Di era Industri 4.0 bakal muncul “pabrik cerdas,” bagaimana nasib ratusan ribu buruh pabrik di Sukabumi, ya?
Kemajuan zaman yang ditandai dengan perkembangan teknologi takkan bisa dibendung, Gaess. Bagi kalian gen XYZ Sukabumi, pilihannya hanya dua: berikhtiar mengikuti perkembangan zaman, atau diam dengan risiko “punah” terlindas oleh roda zaman.
Teranyar, muncul istilah industri 4.0 (baca: Four Point Zero) atau lengkapnya Revolusi Indutri 4.0. “Makhluk” apakah itu? Bagaimana dampaknya terhadap gen XYZ Sukabumi? Apa yang mesti dilakukan menyambut era itu?
Berikut lima poin penting era industri 4.0 dan upaya penyikapannya di Sukabumi, yang dirangkum redaksi sukabumiXYZ.com dari berbagai sumber!
1. Pemkab terus siapkan SDM Sukabumi menuju era industri 4.0
Pemkab Sukabumi melalui Dinas Arsip dan Perpustakaan terus mengkonsolidasikan program Equal Opportunity For Empowerment-Siap Kerja Siap Usaha (EOE-SAKU) yang diluncurkan Bupati Marwan Hamami pertengahan tahun lalu. Tujuan akhirnya adalah mewujudkan sumber daya manusia (SDM) Sukabumi yang kuat dan siap menghadapi era industri 4.0.
Kabid Pemberdayaan Perpustakaan dan Budaya Baca Dinas Arsip dan Perpustakaan Daerah Kabupaten Sukabumi Dedi Budiawan mengatakan, adanya sinergitas dengan sektor swasta akan mempercepat pembangunan SDM.
“Dengan pemagangan (melalui EOE-SAKU), diharapkan pemuda Sukabumi akan semakin siap memasuki dunia kerja dan mampu memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang terampil dan sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan,” ujar Dedi.
2. Apa sih EOE-SAKU?
Ini informasi penting buat kalian agar tidak kudet, Gaess. Program EOE-SAKU adalah program yang diluncurkan Bupati Marwan Hamami bersama-sama dengan beberapa rekanan swasta, yaitu Coca-Cola Foundation Indonesia (CCFI) dan Dompet Dhuafa yang didukung oleh United States Agency for International Development (USAID).
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesempatan bagi kaum muda usia antara 18 hingga 34 tahun yang kurang mampu secara ekonomi dan rentan dalam mengakses informasi dan pelatihan ketenagakerjaan yang berkualitas dan relevan dengan meningkatkan peran perpustakaan sebagai pusat kegiatan masyarakat.
Melalui program EOE-SAKU, Sukabumi kini telah memiliki 36 pelatih dari universitas, balai latihan kerja (Disnaker), PLUT, lembaga-lembaga pelatihan kerja swasta, SMK, LSM (contohnya OISCA) dan himpunan pramuwisata yang telah dilatih (TOT) untuk menjadi aktor-aktor perubahan untuk melatih soft-skills/kesiapan kerja, pelatihan kewirausahaan bagi SDM di Kabupaten Sukabumi.
Melalui program EOE-SAKU juga telah disediakan tempat magang bagi 250 anak muda Sukabumi yang kurang mampu secara ekonomi untuk mendapatkan pelatihan soft-skill dan kewirausahaan. Mereka akan segera menyelesaikan pelatihan hard skill di bidang IT/computer, otomotif, las, pramuwisata, culinary, fashion, dan teknisi HP.
BACA JUGA:
Satu hari di PT CDB Cidahu Sukabumi, ini 5 fakta kerja di pabrik garmen itu menyenangkan
Mau berakhir pekan di Sukabumi? Ada teras nirwana di lereng Gunung Salak
Waduh, 56% orang dunia bakal nganggur gegara teknologi, gen XYZ Sukabumi siap?
3. Lalu, apa itu industri 4.0?
Kebanyakan istilah, pusing juga kan ya, Gaess. Tapi yang ini mesti sedikit banyak kalian ketahui Gaess, supaya tidak kudet dan tahu tantangan seperti apa ke depannya.
Industri 4.0 adalah industri yang menggabungkan teknologi otomatisasi dengan teknologi cyber. Ini merupakan tren otomatisasi dan pertukaran data dalam teknologi manufaktur. Era ini ditandai dengan penerapan teknologi modern yang bekerja di setiap aktivitas ekonomi, mulai dari tingkat produksi hingga konsumsi.
Melihat sejarahnya, industrialisasi dunia dimulai pada akhir abad ke-18 dengan munculnya tenaga uap dan penemuan kekuatan alat tenun, secara radikal mengubah bagaimana barang-barang diproduksi. Seabad kemudian, listrik dan jalur perakitan memungkinkan produksi massal. Pada 1970-an, revolusi industri ketiga dimulai ketika kemajuan dalam otomatisasi bertenaga komputer memungkinkan kita memprogram mesin dan jaringan.
Hari ini, revolusi industri keempat mengubah ekonomi, pekerjaan, dan bahkan masyarakat itu sendiri. Kemudian disebut dengan revolusi industri 4.0. Di era ini banyak teknologi fisik dan digital yang digabungkan melalui analitik, kecerdasan buatan, teknologi kognitif, dan Internet of Things (IoT) untuk menciptakan perusahaan digital yang saling terkait dan mampu menghasilkan keputusan yang lebih tepat.
Singkatnya, revolusi ini menanamkan teknologi yang cerdas dan terhubung tidak hanya di dalam perusahaan, tetapi juga kehidupan sehari-hari kita. Lebih sederhana lagi bisa dimaknai, peran manusia semakin dikecilkan dan jika SDM Sukabumi tidak meng-upgrade dirinya, maka akan ditinggal oleh zaman.
Silakan googling sendiri jika ingin tahu lebih lengkap tentang revolusi industri 4.0 ya, Gaess.
4. Hmm…apa itu pabrik cerdas?
Dikatakan bahwa, revolusi industri 4.0 menghasilkan pabrik cerdas (smart factories). Di pabrik cerdas, semua kegiatan manifaktur dilakukan secara terkomputerisasi, ada mesin dan juga internet untuk segala (IoT). Nah, lalu bagaimana nasib ribuan bahkan ratusan ribu buruh pabrik jika sistem pabrik cerdas sudah diadopsi seluruh perusahaan?
Secara nalar sederhana tentu saja komputerisasi dan mesinisasi bakal membuat banyak buruh kehilangan pekerjaan. Namun ternyata tidak sesederhana itu juga lho, Gaess. Menurut Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Kementerian Perindustrian, Ngakan Timur Antara, implementasi Industri 4.0 di bidang manufaktur melalui pabrik cerdas tidak akan mengurangi angka tenaga kerja, justru sebaliknya akan membuka lebih banyak lapangan kerja.
“Industri 4.0 bisa membuka 10juta job pada 2030. Jika tidak menjalankan ini, sampai 2030 hanya bisa mendapat 20 juta jika pertumbuhan ekonomi rata-rata 5 persen,” demikian kata Ngakan Timur Antara beberapa waktu lalu seperti dikutip dari Antara.
Itu bisa benar, bisa juga tidak ya, Gaess. Tidak pasti. Sementara itu, yang pasti adalah kalian gen XYZ Sukabumi harus meng-upgrade skill agar tidak tergerus oleh zaman!
5. Produktivitas UMKM di era industri 4.0
Ketika korporasi besar melaju cepat di era industri 4.0, maka daya saing akan lebih keras bagi kelas pekerja warga Sukabumi. Faktanya takkan semua warga Sukabumi tertampung dalam industri besar. Agar tak muncul pengangguran yang masif yang berdampak pada kemiskinan dan masalah yang lain, Pemkab Sukabumi sebagai regulator harus melakukan sesuatu terkhusus mendukung kelompok pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).
Dalam sebuah kesempatan seminar Rabu (14 November) lalu, Sekeretaris Daerah Kabupaten Sukabumi (Sekda), Iyos Somantri menekankan pentingnya mendukung kelompok pelaku UMKM. Hematnya, peran pemerintah adalah dalam konteks menyediakan sarana dan prasarana yang bisa turut mendukung daya saing para pelaku usaha.
“UMKM bisa memajukan Kabupaten Sukabumi. Kita harus bisa dan harus mampu mengimplementasikan revolusi industri 4.0, jangan sampai tergerus oleh kemajuan zaman,” tandas Iyos seperti dikutip dari Sukabumiupdate.com. (dari berbagai sumber)