Groentengerechten (makanan sayuran) termasuk lalab di dalamnya sebagai makanan Soendaneezen, orang Sunda.
Orang Sukabumi pasti suka makan dengan lalapan. Ada pohpohan, daun sampeu, daun daun tespong, daun gedang, timun, petai, kemangi, terong, leunca, dan masih banyak lagi lainnya. Nah, kalian gen XYZ Sukabumi tahu gak bagaimana awalnya orang Sunda suka lalapan dan kapan awal mula muncul istilah lalapan dan sebagainya?
Berikut lima fakta perihal lalapan yang menjadi konsumsi wajib orang Sunda, termasuk di Sukabumi!
1. Menu lalapan orang Sunda tercatat di Prasasti Taji dari abad ke-10
Menurut penelitian sejarawan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Padjadajaran, Fadly Rahman ada catatan historis yang mengungkapkan awal mula budaya lalapan di Tatar Sunda pada Prasasti Taji yang bertarikh abad ke-10.
“Memang pada masa itu, eksistensi lalap memang populer, tapi pertanyaannya varietasnya apa?” ujar Fadly seperti dikutip dari laman unpad.ac.id, Rabu, 28 Januari 2015.
2. Lalap tak hanya daun-daunan
Lebih lanjut, mengutip dari Isis Prawiranegara pada tahun 1944, disebutkan bahwa lalapan tidak hanya berwujud daun-daunan seperti daun singkong, pepaya, atau selada. Lalapan termasuk juga jenis makanan umbi-umbian, buah muda, bunga, hingga biji-bijian.
Dalam naskah Sanghyang Siksa Kandang Karesian sekitar abad 15 M disiratkan beragam rupa-rupa rasa masakan (termasuk di dalamnya lalapan), yaitu lawana (asin), kaduka (pedas), tritka (pahit), amba (masam), kasaya (gurih), dan madura (manis).
BACA JUGA:
Bangga, 5 buah khas Sukabumi ini digemari banyak orang lho
Gaess, ini lho 5 penganan khas Sukabumi yang cocok buat oleh-oleh
Ini sambal orang Sunda, nomor 5 khas Jampang Sukabumi Gaess
3. Kondisi geografis mungkinkah banyaknya varietas lalapan
Kondisi geografis pegunungan dan pedalaman pun mengakibatkan banyaknya varietas tumbuhan/tanaman pangan tumbuh di Jawa Barat, termasuk yang dijadikan lalapan. Hal ini juga dipengaruhi oleh minimnya sentuhan budaya kuliner asing di Jawa Barat hingga abad ke-19.
Kondisi itu juga membuat budaya makan daging tidak identik dengan orang Sunda. Hal tersebut juga terlihat dalam catatan Thomas Stamford Raffles yang menyebutkan pengembangan ternak sapi di Jawa Barat pada masa tersebut tidak berjalan baik di Jawa Barat.
4. Orang Sunda sejak dulu lekat dengan konsumsi nabati
Identifikasi kebiasaan makan orang Sunda zaman dahulu sudah lekat dengan konsumsi nabati. Setidaknya dalam beberapa buku riset hingga buku resep masakan kolonial, istilah groentengerechten (makanan sayuran) memuat lalab sebagai makanan Soendaneezen, orang Sunda.
Studi Dr. K. Heyne dalam “De Nuttige Planten van Nederlandsch Indie” (manfaat sayuran di Hindia Belanda, 1927) memuat penjelasan perihal tanaman lalap dan manfaatnya, baik sebagai sumber makanan maupun obat.
Lalu, jauh sebelumnya pada abad ke-17, pakar botani, Bontius, sudah menyinggung kata lalapan sebagai varietas sayuran tertentu (groenten) yang biasa dimakan orang Jawa di sebelah barat (baca: Sunda) dengan sambal sebagai pelengkapnya.
5. Karedok dipopulerkan orang Eropa
Kandungan vitamin yang kaya membuat lalap menjadi komposisi hidangan tersendiri, sebagaimana Catenius van der Meijden memuatnya dalam buku “Groot Vegetarisch Kookboek” (buku besar olahan sayuran, 1912). Tampaknya, dalam buku itu terkuak bahwa orang Eropa turut mengadopsi kebiasaan makan orang Sunda ke dalam pola makan mereka.
Walhasil, turut dipopulerkan juga karedok yang khas Sunda itu dengan dominasi sayuran lalapan mentahnya. Selain itu, ada juga gado-gado dan urap-urap yang dipopulerkan kemudian tersohor sebagai groentengerechten di Pulau Jawa.
Nah, baru ngeh ya gen XYZ Sukabumi. Ayo lestarikan lalapan sebagai makanan khas Sukabumi. (dari berbagai sumber)