———————————–
Grace, wanita pembunuh bayaran paling ditakuti di New York mencari lelaki bertato ular yang telah membunuh adik dan ibunya. Dunia hitam New York dibuatnya kalang kabut, tak satu pun bajingan di kota berjuluk Big Apple itu lepas dari angkara murka bernama Grace.
———————————–
“Hei Grace! Cepat kemari! Jangan hanya membaca buku saja!” Grace menatap mommy-nya yang memanggil sambil bermain-main bersama adik kecilnya di atas rumput hijau dan dengan sinar matahari yang hangat.
“Ayo kak! Kita bermain bersama! Cuaca sedang bagus hari ini, lagipula, ini hari libur!” Larry berlari ke arah Grace yang sedang terduduk seraya membaca buku tebal dan terlihat membosankan. Ia menariknya untuk ikut bergabung. Grace bangun dengan malas.
“Mom, Dad, bolehkah aku tidak ikut bermain? Aku sedang menghapal untuk ujian masuk universitas!” Grace merajuk.
“Ayolah nak, ujiannya masih dua Minggu lagi! Bersenang-senang lah dulu!” Dad tertawa melihat Larry yang terus menarik lengan Grace agar ikut bergabung bersama mereka. Grace menghela napas panjang seraya menaruh buku besarnya ke dalam tas.
“Ini menyebalkan! Kenapa kita harus pergi berlibur di saat aku akan ada ujian? Tidak bisakah kita berlibur setelah ujianku selesai?” Grace terus menggerutu. Tarikan Larry membuatnya mau tak mau bergabung bersama kedua orang tuanya. Dengan malas ia melangkahkan kakinya diatas rumput yang terasa empuk saat dipijak.
“Ayolah, bagaimana jika hari ini adalah hari terakhir kita bersama?” Mom memandangi Grace yang tiba-tiba terdiam.
“Jangan mengatakan hal aneh! Kau membuatku….” Belum sempat Grace menyelesaikan kata-katanya, tiga mobil datang dan melaju dengan cepat ke arah mereka, menggilas rumput di sekelilingnya dengan buas. Seorang pria berbaju hitam menembakkan peluru dari senapan otomatis dengan membabi buta dari dalam mobil.
BACA JUGA: #CerpenSukabumi: Kado dari mama
“Grace awas!” Dad dengan cepat mendorong Grace ke samping. Tubuh Grace berguling dan menabrak tembok penghalang di samping taman, lengan kanannya terluka. Dad terlihat mengeluarkan sepucuk pistol kecil dari pinggangnya. Begitu juga dengan Mom yang dengan sigap membawa Larry ke tempat yang aman.
Suara teriakan histeris terdengar dari sana sini. Semua orang berusaha mencari tempat berlindung. Dad menyuruh Grace untuk mencari tempat yang aman.
Grace menurut dan melompat berlindung di balik tembok penghalang. Jantungnya berdetak kencang. Yang ia pikirkan saat ini adalah keadaan keluarganya. Bagaimana Mom dan Dad memiliki pistol? Dan, siapa orang-orang itu? Apakah Larry sudah aman? Pertanyaan-pertanyaan itu berkecamuk di benaknya.
Suara letusan senjata saling bersautan, suara sirine mobil polisi terdengar dari kejauhan.
“Ya Tuhan, tolong kami!” Grace menangis ketakutan seraya memeluk lututnya. Orang-orang masih tetap berlarian kesana kemari sambil berteriak histeris. Tak lama, terdengar sebuah teriakan dari suara yang dikenalnya.
“LARRY!” Suara itu adalah suara Mom, suara yang membuat Grace tanpa sadar bangkit untuk melihat keadaan ibu dan adiknya itu.
Terlihatlah sebuah pemandangan yang tidak akan pernah dilupakan oleh Grace seumur hidupnya. Larry tertembak dan tergeletak tak bernyawa. Mom berlari lalu memeluk tubuh adiknya itu dengan erat. Sesosok pria berbaju hitam, dengan tato ular di belakang kepalanya mendekati Mom yang sudah tak bersenjata.
Ia tersenyum, dan terlihat mengucapkan beberapa kata, lalu mengacungkan sebuah pistol kecil. Dan dengan santai pria itu menembak kepala Mom. Grace berteriak dan berusaha berlari mendekati ibunya yang sudah dipastikan tewas seketika, namun sebuah tangan besar menarik pinggangnya, dan membawanya ke tempat terlindung yang tak terlihat.
“Grace, tenanglah!” Dad memeluk Grace yang menangis. Tubuhnya bergetar hebat.
“Dad, Mommy dan Larry!” teriak Grace. Dad Hanya bisa memeluk putrinya itu dan berusaha menenangkannya.
“Aku tahu, tapi tidak ada yang bisa kita lakukan saat ini.” Dad mencium kening putri satu-satunya itu dengan lembut dan ikut menangis.
Mereka berdua saling berpelukan di antara hiruk pikuk suara sirine dan tembakan yang saling bersautan. Sekilas, Grace melihat sosok pria yang telah membunuh ibu dan adiknya melintas di dekatnya, matanya menyapu setiap sudut seolah ada orang yang sedang dicarinya. Grace sedikit menundukkan kepalanya.
Tak lama, pria dengan tato ular di kepalanya itu pergi dan menaiki mobil lain yang terparkir tak jauh dari tempat adu tembak tadi. Polisi berpikir bahwa mereka mampu menaklukkan para penembak itu dan mengendalikan keadaan. Namun, ternyata dua orang pelaku utama penembakan di tempat itu bisa pergi dengan bebas dan tenang.
Grace mengepalkan tangannya. Ia bersumpah akan terus mengejar pria itu hingga ia mampu membalas kematian ibu dan adiknya.
***
Grace terbangun dengan keringat dingin membasahi tubuhnya.
“Kenapa? Apa kau mimpi buruk lagi?” Dad menepuk kepala putrinya itu sambil memegang kemudi.
“Iya, mimpi itu terus datang. Sudah sepuluh tahun berlalu, tapi masih terasa begitu nyata,” Grace merapikan rambutnya yang berantakan.
“Kenapa kau tidak lupakan saja kejadian itu, dan hiduplah dengan normal,” Dad tersenyum penuh arti.
“Tidak, aku sudah memutuskan jalan apa yang akan aku tempuh. Aku harus menemukan pria bertato ular itu. Dan mencari jawaban, kenapa dia membunuh Mom seperti itu,” Grace tersenyum kecut.
“Sudah ku katakan padamu, Nak. Dia bukan orang biasa. Dia itu…”
“Lalu, kenapa dia membunuh Mom? Karena Mom adalah pembunuh bayaran sepertimu juga Dad? Atau, apa karena Mom istrimu?” Grace membuat Dad bungkam. “Siapapun dia, di mataku, dia tidak pantas hidup!” Grace bersandar pada kursi mobil, dan memejamkan matanya.
Dad tidak bisa berkata apapun. Sudah berulang kali ia menjelaskan tentang apa yang terjadi di masa lalu itu. Namun Grace tidak mau mendengarnya, dan tetap berpikir untuk membalas dendam.
“Dad hanya tidak ingin kehilangan lagi, Nak. Cukup ibumu dan adikmu. Itu sudah terasa begitu berat.” Dad menghela napas panjang.
Grace tidak bergeming. Ia tahu apa yang dikhawatirkan ayahnya. Namun ia juga tahu, bahwa kini dirinya bukan hanya seorang gadis belia yang bodoh dan tidak bisa apa-apa. Ia sudah tumbuh menjadi sosok yang tidak akan pernah bisa dibayangkan oleh ayahnya.
Bahkan, Grace sendiri tidak pernah menyangka, bahwa dia akan menjelma menjadi sesosok wanita yang dikenal sebagai pembunuh nomor satu di kota New York.
*Til next part: #FixzySukabumi: Bajingan Bertato Ular (Chapter 2): Lady of Black