Sabtu pagi, seorang pelajar SMK ditemukan tewas berlumur darah dan tubuh penuh luka bacok di Desa Pamuruyan, Cibadak, Sukabumi.
Kadang suka pengen bertanya kepada sesiapa yang doyan tawuran ya Gaess, “Apa sih yang kalian cari?” Populer iya, tapi semua keluarga berduka dan menanggung malu. “Buat apa?” Faktanya gak ada yang bilang hebat. Bahkan, semua orang bilang, “Konyol.”
Entah sampai kapan korban tawuran pelajar berhenti meregang nyawa gak berarti ya Gaess. Apa sih yang salah dengan pendidikan di negeri ini? Tawuran lagi, lagi, dan lagi… Mati lagi, lagi, dan lagi… Para pelakunya pun antri masuk bui. Gak kapok apa?
Nah Gaess, yang terbaru, berikut adalah lima fakta kronologis seorang pelajar sekolah menengah kejuruan (SMK) meregang nyawa di Cibadak.
[1] Sabtu (10/4/2021) 02.00 WIB; Pelajar SMK tewas dibacok
Seorang remaja yang berstatus pelajar Kelas 2 SMK Teknika Cisaat ditemukan tewas di sebuah gang gak jauh dari jalan raya, tepatnya di Kampung/Desa Pamuruyan RT 01/01, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, Sabtu (10/4/2021) sekira pukul 02.00 WIB dinihari. Belakangan korban tewas diketahui berinisial Al Fathir Nurzain (AF) berusia 17 tahun, warga Kecamatan Nagrak, Kabupaten Sukabumi. AF tewas dengan tubuh penuh luka bacok.
Warga yang mengetahui peristiwa bengis tersebut kemudian melapor kepada polisi. “Benar ada peristiwa diduga pembacokan terhadap anak di bawah umur, kita masih menyelidiki siapa pelakunya,” ujar Panit Reskrim Polsek Cibadak, Ipda Sapri.
Aksi tawuran berlangsung dini hari tadi atau sekira pukul 01.00 WIB. Korban ditemukan warga sejam kemudian dalam kondisi mengenakan kemeja lengan panjang hijau tua dengan celana olahraga. Jasad AF langsung dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sekarwangi untuk dilakukan otopsi oleh dokter forensik Mabes Polri.
Kepada awak media, dokter forensik RSUD Sekarwangi, Arif Wahyono menegaskan korban sudah dalam keadaan meninggal dunia saat tiba di rumah sakit. Ditemukan banyak luka di tubuh korban yang diduga akibat bacokan senjata tajam. “Kondisi (jasad) saat datang sudah pucat semua, luka terbuka di punggung dan di pangkal paha. Ada pendarahan serius dari luka tersebut. Laporan lengkap medisnya kami sampaikan kepada penyidik kepolisian,” jelas Arif Wahyono.
Usai diotopsi, jenazah AF diserahkan kepada pihak keluarga untuk dimakamkan. Pemakaman korban dilakukan gak jauh dari rumahnya di Kampung Cikolawing RT 02/01, Desa Pawenang, Kecamatan Nagrak.
[2] Jumat (9/4/2021) siang; Polisi temukan bukti ada janji tawuran
Polisi menyebut ada dua kelompok pemuda tawuran di Pamuruyan, sebelum akhirnya AF ditemukan tewas. Menurut Kanit Reskrim Polsek Cibadak Iptu Madun menegaskan bahwa korban sebelumnya terlibat tawuran dengan pelajar dari sekolah lain. “Tawuran tersebut sudah direncanakan, ada janji untuk bertemu antara kelompok korban (SMK di Cisaat) dengan kelompok musuhnya di lokasi kejadian.”
Doi menambahkan, kelompok korban terlibat chatting-an dengan (pelajar) salah satu SMK di Cibadak. Mereka bertemu kemudian berkumpul dan terjadi tawuran di daerah Pamuruyan,” kata Madun kepada wartawan, Sabtu (10/4/2021).
editor’s picks:
Guru SD cabul beri reward ciuman di bibir, quo vadis dunia pendidikan di Kabupaten Sukabumi?
Viral video pembacokan di Sukabumi, begini nasib palaku dan 5 faktanya
5 fakta pelajar SMK korban bacok samurai di Sukabumi dari keluarga tak mampu
[3] Jumat (9/4/2021) malam; AF pamit mau antar teman
Dikutip dari sukabumiupdate.com. sebelum ditemukan tewas, AF izin kepada orangtuanya hendak mengantar temannya. “Saya dapat kabar dari kepolisian, anak saya sudah meninggal dan dibawa ke sini (RSUD Sekarwangi),” jelas Achirul Nurzain (50), ayah korban.
Ia menambahkan, Jumat malam sekira pukul 22.00 WIB, AF pamit untuk mengantar temannya. “Keluar dari rumah bersama temannya. Almarhum pamit untuk mengantarkan temannya.”
Ayah korban mengaku ikhlas dan menyerahkan sepenuhnya penanganan kasus kematian AF kepada pihak kepolisian. “Kami sudah ikhlas, kasus hukumnya kami serahkan pada pihak kepolisian,” sambung Ibu korban, Elis Sulastri (43) di RSUD Sekarwangi.

[4] Sabtu (10/4/2021) pukul 01.30 WIB; Pelaku kabur bawa motor
Dari olah TKP, polisi berhasil mendapatkan informasi ada tawuran antar dua kelompok pelajar di lokasi tersebut, sebelum korban ditemukan tewas. Petugas dari Polsek Cibadak menemukan ceceran darah di pinggir jalan dan korban AF yang sudah tewas di dalam gang rumah penduduk.
“Saat dilakukan pemeriksaan kondisi korban diketahui telah meninggal dunia di lokasi kejadian,” jelas Kasat Reskrim Polres Sukabumi, AKP Rizka Fadhila, Sabtu.
Riza menjelaskan bahwa sekira jam 01.00 WIB terdengar keributan atau perkelahian beberapa orang. Terdengar suara bising dari banyak sepeda motor yang berada di lokasi kejadian. Namun sayangnya, warga maupun polisi gak menemukan terduga pelaku atau teman korban. Hanya korban tergeletak di jalan gang bersimbah darah.
“Ada informasi warga melihat beberapa orang kabur menggunakan sepeda motor sambil memegang senjata tajam,” tegasnya.
[5] Kamis (15/4/2021) dinihari; Pelaku diamankan polisi
Total ada empat pelaku penganiayaan AF sudah ditangkap oleh pihak kepolisian. Para pelaku diketahui memiliki peran berbeda, namun semuanya ikut membacok korban dengan golok dan clurit. Tiga pelaku berhasil ditangkap oleh Unit Reskrim Polsek Cibadak (14/4/2021), yakni SA warga Cicurug, FM warga Cibadak, IMRR warga Nagrak.
Sementara NFS warga Cibadak sempat dinyatakan buron sebelum akhirnya menyerahkan diri. NFS menyerahkan diri pada Kamis (15/4/2021) sekitar pukul 00.50 WIB, karena merasa bertanggung jawab dan takut akan ancaman dari kepolisian. Dirinya mengetahui menjadi buronan setelah membaca pemberitaan dari media. Dalam kasus pengeroyokan yang menewaskan AF tersebut, NFS berperan sebagai penyedia senjata tajam dan dirinya juga ikut membacok korban dengan celurit.
“Alhamdulillah pelaku pembacokan berinisial NFS yang menjadi buronan telah menyerahkan diri tadi malam sekitar pukul 00.50 WIB ,” ujar Ipda Sapri.
Tuh kan Gaess, penyesalan pasti selalu datang belakangan. Kalau sudah begini, semua keluarga pelaku pasti menanggung malu.
By the way, menarik apa yang dikemukakan Anggota Komisi IV DPRD Kabupaten Sukabumi Agus Zen Nurahray. Doi mendesak dinas yang berwenang menangani SMA/SMK untuk memberi sanksi tegas kepada sekolah yang anak didiknya kerap terlibat tawuran.
“Saya minta dinas pendidikan yang menangani sekolah tingkat atas untuk memberi sanksi tegas kepada sekolah yang muridnya terlibat kasus pembunuhan. Kalau bisa cabut izin operasional sekolahnya,” ujar Agus, seperti dilansir sukabumiupdate.com, Kamis (15/4/2021).
Menurut doi nih Gaess, sekolah sebagai basis pendidikan harus bisa melahirkan generasi beradab, membuat lingkungan yang bermoral dan beretika, hormat kepada orang tua dan guru, sayang terhadap adik-adiknya dan bisa hidup dengan sesamanya di lingkungan masyarakat dengan damai dan tentram. “Jika tidak, berarti ada masalah dengan pendidikan di sekolah tersebut. Maka layak untuk ditutup.”
[dari berbagai sumber]