Pelaku ekonomi kreatif (ekraf) di Kota Sukabumi menggeluti setidaknya 16 subsektor, mulai kuliner sampai film, animasi dan video.
Sukabumi menjadi salah satu kokab (kota dan kabupaten) yang ditargetkan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Jabar) agar mengembangkan industri ekonomi kreatif. Salah satunya adalah dengan dibangunnya Sukabumi Creative Hub (SCH). Pusat ekraf (creative hub) ini merupakan perwujudan komitmen Pemprov Jabar dalam pengembangan ekraf di Sukabumi.
Terobosan itu ditujukan untuk memaksimalkan potensi ekraf yang memang sangat besar di Sukabumi, baik di kota maupun kabupaten. Nah untuk lengkapnya Gaess, berikut lima update info perkembangan ekraf di Sukabumi. Jadikan inspirasi ya, Gaess!
[1] Ada 500 pelaku ekraf
Jumlah pelaku ekraf di Kota Sukabumi tercatat mencapai kisaran 500 pelaku. “Dari pendataan sejak Januari 2019 lalu menghasilkan sebanyak 400 hingga 500 pelaku ekonomi kreatif,’’ ujar Manager Program Sukabumi Creative Hub Rendy Irlian Kamase seperti dikutip dari Antara, Minggu (21 Juli).
Para pelaku ekraf itu tersebar menekuni 16 subsektor ekraf seperti musik, kuliner, film, arsitektur, fotografi, desain komunikasi visual, seni pertunjukkan, dan lain sebagainya. Sektor terbanyak yang digeluti pelaku ekraf Sukabumi adalah bidang music, yakni sebanyak 120 pelaku.
Kini, para pelaku ekonomi kreatif di Kota Sukabumi didorong untuk menghasilkan program dan karya unggulannya. Caranya dengan dilibatkan dalam kegiatan Danakitri atau Sukabumi Creative Financing Forum yang merupakan salah satu program kerja Sukabumi Creative Hub (SCH). “Danakitri digulirkan untuk memberikan dana stimulant kepada para pelaku ekonomi kreatif di Kota Sukabumi,’’ ujar Rendi.
[2] Ada 16 subsektor ekraf, apa saja?
Ekraf merupakan kegiatan ekonomi yang menjadikan kreativitas sebagai modal utama dalam menciptakan nilai tambah ekonomi. Disebutkan ada 16 subsektor ekraf yang disepakati dan menjadi target berbagai pendanaan baik dari pemerintah maupun swasta, termasuk Danakitri. Gen XYZ Sukabumi mesti tahu nih, dan menjadikannya inspirasi.
Ke-16 subsektor tersebut di antaranya: Aplikasi dan pengembangan permainan, Arsitektur, Desain produk, Fesyen, Desain interior, Desain komunikasi visual, Seni pertunjukan, Film-Animasi dan Video, Fotografi, Kriya, Kuliner, Musik, Penerbitan, Periklanan, Seni rupa, serta Televisi dan radio.
[3] Apa itu Sukabumi Creative Hub (SCH)?
Untuk menunjang pengembangan ekraf di Sukabumi, kini sedang digagas pembangunan pusat kreatif Sukabumi Creative Hub (SCH). SCH adalah sebuah tempat yang dibangun untuk para pelaku ekraf, komunitas enam belas sektor ekraf yang bertujuan untuk berkumpul (gigs), belajar (edu place), berkreasi (idea place), bereksperimen dan mencipta (maker place), bahkan menjadi sarana test market (market place) untuk produk-produk hasil kreatifitas mereka.
Rencananya SCH yang juga didorong oleh Pemprov Jabar, akan mulai dibangun pada 2020. ‘’Pembangunan SCH di lahan seluas 3 hektare,’’ ujar Walikota Sukabumi, Ahmad Fahmi seperti dikutip dari Antara, awal April lalu. Targetnya tambah Fahmi, pelaku kreatif di Sukabumi akan terus berkembang dengan hadirnya SCH. Terutama ditujukan kepada generasi muda agar dapat menyalurkan bakatnya.
Editor’s Picks:
Keren Gaess, dana 3 T untuk kawasan ekonomi khusus Cikidang Sukabumi, ini 5 infonya
Faktor ekonomi dan 5 fakta generasi millenial selingkuh, jangan ditiru ya gen Y Sukabumi
[4] Sektor kuliner paling pesat
Dari ke-16 sektor ekraf, bidang yang paling pesat pertumbuhan di Kota Sukabumi adalah kuliner. Selain pangsa pasar lokal yang sangat potensial, juga menambah daya tarik bagi wisatawan. Pasalnya, keberadaan lokasi kuliner baru akan menjadi alternatif pilihan bagi wisatawan dan warga untuk menikmati makanan di Sukabumi.
Menurut Wakil Wali Kota Sukabumi Andri Setiawan Hamami akhir pekan lalu, pertumbuhan UKM kuliner di Kota Sukabumi mencapai tak kurang dari 200 persen. Teranyar, adanya Soedirman Street Food di Jalan Sudirman. Keberadaan UKM kuliner ini akan menambah daya tarik untuk Kota Sukabumi, khususnya bagi wisawatan untuk berkunjung ke Sukabumi yang kaya dengan kelezatan kulinernya.
Faktor lain menjamurnya bisnis kuliner adalah Tol Bocimi yang sedang dalam proses, yang diperkirakan akan menambah volume kedatangan wisatawan dalam dan luar negeri ke Sukabumi.
[5] Kunci pengembangan ekraf
Mau tidak mau, seluruh pihak harus bekerja sama demi pengembangan ekraf di Sukabumi. Disarikan dari pendapat miliuner distro asal Bandung Fiki C. Satari, berikut lima hal yang perlu menjadi perhatian bersama dalam upaya mengembangkan ekraf di Sukabumi.
- Adanya keterlibatan akademisi agar ekonomi kreatif punya tujuan jelas dan tidak merugikan masyarakat.
- Sektor bisnis yang ada harus pro-kerakyatan. Ini berkaitan dalam rangka untuk menghidupkan ekonomi kerakyatan atau dalam wujud nyatanya adalah UKM sebagai bagian pemberdayaan masyarakat.
- Pemberdayaan komunitas. Masyarakat saat ini memiliki berbagai komunitas yang dengan mudah dibentuk sebagai bagian untuk pemberdayaan dan aktualisasi.
- Pemangku kekuasaan, dalam hal ini pemerintah harus terlibat agar ada jaminan ekraf tidak bertentangan dengan kebijakan pemerintah.
- Terakhir, media yang di era era sekarang ini punya peran penting menginformasikan banyak hal termasuk ekraf. Media punya kekuatan menginformasikan banyak hal tentang keberhasilan atau kesuksesan sebuah usaha kreatif.
[dari berbagai sumber]