Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Sukabumi masih tinggi, untuk itu Perbup tentang Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir, Bayi dan Balita (KIBBLA) dianggap urgent.
Apa ukuran kesejahteraan di suatu daerah, Gaess? Jawabnya ada banyak sekali. Salah satunya adalah Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) yang rendah. Semakin rendah AKI dan AKB suatu daerah, maka semakin bagus pelayanan kesehatan dan persalinan yang ada di daerah itu. Kemudian secara sederhana disimpulkan, daerah itu tingkat kesejahteraannya setidaknya lumayan.
Lalu, bagaimana jika AKI dan AKB di Kabupaten Sukabumi masih tinggi? Silakan simpulkan sendiri. Pastinya ada banyak PR bagi semua pihak terkait untuk terus menekan AKI dan AKB. Berikut lima poin penting perihal AKI dan AKB di Kabupaten Sukabumi yang dirangkum sukabumiXYZ.com dari berbagai sumber.
[1] Ada 20 kasus AKI dan AKB
Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sukabumi, mengungkapkan pihaknya telah mengidentifikasi 20 kasus Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) selama 2019 (Januari-Juni, dalam 6 bulan terakhir). Demikian seperti dikutip dari Pojoksatu.id, Rabu (10 Juli).
[2] Kasus kematian ibu dan bayi tersebar di 12 lokasi
Kepala Bidang Kesehatan Dinkes Kabupaten Sukabumi, Andi Rahman mengungkapkan setidaknya ada 12 lokasi di mana ditemukan kasus kematian ibu dan bayi. Ke-12 lokasi tersebut adalah Selajambe, Girijaya, Bantargadung, Simpenan, Sekarwangi, Parakansalak, Palabuhanratu, Cikembar, Nagrak, Tamanjaya, Cisaat dan Cisolok.
[3] Kasus AKI dan AKB meningkat dari tahun ke tahun
Kasus AKI dan AKB di Kabupaten Sukabumi sendiri dikhawatirkan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Dari data Dinkes Kab. Sukabumi, pada 2018 kasus AKI dan AKB tercatat sebanyak 44 kasus. Sementara pada 2017 ada 41 kasus.
Kini baru semester pertama tahun 2019, kasus AKI dan AKB sudah ditemukan 20 kasus. Dikhawatirkan, jumlah ini akan terus bertambah sampai akhir tahun.
[4] AKI dan AKB disebabkan pendarahan sampai TBC
Melihat kecenderungan peningkatan AKI dan AKB, upaya penekanannya pun gencar dilakukan oleh Dinkes Kabupaten Sukabumi. “Kalau melihat data yang ada, AKI dan AKB ini memang mengalami peningkatan. Maka dari itu, kami berupaya untuk menekan kasus angka kematian ibu dan anak ini sejak dalam proses persalinan,” kata Andi Rahman.
Andi menambahkan, ada beberapa faktor penyebab kematian ibu dan bayi di Kabupaten Sukabumi, di antaranya pre-eklampsia (sindrom yang ditandai dengan tekanan darah tinggi) dan pendarahan. Ada juga penyebab tidak langsung seperti kasus kelainan jantung dan Tuberculosis (TBC).
[5] Harus ada campur tangan kebijakan
Upaya menekan AKI dan AKB juga harus didukung oleh kebijakan yang berpihak. Menurut Andi, harus ada terobosan di sisi kebijakan. “…dalam upaya menekan kasus ini (AKI dan AKB -red) perlu ada penguatan dari sisi kebijakan. Seperti dibuatkan regulasi Perbup tentang Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir, Bayi dan Balita atau disebut KIBBLA,” ujarnya.
Sejauh ini, pihak Dinkes Kabupaten Sukabumi juga terus berupaya melakukan berbagai terobosan, semisal dengan merevitalisasi regulasi penguatan Perda kemitraan bidan paraji, penguatan sistem rujukan, peningkatan sumber daya manusia (SDM) tenaga kesehatan (Nakes) melalui diklat, bidan desa praktik magang di RS rujukan serta rancangan pelayanan emergensi rujukan atau tim reaksi cepat dan call center ditujuh wilayah.
“Mudah-mudahan dengan adanya kerjasama yang terjalin baik dengan semua unsur serta upaya yang terus kami lakukan bisa menekan angka kematian ibu dan bayi ini ke depan,” pungkas Andi.
[dari berbagai sumber]