Menelusuri lorong gelap Sukabumi masa lampau.
Gengs, tahukah kamu ada berapa museum di Kota dan Kabupaten Sukabumi?
Kalau kamu jawab, tahu, pasti jawabannya gak jau dari Museum Bojongkokosan dan Museum Pegadaian kan? Hehehe.
Namun ada hal baru yang menarik tidak jauh dari Kota Sukabumi, yaitu sebuah museum pribadi berisi benda-benda yang berkaitan dengan memori Sukabumi pada masa kolonial.
Biar lebih jelas, berikut lima infonya, Gengs.
1. Museum Barbeque Kipahare
Museum Barbeque Kipahare, yang juga terdapat kamar sebagai ruang tinggal ini memang terkesan modern dari luar. Namun, jika kita sudah masuk kesannya seperti memasuki lorong waktu kembali ke masa suasana 100 tahun yang lampau.
Hal ini berbeda dengan kesan museum yang buram dan beraura mistik, penuh dengan benda-benda tua buram dan sulit dicerna. Semua kalangan dari mulai bocah ingusan, milenial, hinggga emak-emak dan babeh-babeh tuwir akan merasakan aura ceria dan nyaman saat mengunjungi museum ini.
Kerennya lagi nih, Gengs, museum ini memiliki 1000 item koleksi yang ditata rapi dan apik. Untuk keamanan barang-barang museum, cukup terjaga lho, Gengs, karena kompleks perumahan ini dijaga sekuriti selama 24 jam.
2. Pendiri
Pemilik sekaligus pendiri Museum Barbeque Kipahare Yudi Julianto, atau biasa disapa Om Uud, adalah seorang kolektor barang antik yang juga ketua Komunitas Barang Bekas dan Antique (Barbeque) Kipahare.
Komunitas Barbeque Kipahare bergerak di bidang daur ulang barang bekas bekerjasama dengan kaum muda potensial dan pelestarian barang antik yang berada di bawah naungan Badan Hukum Yayasan Dapuran Kipahare.
Menurut Yudi, motivasinya mendirikan museum tersebut adalah melestarikan barang-barang yang kurang diperhatikan oleh masyarakat, terutama di Sukabumi. Banyak barang-barang yang berkaitan dengan kebesaran sejarah Sukabumi pada masa lalu, hilang begitu saja atau jatuh ke tangan orang tak bertanggung Jawab.
“Saya ingin barang-barang tersebut bisa lestari dan dinikmati generasi berikutnya sehingga menjadi manfaat bagi masyarakat, khususnya warga Sukabumi atau yang mencintai kesukabumian,” jelas Om Uud.
Selain itu, kata dia, museum ini juga bisa menjadi tempat penyimpanan temuan-temuan atau penelusuran Barbeque Kipahare dan atau temuan komunitas lain yang berada di bawah naungan yayasan, di antaranya Relawan Pelestari Cagar Budaya (RPCB) dan Reenactor Explore Kipahare.
BACA JUGA:
Mau tau apa yang dipamerkan di Museum Kipahare Sukabumi? Ini 5 infonya
Membuka lembaran sejarah kejayaan Cibadak dari Puncak Panenjoan (part 1)
Menyikapi bijak sumpah berusia ribuan tahun Sri Jayabhupati di Cibadak Sukabumi
Penduduk purba Gunung Padang menyebar ke Sukabumi, 5 fakta gen XYZ mesti tahu
3. Koleksi Museum Barbeque Kipahare
Keunikan Museum Barbeque Kipahare adalah banyak menyimpan benda-benda yang khusus berkaitan dengan identitas Sukabumi, seolah sang pemilik ingin membangkitkan memori kolektif warga Sukabumi akan kekhasan jejak masa lampau di tanah kelahirannya.
Misalnya teko dan sendok berlabel Hotel Victoria Soekaboemi, sebuah hotel yang didirikan pada 1883 dan menjadi langganan Gubernur Jenderal O Van Rees (1884-1888) dan Pijnncker Hordijk (1888-1893) saat weekend di Sukabumi.
Selain itu asbak dan prototype roller (stoom) dari NV Braat alias PT Bharata Sukabumi, sebuah Pabrik mesin-mesin teh kolonial yang membuka cabang di Sukabumi pada 1929 dan dijadikan pabrik senjata ketika masa perjuangan. Ada pula lukisan karya orang Belanda yang tinggal di Sukabumi bernama Van Dyke juga menghiasi sudut museum dengan indah.
Bahkan, salah satu yang menarik adalah sebuah lukisan masa kolonial yang diberi judul Kawah Gedeh. “Orang yang melihat benda-benda tersebut akan langsung mengingat Sukabumi dimasa lalu yang terkenal perkebunannya serta hotel-hotel yang mejadi tujuan wisata dimasa lalu “kata Yudi menjelaskan.
Tak hanya itu, Gengs, beberapa barang juga sudah dikategorikan, misalnya berkaitan dengan bioskop mulai dari flier hingga bangku Bioskop Indra yang dibangun sekitar 1950an (sebelumnya adalah toko De Grys di masa kolonial). Kemudian kategori pendidikan seperti sabak, gerip, sempoa, buku-buku yang diajarkan di HIS Sukabumi serta bangku sekolah Mardi Yuana yang dulu disebut Broeder School.
Kategori lainnya, dari perkeretaapian seperti lampu kereta api, telepon khusus penerima, stopper kereta api hingga alat pendeteksi keseimbangan kereta api. Beda-benda tersebut berkaitan dengan sejarah kereta api Sukabumi dan didapatkan dari beberapa stasiun dalam keadaan rusak dan diperbaiki kembali.
Kategori alat rumah tangga juga memenuhi beberapa sudut ruangan museum seperti rantang, kompor enamel, tempat minum, piring, cangkir yang diperoleh dari beberapa keluarga yang sudah menghuni Kota Sukabumi hampir 100 tahun.
Sementara yang berkaitan dengan pos adalah kartu pos dan surat-surat yang berhubungan dengan Sukabumi, barang-barang tersebut masih dapat dibaca dengan gambar-gambar tentang suasan masa lalu di Sukabumi.
Beberapa radio, kipas, jam jadul juga tertata rapi. Tak hanya itu, semua furniture berasal dari jaman kolonial seperti kursi, meja, gongsol, jendela, cermin, dan lain lain yang ditata sedemikian rupa.
Sebagian barang berhubungan dengan perkebunan seperti seperti saringan teh Goalpara, dividen NV Djajanti sebuah perusahaan perkebunan karet di wilayah Pelabuhanratu yang di masa kolonial dimiliki oleh pengusaha Tionghoa asal Cibadak. Kemudian mesin tik zaman dulu yang masih berfungsi dengan baik.
Terdapat beberapa barang yang berhubungan dengan percetakan dan penerbitan di Sukabumi seperti Koran Soekaboemi Post, buku tentang bibit dan benih dari perusahaan benih sayur dan bunga di sukabumi zaman kolonial yang mengeskpor benihnya hingga ke Singapura dan Malaysia bernama Zweeuwsche Zaadhandel.
Buku-buku sekolah, kalender keluaran Soekaboemi Snelpressdrukkerij, percetakan yang menerbitkan koran Tionghoa berbahasa melayu pertama Li Po pada 1901, bahkan sebuah buku keluaran gereja Sidang Kristus yang berdiri sejak 1911, juga ada.
Pada sudut lain ruangan, Museum Barbeque Kipahare juga memamerkan surat-surat hukum yang dikeluarkan Notaris Sukabumi, Harry Schottel yang membangun Wisma Wisnuwardhani. Kemudian peta Kota Sukabumi, dan beberapa barang lainnya yang sudah umum seperti uang kuno (kertas dan koin), radio jadul, dudukan Gramaphone, mesin jahit, hingga batik-batik tempo dulu.
Nah, yang unik nih, Gengs, ada dua pedang KNIL Nelsco yang digunakan pasukan KNIL dan album foto Sukabumi tempo dulu yang didapatkan dari beberapa keluarga di Kota Mochi.
4. Preservasi, komunikasi, penelitian
Barang-barang tersebut tidak dengan mudah didapatkan oleh Yudi, karena selama bertahun-tahun dengan penuh kesabaran ia harus menghubungi keluarga-keluarga yang masih memiliki barang-barang kuno di Sukabumi. Selain itu, beberapa penyiar barang antik juga cukup membantu.
Beberapa barang khusus seperti brankas kuno Oom Uud dapatkan dari Kelenteng Widhi Sakti Odeon, toko Tjeng, dan masyarakat lainnya di Sukabumi. “Beberapa barang pernah dipamerkan dalam kegiatan Komunitas Barbeque Kipahare seperti pada acara Konservasi Seni Budaya di Gedung Djoang dan Sukabumi Clothing Fest di hotel Maxone,” ungkap Yudi.
Menurutnya, museum memiliki tiga fungsi utama, yaitu preservasi (termasuk pengumpulan, konservasi, registrasi dan dokumentasi), komunikasi (termasuk ekshibisi, publikasi, dan aktivitas pendidikan), serta penelitian (termasuk penelitian koleksi, pengunjung, dan masyarakat). Karena itu keterlibatan museum dalam pameran-pameran juga sangat penting dan menjadi perhatiannya.
Jika ada event-event lain yang memerlukan barang-barang kuno kesukabumian untuk dipamerkan, Yudi mengaku siap membantu secara resmi. Saat ini ia dibantu oleh rekan-rekannya juga sedang mulai proses inventarisasi museum dan memberikan label serta deskripsi barang koleksi museum.
Upaya tersebut akan diperkuat dengan penerbitan katalog barang-barang di museumnya terutama yang berkaitan dengan Sukabumi, hal ini untuk memperkuat kesan mengenai identitas Sukabumi di museum ini. Yudi juga berharap nantinya museum ini juga bisa berkontribusi untuk pariwisata dan pendidikan karena koleksinya bisa memberi daya tarik wisatawan untuk datang ke Sukabumi sekaligus bisa melakukan riset tentang benda-benda yang dipamerkan.
“Keberadaan museum bukan hanya tempat di mana benda-benda yang memiliki nilai bersejarah disimpan dan dirawat. Tetapi akan lebih bermanfaat jika para akademisi bisa melakukan melakukan kajian-kajian dan penelitian-penelitian guna mengangkat kembali kebesaran sejarah Sukabumi.”
Saat ini museum belum buka setiap hari, mengingat izin museum resmi dari pemerintah masih dalam proses pengurusan pihak yayasan dengan Kepala Permuseuman nasional di Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Tapi jangan khawatir, Gengs, bagi yang ingin mengunjunginya bisa menghubungi langsung pemilik untuk meminta jadwal berkunjung atau masuk grup Facebook Barbeque Kipahare untuk mendapatkan informasi saat museum buka.
Selain itu, bagi masyarakat yang mempunyai benda-benda bersejarah terkait Sukabumi bisa menitipkan barang-barangnya di museum ini melalui perjanjian penitipan legal sehingga koleksi dan kepemilikannya tetap terjaga secara hukum.
5. Lokasi Museum Barbeque Kipahare
Museum Barbeque Kipahare berlokasi di Perum pesona Pangrango Blok Z3 No.8 Sukabumi. Lokasinya tidak jauh dari Jalan Bhayangkara, kemudian masuk melalui Jalan Kabandungan menuju kompleks Perumahan Pesona Pangrango.
Di museum tersebut juga terdapat kamar sebagai ruang tinggal ini memang terkesan modern dari luar, namun jika masuk kesannya seperti memasuki lorong waktu kembali ke masa suasana rumah 100 tahun lampau. Hal ini berbeda dengan kesan museum yang buram dan beraura mistik, penuh dengan benda-benda tua buram dan sulit dicerna.
Gimana, Gengs? Pasti kalian membacanya sambil berimajinasi seolah tengah mengitari setiap sudut ruangan Museum Barbeque Kipahare, kan? Hahaha….
Nah, buat gen Z Sukabumi, mengunjungi Museum Barbeque Kipahare bisa menjadi seperti aktivitas menelusuri lorong gelap Sukabumi di masa lampau. Disebut lorong gelap karena ada banyak koleksi yang gen Z Sukabumi akan merasa asing melihatnya lalu bergumam, “Ada yang begini zaman bapak ibu gue muda dulu ya?”