BMKG mewanti-wanti adanya multi bencana hidrometeorologis di seluruh wilayah Jawa Barat, termasuk Sukabumi. Bencana yang disebabkan oleh cuaca ekstrem ini diprediksi akan terjadi mendekati puncak periode musim hujan pada Februari atau bahkan hingga April 2021.
Wanti-wanti Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) ini tentu saja bertujuan untuk membuat kita waspada ya, Gaess. Bukan menakut-nakuti! Cara supaya kita waspada adalah dengan membekali diri dengan informasi yang benar dan tepat.
Nah, berikut 5 info perihal potensi multi bencana di Jabar yang dirangkum redaksi sukabumiXYZ.com dari berbagai sumber.
[1] Cuaca ekstrem dipengaruhi Monsoon Asia
Kepala BMKG Bandung Teguh Rahayu mengatakan berdasarkan observasi curah hujan di Jawa Barat sampai awal Januari 2021, seluruh zona musim (36 ZOM) di Jawa Barat saat ini telah memasuki musim hujan, seperti yang telah diprediksikan sejak Oktober 2020 lalu.
Cuaca ekstrem di Jabar terjadi dengan curah hujan kategori tinggi dan sangat tinggi dipengaruhi oleh Monsoon Asia yang saat ini sedang aktif memengaruhi iklim di wilayah Indonesia. Monsoon Asia adalah fenomena perubahan iklim secara ekstrem yang terjadi akibat adanya perubahan tekanan udara secara ekstrem di kawasan daratan India dan Lautan Hindia.
Cuaca ekstrem, lanjut BMKG, diperparah dengan kombinasi antara MJO (gelombang atmosfer di wilayah tropis). Lalu ada juga fenomena gelombang Rossby Ekuator, gelombang Kelvin, dan gelombang Low Frequency di wilayah dan periode yang sama, yakni di Laut China Selatan, Samudera Pasifik utara Papua, Samudera Hindia barat Lampung hingga selatan NTT, sebagian besar Jawa, Bali, NTT bagian barat, Laut Bali, dan Laut Sumbawa.
Fenomena-fenomena alam tersebut meningkatkan aktivitas konvektif dan pembentukan pola sirkulasi siklonik di wilayah tersebut. Sebagai dampaknya, Teguh Rahayu menyebutkan, puncak musim hujan atau curah hujan tinggi diprediksi sampai Februari 2021.
[2] Mulai banjir sampai gelombang tinggi
Multi bencana hidrometeorologis yang mengancama seluruh wilayah Jabar berpotensi terjadi saat hujan ekstrem di Jabar. Di antara bentuk bencana yang dimaksud adalah banjir, banjir bandang, tanah longsor yang dapat membahayakan bagi publik, serta hujan lebat disertai kilat/petir dan gelombang tinggi yang membahayakan pelayaran dan penerbangan.
Beberapa bencana yang belakangan terjadi di Jabar dan merupakan dampak dari cuaca ekstrem adalah bencana longsor di Sumedang dan banjir bandang di Cisarua (Bogor).
Untuk Sukabumi sendiri, hujan deras dan banjir sudah mulai terjadi sejak akhir 2020. Teranyar, Senin (25/1/2021) malam, banjir terjadi di wilayah Desa Cidadap, Kecamatan Simpenan. Kepala Desa Cidadap, Deden Anta Nurman sepeerti dikutip dari Tribunnews mengatakan, ada tiga titik lokasi banjir, yaitu di Kampung Mariuk, Cinyocok dan Citamiang. Total 15 rumah terendam banjir. Namun, di Citamiang menjadi lokasi terparah, karena pagar rumah jebol dan ada satu sekolah PAUD yang terdampak.
editor’s picks:
5 info jalur Sukabumi-Tegalbuleud ada 92 titik rawan bencana, hati-hati ya mudikers!
9 rawan tsunami, semua kecamatan di Sukabumi rawan bencana, ini 5 infonya
Ada potensi tsunami pantai selatan Jawa setinggi 20 meter, bagaimana Sukabumi?
[3] Posko bencana siaga di 27 kabupaten/kota
Menghadapi potensi multi bencana di Jabar, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Barat menyiagakan posko penanggulangan bencana di 27 kabupaten/kota.
Kepala Pelaksana Harian BPBD Jabar Dani Ramdan seperti dikutip dari dihubungi detikcom (26/1/2021) mengungkapkan sejak 1 November 2020 status sudah Jabar Siaga bencana hidrometeorologi melalui Pergub yang berlaku sampai 30 Mei 2021. Dengan adanya status siaga darurat, maka posko penanggulangan bencana diaktivitasi 24 jam sehari, tujuh hari dalam seminggu.
BPBD Jabar juga terus melakukan pembinaan perihal bencana di antaranya melalui program Desa Tangguh Becana. “Desa tangguh bencana itu harus memiliki tiga komponen minimal. Pertama ada satgasnya, yaitu kepala desa, Bhabinkamtibmas, Babinsa, relawan di desa, kemudian peralatannya seperti cangkul dan alat-alat lain seperti pelampung, tenda darurat dan kemudian anggaran,” ujar Dani.

[4] Hoaks aktifnya sesar Lembang
Di tengah upaya meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi multi bencana di Jabar, muncul hoaks berkenaan dengan Sesar Lembang. Hoaks tersebut menyebutkan Sesar Lembang sedang aktif dan akan memicu gempa besar di tahun 2021 ini. Padahal jelas gempabumi tidak bisa diprediksi berapa besarnya magnitudo dan kapan waktunya.
Kendati demikian bukan berarti kita abai terhadap potensi kegempaan yang bisa ditimbulkan oleh Sesar Lembang, yang menurut BMKG Jabar saat ini masih dalam fase tidur panjang.
Untuk warga Sukabumi, kewasapadaan juga harus tetap dijaga karena walaupun Sesar Lembang berada di wilayah Sumedang, Bandung dan sekitarnya, namun sesar/patahan tersebut bersentuhan dengan Sesar Cimandiri yang membelah Kota/Kabupaten Sukabumi. Bukan tidak mungkin jika Sesar Lembang aktif, maka akan memicu aktifnya Sesar Cimandiri juga.
[5] Bekali diri dengan informasi kebencanaan yang benar
Himbauan BPBD dan BMKG agar masyarakat tetap waspada dan tidak panik. Bagaimana cara agar tidak panik dan selalu waspada? Caranya adalah dengan selalu memperkaya/membekali diri dengan informasi-informasi kebencanaan dan cuaca di lingkungannya. Dengan bekal informasi kebencanaan yang benar dan tepat, masyarakat juga diharapkan tidak termakan oleh hoaks yang banyak beredar di sosial media.
Katua BPBD Jabar, Dani Ramdan mengatakan salah satu upaya mitigasi (pencegahan) sesungguhnya adalah dengan memahami cuaca dan lingkungan tempat kita tinggal, sehingga dapat mengurangi dampak yang ditimbulkan dari bencana hidrometeorologi yang dapat datang sewaktu-waktu.
Jadi begitu ya, Gaess, bekali diri dengan informasi yang benar dan tepat!