini. Karena hanya itu yang bisa membuatnya bertahan sampai akhir.” Fang mentap ketiga wanita itu bergantian. “Kalian juga tidak boleh menghubungi Gerald hingga saatnya tiba nanti. Bantu Nerd merawat James. Apa kalian mengerti?” Tanya Fang, Deliah terlihat gelisah.
“Apa Gerald baik-baik saja?” Tanya nya.
“Dia tidak apa-apa. Hanya sedikit sedih karena kehilangan kalian. Dia pria kuat, pasti bisa melalui ini.” Fang menghampiri Deliah dan menepuk pundaknya pelan. “Akan kutinggalkan kalian disini, aku akan memasak makanan. Aku yakin kalian lapar. Ada kamar mandi disebelah sana, dan kasur-kasur itu bisa kalian gunakan untuk tidur, jika mengantuk. Mungkin ruangan ini sedikit kecil dan terlihat seperti senuah bangsal,. Tapi aku rasa cukup nyaman, lagipula… kita tidak punya tempat lain. Jadi, anggap saja rumah sendiri.” Fang meninggalkan ruangan itu.
“Jadi, disinilah kita.” Adele menyandarkan tubuhnya di sofa.
“Kita selamat. Dia menyelamatkan kita.” Ucap Meisile, ia berjalan menuju sebuah ranjang kecil dan membaringkan tubuhnya yang lelah. Deliah menatap James lembut. Ia tersenyum dan mengelus rambut james yang terlihat kelabu.
“Seandainya kau dulu memilihku, mungkin hal ini tidak akan terjadi, James.” Deliah berkata dalam hati kecilnya yang merasa pilu melihat James terbaring tak sadarkan diri seperti itu.
**
to the next part.