Makanan karedok konon berawal dari sebuah nama kampung di seberang sungai Cimanuk.
Karedok atau keredok adalah salah satu makanan khas Sunda. Makanan ini dibuat dari sayuran mentah antara lain; mentimun, taoge, kol, kacang panjang, daun kemangi, dan terong. Sedangkan sausnya adalah bumbu kacang. Karedok biasanya menjadi makanan pelengkap dalam menu sehari-hari.
Nah, Gaess, berikut adalah lima info lainnya tentang karedok yang mungkin kamu belum tahu.
1. Tiga jenis karedok
Ada tiga macam karedok, yaitu Karedok Leunca, Karedok Terong, dan Karedok Kacang Panjang.
Karedok Leunca bahannya hanya dari buah leunca yang masih hijau atau tidak terlalu tua. Bumbunya terdiri atas garam, terasi, cikur (kencur), gula, bawang putih, serta surawung (kemangi). Bumbunya dihaluskan terlebih dahulu dalam coet dengan mutu (ulekan) disusul leunca dan surawung lalu diaduk dengan bumbu hingga padu dan siap dihidangkan.
Karedok Terong bahannya terutama buah terong (terung) berwarna hijau keputih-putihan. Bumbunya terdiri atas garam, terasi, gula merah, kencur, asam, dan oncom. Biasanya keredok terong ini juga bisa dicampur atau ditambah lalap lain seperti kacang panjang, bonteng (mentimun), toge atau kubis, dan surawung.
Karedok Kacang Panjang bahannya mentimun, kol diiris, kecuali kemangi dan toge. Kemudian dimasukkan ke dalam coet atau ulekan untuk diaduk dengan bumbu yang sudah disiapkan dan dihaluskan hingga padu. Sedangkan ka-redok kacang panjang prosesnya sama dengan karedok terong, namun ditambahkan cabe.
Resep:
Bahan-bahan/bumbu-bumbu: 5 lonjor kacang panjang, diiris 1/2 cm, 3 lembar kol, diiris kasar, 3 buah terong bulat, diiris tipis, 25 gram taoge mentah, 1 buah ketimun, dipotong-potong, 5 tangkai kemangi, dipetiki.
Bahan Saus Kacang: 100 gram kacang tanah goreng, dihaluskan, 2 siung bawang putih, 2 buah cabai rawit merah, 2 cm kencur, 1/2 sendok teh terasi, 3/4 sendok teh garam, 25 gram gula merah, 100 ml air, 1/2 sendok teh air jeruk limau.
Cara membuat: Ulek bawang putih, cabai rawit merah, kencur, dan terasi sampai halus. Tambahkan garam, gula merah, dan kacang tanah. Ulek rata. Tambahkan air sedikit-sedikit sambil diulek rata. Masukkan air jeruk limau. Ulek rata. Tambahkan kacang panjang, kol, terong, taoge, ketimun, dan daun kemangi. Aduk rata. Sajikan.
Untuk 4 porsi.
BACA JUGA: 5 resep simpel menu daging qurban buat moms Sukabumi
2. Asal usul karedok
Makanan karedok konon berawal dari sebuah nama kampung di seberang sungai Cimanuk. Daerah ini dulunya merupakan wilayah Sumedang Larang atau Negara Mayeuti (sebutan orang pada saat itu). Ketika itu terjadi musibah tanah longsor di sawah lamping dan menimpa sebuah kampung dan menyebabkan penduduknya harus pindah ke kampung Rancakeong atau Babakan Dobol.
Tersebutlah dua keluarga yang ada di tempat itu, kemudian berkembang menjadi 710 jiwa. Perkembangan yang demikian pesat itu dimungkinkan karena daerah ini merupakan daerah subur, sehingga banyak pendatang yang menetap di sana.
Saat itu Sumedang dipimpin Bupati Pangeran Suriat Atamaja yang senang “ngalintar” (menangkap ikan di sungai menggunakan jala atau kecrik). Saat sedang ngalintar di Leuwi Kiara yang merupakan aliran sungai Cimanuk, ia mulai merasa lelah kemudian beristirahat di Kampung Dobol.
Pada saat beristirahat,masyarakat setempat mengetahui bahwa yang berisitirahat itu adalah Dalem atau Bupati, dengan rasa hormat warga kampung menyuguhkan hidangan berupa Karedok Terong yakni jenis makanan Sunda untuk makan teman nasi (saat makan).
BACA JUGA: Ini 5 menu ikan asin peda istimewa, layak menjadi favorit orang Sukabumi
3. Desa Dobol ganti nama
Konon ketika Pangeran Suriat Atamaja mencicipi karedok tersebut ia merasakan kenikmatan luar biasa atas jamuan tersebut. Kenikamatan makan karedok terong tersebut dibicarakan kepada sesepuh Sumedang.
Merasa penasaran, kemudian Pangeran Suriat Atamaja pun mengajak rekan-rekannya ngalintar ke Leuwi Kiara di aliran Sungai Cimanuk yang memang berdekatan dengan Kampung Dobol. Begitu pula saat sesepuh beristirahat di jamu pula dengan perjamuan karedok.
Sejak saat itu Kampung Dobol berubah namanya menjadi Kampung Karedok dan sekaligus menjadi nama “Desa Karedok” hingga sekarang.
4. Desa Karedok saat ini
Desa Karedok berada di Kecamatan Jati Gede, Kabupaten Sumedang. Luas wilayah desa ini 926 ha. Orbitrasi waktu tempuh dan letak Desa Karedok dari Kota Bandung lebih kurang 90 kilometer, atau sekira tiga jam perjalanan dengan menggunakan kendaraan roda empat. Sedangkan dari ibukota Kabupaten Sumedang berjarak sekira 75 kilometer, atau dua jam perjalanan dengan kendaraan roda empat. Dari kota Kecamatan Jati Gede berjarak sekira enam kilometer, atau sekitar 20 menit perjalan.
https://www.instagram.com/p/Bmh5-UYHgUM/
BACA JUGA: Ini sambal orang Sunda, nomor 5 khas Jampang Sukabumi Gaess
5. Desa Karedok memelihara nilai-nilai dan kearifan lokal
Kaum tua di kalangan masyarakat Desa Karedok sangat dihormati keberadaannya baik sebagai figur maupun sebagai orang yang dijadikan tempat bertanya dalam berbagai masalah, karena mereka dipandang telah banyak makan asam garam (legok tapak genteng kadek) dalam kehidupan. Demikian juga dalam berbagai hal, orang-orang tua tersebut dijadikan rujukan terutama yang bertalian dengan adat istiadat.
Sebagian besar penduduk Desa Karedok bermatapencaharian sebagai petani, baik petani pemilik, penggarap, maupun buruh tani. Kondisi demikian tidaklah mengherankan karena latar belakang sejarah masyarakat Sunda adalah sebagai petani. Meskipun pertanian menjadi sumber mata pencaharian utama, namun mereka mempunyai pekerjaan tambahan atau sambilan yang dapat memberikan penghasilan, misalnya beternak sapi, kambing, ayam, kerbau, itik, domba dan lain-lain.
https://www.instagram.com/p/BmhYzrcnGIx/
Karena penduduknya sebagian besar bermatapencaharian sebagai petani, tidak mengherankan jika desa ini memiliki upacara tradisional yang berkaitan dengan pertanian, baik yang dilaksanakan menjelang musim tanam padi maupun ketika masa panen tiba, yaitu upacara Tutup Buku Guar Bumi, upacara Ngabeungkat (upacara membersihkan saluran air agar sawah tidak kekurangan air); Mapag Sri atau upacara setelah panen; dan upacara meminta hujan dengan cara memandikan kucing.
Keberadaan upacara-upacara tradisional tersebut turut pula menghidupkan kesenian tradisional yang biasanya diikutsertakan dalam penyelenggaraan upacara, seperti kesenian Bangreng, Tayuban, Terebang, Dogdog, Genjring, kecuali Wayang Golek atau Wayang Kulit serta Tari Topeng yang tidak boleh dipergelarkan atau dipertunjukkan dalam upacara, begitu juga dalam pesta-pesta atau kegiatan lain di luar penyelenggaraan upacara.
Dalam menjalin hubungan sesama penduduk Desa Karedok digunakan bahasa pengantar bahasa Sunda, sedang-kan dalam acara-acara resmi dan bahasa pengantar di sekolah digunakan bahasa Indonesia. (dari berbagai sumber)