Dari total 24 ribu hektare lahan pesawahan di Kabupaten Sukabumi, sekira 20% atau 4.800 hektare di antaranya terancam kekeringan.
Musim hujan hampir berlalu secara penuh. Musim kemarau pun menjelang. Jangan dikira di musim kemarau takkan ada ancaman bencana, seperti yang kerap terjadi di musim hujan. Faktanya nih ya Gaess, di musim kemarau pun ancaman bencana tetap mengintip warga Sukabumi. Bedanya tentu saja jenis bencananya.
Bencana kekeringan yang mengancam lahan pertanian di Kabupaten Sukabumi adalah yang paling diwaspadai karena bisa berdampak pada ketersediaan pangan. Berikut ini lima kecamatan di Kabupaten Sukabumi yang terancam kekeringan dan informasi penanganan yang telah, sedang dan akan dilakukan pihak terkait mengantisipasi ancaman bencana kekeringan.
[1] Petani waspada musim kemarau
Dinas Pertanian Kabupaten Sukabumi telah menyampaikan himbauan kepada seluruh petani di wilayah Kabupaten Sukabumi agar mewaspadai musim kemarau yang telah datang. Salah satu faktor yang menjadi perhatian Distan setiap musim kemarau dating adalah tidak sedikit petani yang mengalami gagal tanam maupun gagal panen.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sukabumi, Ajat Sudrajat menekankan terutama petani dari dilayah Selatan agar benar-benar waspada dan segera melakukan tindakan antisipatif. Setidaknya, ada lima kecamatan di wilayah Selatan yang bakal sangat terdampak oleh bencana kekeringan
[2] Lima kecamatan di Pajampangan paling terdampak
Dari 24.000 hektare lahan pesawahan, 20 persen atau 4.800 hektare di antaranya ada di wilayah Pajampangan. Dan biasanya di musim kemarau sangat rawan terjadinya kekeringan. Demikian dijelaskan Ajat seperti dikutip dari Antara
Lahan yang terancam kekeringan itu tersebar di lima kecamatan terutama di wilayah selatan Sukabumi. Data sementara, luas lahan berdasarkan wilayah Kecamatan yang terancam kekeringan, yakni Kecamatan Ciemas seluas 409 hektare, Pabuaran seluas 180 hektare, Simpenan seluas 56 hektare, Kecamatan Surade seluas 26 hektare, dan Cibitung seluas 17 hektare.
[3] Sekitar 3.000 pompa air dibagikan kepada petani
Untuk mengantisipasi bencana kekeringan, pihak Distan di antaranya sudah membagikan sekitar 3.000 mesin pompa air yang berfungsi untuk menyedot air supaya sampai ke lahan pertanian padi. Selain memanfaatkan pompa air, petani disarankan agar memanfaatkan saluran air secara bergiliran. Sehingga, seluruh pertanian padi di Kabupaten Sukabumi dapat dikelola secara maksimal.
Editor’s Picks:
- Terulang seperti 2018, enam bulan pertama 2019 ada 5 kasus bunuh diri di Sukabumi
- Menelisik kehidupan leluhur penduduk Sukabumi di Menhir Kampung Tugu
- Gaess, ini lho 5 destinasi wisata di utara Sukabumi wajib kamu kunjungi
- Musim kemarau, Sukabumi waspada ancaman kekeringan! Gen XYZ mesti ngeh 5 info ini
[4] Wabup Adjo: Pemkab tengah inventarisir wilayah kekeringan
Pada kesempatan berbeda, Wakil Bupati Sukabumi Adjo Sarjono mengatakan, saat ini pemerintah daerah Kabupaten (Pemkab) Sukabumi tengah menginventarisir kekeringan di wilayah Sukabumi bagian selatan dengan memadukan kewenangan Dinas Pertanian berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten.
“Kami sudah mengintruksikan petugas di lapangan untuk melakukan antisipasi. Seperti di daerah Ciwaru kita meminta BPBD melakukan assessmen untuk mengetahui secara pasti soal penyebab kekeringan pertanian di daerah itu. Ya, apakah saluran airnya tidak jalan atau memang di daerah itu tidak ada sumber airnya,” kata Adjo seperti dikutip dari Radar Sukabumi.
[5] Secara keseluruhan, Jabar waspadai bencana kekeringan
Sebenarnya tak hanya Sukabumi, wilayah Jawa Barat memang saat ini diprediksi bakal mengalami musim kemarau panjang yang dikhawatirkan berdampak pada munculnya kekeringan. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kelas I Bandung pun telah mengingatkan sejumlah daerah di wilayah Jawa Barat akan berpotensi lebih dini mengalami kekeringan pada musim kemarau.
Prakiraan BMKG didasarkan pada data bahwa pada daerah-daerah tertentu tidak mengalami hujan 31-60 hari berturut-turut. Kepala BMKG Kelas I Bandung, Tony Agus Wijaya menyatakan, musim kemarau sudah terjadi sejak pertengahan Mei dan akan berlangsung hingga pertengahan Oktober. Sedangkan, puncak musim kemarau akan terjadi pada Agustus mendatang.
Daerah yang berpotensi dini mengalami kekeringan menyebar secara merata di Kabupaten Bandung, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Karawang, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Indramay, Cirebon, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Garut, Cianjur.
Khusus untuk Kabupaten Sukabumi, BMKG kelas I Jawa Barat menyebutkan nama Tegal Buleud dan Surade, sebagai daerah yang paling terancam kekeringan.
[dari berbagai sumber]