Homo erectus pertama kali ditemukan di Pulau Jawa, disebut Paleojavanicus alias “Manusia Jawa!”
Benarkah klaim Charles Darwin kera adalah nenek moyang manusia? Well, faktanya peneliti menemukan fosil yang kemudian dikenal dengan sebutan Homo erectus yang artinya “manusia kera yang berdiri tegak.” Poin yang menjadi perdebatan sampai kini adalah apakah Homo erectus itu nenek moyang manusia?
Tentu saja klaim Darwin sepenuhnya bersifat hipotesis, karena Homo erectus sendiri telah punah. Dan tahu gak, mereka punah gara-gara malas?!
FYI, Homo erectus pertama itu ya Paleojavanicus alias “Manusia Jawa.” So, berikut lima fakta tentang Homo erectus gen XYZ Sukabumi mungkin belum tahu.
1. Kapan dan di mana Homo erectus hidup?
Homo erectus pertama kali ditemukan di Pulau Jawa dan kemudian di Cina. Keduanya adalah fosil Paleojavanicus alias “Manusia Jawa” dan Homo pekinensis alias “Manusia Peking” yang cukup terkenal. Peneliti yang menemukan fosil pertama Homo erectus bernama Eugène Dubois pada tahun 1891. Penemuan itu diklaim menjadi satu bukti penting untuk mendukung teori evolusi manusia Darwin.
Lalu, dari penemuan Homo pekinensis di Dataran Tinggi Loess Cina dapat diungkapkan bahwa seorang Homo erectus hidup di wilayah tersebut pada 2,1 juta tahun lalu. Fakta itu menguatkan hipotesis yang menyatakan kehadiran Homo erectus di Asia setidaknya 400.000 tahun lalu. Selian di Jawa dan China, penemuan Homo erectus juga terjadi di wilayah Kaukasus di Georgia (1,8 juta tahun lalu) dan di Afrika.
Patut diduga berdasarkan penemuan dari Jawa, penanggalan usia (dengan beberapa kontroversi) Homo erectus sampai pada 40.000 tahun lalu. Jika penanggalan ini benar, berarti Homo erectus pernah hidup berdampingan dengan Homo sapiens (manusia sempurna), meski mungkin hanya di daerah yang sangat terbatas di Indonesia. Hmm!
2. Wajahnya Homo erectus kayak apa sih?
Homo erectus diklaim penganut teori Darwin sebagai nenek moyang pertama manusia yang secara fisik menyerupai manusia modern (Homo sapien). Mereka lebih tinggi dan otak mereka lebih besar dari spesies hominini sebelumnya seperti Australopithecus sp. atau Homo habilis. Mereka juga memiliki wajah yang sedikit berbeda dengan kita: wajah mereka datar dengan alis yang lebih menonjol.
Kaki panjang yang mereka miliki dan fakta bahwa mereka berdiri tegak membuat setiap individu Homo erectus sebagai pejalan kaki yang efisien dan dapat menjelajah lebih jauh dibanding nenek moyang mereka.
Wih, mirip kamu ya Gaess..hehe.
BACA JUGA:
Ada mode malam hari, ini 5 fitur WhatsApp terbaru 2019, gen XYZ dah tahu belum?
5G segera diluncurkan, apa manfaatnya dan smartphone gen XYZ Sukabumi udah sesuai?
Gaess, 5 kecamatan di Sukabumi dilanda tornado mini, 5 fakta ini kamu mesti tahu
3. Homo erectus makan apa ya?
Homo erectus disebut sebagai spesies pengumpul makanan yang juga menambah asupan mereka dengan hasil buruan. Mereka diduga menempati posisi ekologi yang mirip dengan binatang hyena sekarang ini.
Sebagian peneliti berhipotesa Homo erectus terutama pemakan daging dan peneliti lainnya percaya bahwa Homo erectus memiliki banyak jenis makanan lainnya.
4. Seberapa pintar Homo erectus?
Homo erectus disebutkan jauh lebih pintar dibandingkan hominini-hominini sebelumnya. Mereka spesies pertama yang menggunakan apidan membuat peralatan kapak dari batu dari zaman budaya yang disebut Acheulean, ciri utamanya adalah kapak genggam.
Jika dibandingkan Homo sapien, kemampuan kognitif Homo erectus jauh di bawah. Tidak ada bukti yang menyatakan Homo erectus mampu menggunakan bahasa atau menciptakan seni. Kabarnya, urgensi penemuan arkeologis baru-baru ini berkaitan dengan Homo erectus di Filipina membantu peneliti untuk mempelajari lebih dalam tentang kemampuan spesies ini.
5. Homo erectus punah karena malas
Menurut penelitian terbaru yang diterbitkan di Journal PLOS One, dibandingkan dengan hominin lain, seperti Neanderthal, Homo erectus mungkin lebih malas dan enggan beradaptasi dengan perubahan lingkungan.
Para arkeolog dari Australian National University menganalisis ribuan artefak yang baru ditemukan dan digali dari situs penggalian di Semenanjung Arab di Saffadah modern. Temuan mereka menunjukkan bahwa spesies Homo erectus di daerah itu melakukan sedikit usaha untuk membuat alat dan mencari persediaan.
Ceri Shipton, arkeolog dari Australian National University mengatakan, “… daripada berjalan ke atas bukit, mereka (Homo erectus) hanya menggunakan apa pun yang tergeletak di sekitar mereka.”
Begitu dasar sungai mengering dan terjadi sedimentasi di sungai, kurangnya inisiatif Homo erectus membuat mereka mati. “Mereka tidak hanya malas, tetapi juga sangat konservatif,” ujar Shipton.
Nah, makanya kamu jangan malas Gaess. Bisa-bisa kamu juga punah! (dari berbagai sumber)