Sekitar pinggiran danau menjadi lokasi muda-mudi menikmati hari sambil bersantai.
Banyak muda-mudi sering datang ke tempat ini dari mereka yang berpacaran, tamasya bersama teman, hingga si jomblo yang larut dalam kesendirian.
Nah, biar kalian gak penasaran, Gengs, berikut adalah lima info dan mitos seputar Situ Batu Karut. Simak kuy.
[1] Lokasi Situ Batu Karut
Situ Batu Karut nan indah ini terletak di Kampung Batu Karut RT 03/RW 08, Desa Selawi, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi. Oiya, Gengs, danau ini sebenarnya membelah dua kampung yaitu Batu Karut di sisi timur, dan Pulopanggang di sisi baratnya.
Di area danau ini dulu banyak terdapat rumah-rumah dan tempat penggilingan beras. Kemudian setelah warga di sana pindah, tempat itu dijadikan destinasi wisata air, Situ atau Danau Batu Karut. Mata air situ ini kini hanya dinaungi pohon-pohon besar khas hutan di kaki Gunung Gede Pangrango seluas lima hektar, dengan status tanah milik PDAM Kota Sukabumi.
Sayangnya nih, Gaess, di kiri dan kanan lokasi ini dipadati pemukiman penduduk. Padahal, dalam model zonasi perlindungan mata air, seharusnya pada Zona 1, radius 13,5 hektar, tidak boleh ada pemukiman ataupun aktivitas yang bisa merusak ekosistem hutan.
Sedangkan pada Zona 2, dari model perlindungan mata air yang luasannya adalah 72 hektar, seharusnya tidak boleh ada aktivitas yang bisa mencemari air tanah. Di jalan yang semakin menyempit menanjak dan hanya dialasi bebatuan, kami pun berangkat. Di sepanjang jalan ada beberapa kegiatan yang sebenarnya bisa menimbulkan pencemaran, seperti pengolahan pupuk kandang, peternakan ayam dan sapi.
Paling menyedihkan, seluas 72 hektar Zona 2 tidak ada satu pohon besar yang hidup. Semua lahan sudah berganti fungsi menjadi ladang holtikultura milik sebuah perusahaan swasta. Dan sepanjang mata memandang ke arah puncak Gunung Gede Pangarango yang ada adalah perkebunan, nyaris tanpa pohon besar atau pohon pinus khas Gede Pangrango.
Duh ngeri ya, Gaess.
[2] Cerita di balik nama Batu Karut
Nah, Gaess, di balik nama Batu Karut ada cerita menarik. Menurut warga setempat, di area tersebut dulunya terdapat sebuah batu terikat akar beringin. Ajaibnya, akar beringin ini bisa mengangkat batu itu keatas kurang lebih setinggi satu meter.
Batu Karut, dalam bahasa Sunda bisa diartikan “batu anu dikarut ku akar” yang artinya “batu yang diikat dengan akar”. Maka kampung tersebut dinamakan Kampung Batu Karut. Tapi sekarang batu yang di ikat oleh akarnya itu sudah tidak bisa lagi kalian temukan.
[3] Cerita lain Situ Batu Karut
Konon, menurut warga setempat, masyarakat sekitar masih meyakini mitos bahwa pernah ada pohon kelapa yang menjulang tinggi tumbuh persis di tengah-tengah situ. Selain itu, juga mitos jika di situ tersebut hidup seekor ikan memakai anting, atau dalam bahasa Sunda biasa disebut lauk antingan.
Hiiii… Serem-serem tapi bikin penasaran ya, Gaess.
editor’s picks:
Gaess, ini lho 5 destinasi wisata di utara Sukabumi wajib kamu kunjungi
Gaess, ini lho 5 jenis destinasi wisata alam terbaik di Sukabumi
[4] Situ Batu Karut nan indah
Batu Karut kini menjadi salah satu destinasi wisata yang indah dan menarik untuk dikunjungi baik wisatawan lokal, maupun dari luar daerah. Di area situ ini, pengunjung dapat melihat-lihat kejernihan air dari kolam kecil dan pancuran tujuh di sana.
Gak mengherankan jika saat weekend dan hari libur nasional, banyak orang yang mengunjunginya, dari sekadar nongkrong, berolahraga, hingga berekreasi. Bahkan, ada juga yang sekadar memancing ikan. Karenanya, di tempat ini banyak terdapat rakit yang biasa digunakan untuk memancing ikan atau sekadar bermain-main ke tengah danau.
Namun, jangn heran ya Gaess, jika ada yang menjadikan tujuan orang-orang mengunjunginya adalah karena tertarik dengan tempat pemandiannya yang bernama “Pancuran Tujuh” yang terletak di utara Danau Batu Karut. Pancuran Tujuh ini berair jernih yang berasal dari sumber mata air.
Selain itu, sumber air situ ini juga bisa digunakan warga sekitar untuk kebutuhan sehari-hari.
[5] Perlu dikelola dengan baik agar semakin banyak dikunjungi wisatawan
Kamis (7/8) tim survey Green Radio berkunjung ke salah satu mata air yang sangat penting bagi kehidupan warga Kotamadya dan Kabupaten Sukabumi, Batukarut. Mata air yang ditampung dalam sebuah danau buatan ini terletak diantara dua desa, Langensari dan Selaawi.
Perjalanan dari Jakarta menuju Batukarut memakan waktu kurang lebih 3 jam melewati pusat kota Sukabumi menuju arah Kabupaten Cianjur. Sampai di jalan Desa Langensari, perjalanan mulai menanjak dan semakin menyempit dengan aspal yang rusak disana sini.
Dipinggir danau Batukarut berjejer sepeda motor. Loh pada kemana pengemudinya? Ternyata mereka masuk kedalam danau yang airnya surut drastis untuk memancing. Ini kesempatan langka untuk mengail ikan Nila yang bibitnya sudah lama ditebar disana. Yang tak sabaran menunggu ikan makan umpan, bisa langsung menebar jala di tengah danau dan pulang dengan banyak ikan di tangan.
Tapi bukan aktifitas para penangkap ikan tadi yang menarik perhatian kami. Surutnya mata air Batukarut ini sungguh menyakitkan hati. Dari kedalaman normal 12 meter kini tinggal tersisa 5 meter saja. Dari 250m3/detik debit air di mata air itu tahun 2000 lalu, sekarang tinggal 15m3/detik. Warga mulai merasakan sulit air sementara Perusahaan Daerah Air Minum Kota Sukabumi pun mulai kalang-kabut mencari sumber mata air.
“Tahun 2000 saya masih sulit menahan derasnya air yang mengalir dari Pancuran Tujuh ini Pak, sekarang ya ampun….” Kata Dallas, Marketing Green Radio dengan ekspresi tercengang tak percaya. Sebagai putra daerah Sukaraja Sukabumi, dia tahu persis mata air inilah yang menghidupi warga Sukabumi. Disinilah anak-anak Sukabumi menghabiskan waktu berekreasi dengan mandi di Pancuran Tujuh yang mengalirkan airnya ke danau Batukarut.
[dari berbagai sumber]