*The previous chapter: #FixzySukabumi: Bajingan Bertato Ular (Chapter 15): Jebakan anonymous
————————————————————————
Grace, wanita pembunuh bayaran paling ditakuti di New York mencari lelaki bertato ular yang telah membunuh adik dan ibunya. Dunia hitam New York dibuatnya kalang kabut, tak satu pun bajingan di kota berjuluk Big Apple itu lepas dari angkara murka bernama Grace.
————————————————————————
“Sial!” Grace mengumpat pelan.
“Aku baru saja mendapat kabar dari Dokter Croscell di Medical Forensic Center (MFC). Dia mengatakan bahwa Arlos Birsch dari A&B ditemukan meninggal di ruang kerjanya. Dan sekarang, mayatnya ada di sana,” Celina mengelap mulut dan tangannya dengan tissue basah.
“Grace, apa hubungan Arlo dengan Shadow?” tanya Einstein seraya melepaskan handsfree dari kupingnya.
“Arlos dan adiknya Brenda Birsch adalah pemilik pabrik senjata yang mengembangkan prototipe sistem peluncuran domestik dengan skala besar. Awalnya aku pikir hanya tangan kanannya saja yang berhubungan dengan Shadow, dan menjual senjata secara diam-diam. Ternyata… Arlos juga terlibat. Aku tidak tahu, apakah Brenda, adiknya juga ikut terlibat dalam hal ini,” terang Grace mendesah pelan. Einstein mengerutkan keningnya.
“Bagaimana kau tahu Arlos betul-betul terlibat?” tanya Einstein lagi. Grace menatap ke arah Celina.
“Tangan kanan Arlos, Domino, tidak pernah terlihat memisahkan diri dari majikannya. Setiap geriknya selalu dipantau oleh Arlos, jadi sudah bisa dipastikan bahwa Arlos terlibat,” jelas Celina.
“Dan lagi, Arlos pasti dihabisi untuk memutus mata rantai yang terhubung dengan A. Aku yakin itu. Karena saat aku mulai bergerak, mereka pun ikut bergerak. Aku tidak tahu bagaimana mereka bisa mengetahui apa yang kulakukan. Aku juga harus waspada, karena mungkin saja ada orang yang mengawasi aku. Atau yang lebih buruk, ada pengkhianat yang menyusup dalam jaringanku.”
“Jadi, bagaimana?” Alice menarik sebuah kursi dari bawah meja, lalu duduk dan menatap Grace.
“Untuk sementara, kalian istirahat dulu di sini. Prilly akan mengurus kebutuhan kalian. Aku akan ke MFC untuk melihat kondisi mayat Arlos.” Grace mengangkat telepon yang berada di samping Celina, lalu menekan sebuah nomor. Terdengar suara di seberang sana.
“Iya nona,” ucap suara itu.
“Beberapa temanku akan tinggal di rumah utama. Kau urus semua keperluan mereka. Siapkan kamar di dekat ruang kontrol,” pinta Grace.
“Baik nona,” jawab Prilly singkat. Grace menutup teleponnya.
“Prilly akan datang kemari. Aku akan ke rumah sakit forensik untuk melihat hasil autopsi Arlos. Karena yang aku tahu, dia tidak memiliki riwayat penyakit jantung ataupun kolesterol,” kata Grace seraya merapihkan rambutnya, lalu berjalan menuju pintu. Kevin menyusul dan menarik lengannya.
“Apa kau yakin akan muncul begitu saja di saat preman-preman itu berkeliaran di jalan?” wajah Kevin terlihat serius.
“Jangan khawatir. Aku bisa menjaga diri. Lagipula, temanku di kepolisian sudah menyiapkan patroli untuk berjaga. Apa kau berpikir mereka akan dengan mudah mengalahkanku? Segerombolan mafia Jepang saja tidak mampu menaklukkan seorang Grace. Apalagi preman receh seperti mereka,” seringai Grace. Baboon tertawa.
“Bukankah kekalahan mereka adalah sebuah kebetulan?” Baboon terbahak.
“Diamlah!” Grace mendengus kesal. Semuanya tertawa. Grace melepaskan tangan Kevin lalu bergegas melangkah keluar dari ruangan itu. Senyum kecil menghiasi bibirnya.
“Iya, kau benar Baboon. Itu hanya sebuah kebetulan,” ucapnya dalam hati.
***
“Croscell, apa yang kau temukan?” tanya Grace pada Croscell saat tiba di MFC.
“Arlos meninggal di kantornya, asumsi polisi adalah serangan jantung. Tapi dari rekam medisnya, tidak ada riwayat penyakit jantung,” jelas Croscell.
“Aku tahu,” jawab Grace. “Apa kau sudah mengecek darahnya?” tanyanya lagi.
“Iya, tidak ada apapun. Dia bersih. Tidak ada kerusakan organ dalam, ataupun luka luar yang menyebabkan kematian,” kata Croscell menunjukkan banyak gambar pada Grace.
“Ini semua foto saat autopsi?” Grace membuka selembar demi selembar gambar itu dan mengamati dengan saksama. Ada sebuah foto yang membuatnya tertarik. Ia mengambil foto itu dan menunjukkannya pada Croscell.
“Luka bakar?” tanya Grace sambil menunjuk gambar itu.
“Iya, dari catatan yang kudapat, luka bakar itu didapatnya saat berlibur ke Manhattan kemarin lusa. Seseorang menumpahkan semangkuk sup panas padanya,” terang Croscell sambil mengelus dagunya yang mulai berjenggot.
“Berikan aku gambar hasil sayatannya,” pinta Grace. Croscell memberikan sebuah gambar lainnya.
“Ini. Seperti yang kau lihat, nekrosisnya terlalu besar untuk luka sekecil ini,” Croscell menunjukkan luka sayatan lain.
BACA JUGA: #CerpenSukabumi: I have selulit, so what?
“Iya, kerusakan jaringan lunaknya terlalu parah. Dan aku yakin, kalsium darahnya sangat rendah. Benar, kan?” kata Grace mengangkat sebelah alisnya.
“Bagaimana kau tahu?” tanya Croscell terkejut.
“Apa kau sudah mengecek ion fluorida pada darahnya?” Grace menatap Croscell tajam.
“Ah, itu…” Croscell menggaruk kepalanya.
“Lakukan sekarang. Minta Nyonya Harris dari bagian analisis kimia untuk melakukannya,” perintah Grace. Croscell menatap Grace tak percaya.
“Apa sekarang kau sedang memerintahku?” Croscell menyipitkan matanya.
“Iya. Aku sedang memberikan perintah. Dan jika kau membantahku, Croscell… Aku akan membuka rahasia kecil yang kau miliki,” seringai Grace.
“Rahasia apa?” Croscell terlihat cemas.
“Necrophilia, kau senang bercinta dengan mayat, bukan?” Jawaban Grace membuat wajah Croscell pucat.
“Kau… Jangan ngawur!” Croscell membentak Grace seraya berjalan menuju pintu keluar kantornya. Grace berjalan cepat dan menghadangnya.
“Lakukan saja apa yang kuminta. Rahasiamu akan kujaga. Kau tahu kan, akibat dari kelakuanmu itu?” Grace mengangkat sebelah alisnya. Croscell terdiam. “Lagipula, itu untuk kebaikanmu juga. Jika tidak ada sesuatu hal janggal yang ditemukan, sudah pasti kasus akan ditutup dengan kesimpulan ‘bunuh diri’. Dan pelaku akan lolos dengan senang. Tapi aku tidak akan menyukai hal itu. Kau terikat dengan sumpah untuk mengatakan semua kebenaran. Kau ingat?” Grace menepuk pundak Croscell pelan.
“Baiklah. Aku akan meminta Nyonya Harris untuk melakukan pengecekan subjek ion fluorida. Tapi bagaimana kau tahu?” tanya Croscell tiba-tiba.
“Karena aku pernah membunuh seseorang dengan cara yang sama.” Grace kembali menyeringai seraya memiringkan kepalanya. Croscell semakin pucat.
“A… Akan kuhubungi kau jika hasilnya sudah keluar,” kata Croscell menelan ludahnya.
“Satu hal lagi, jangan katakan pada siapapun bahwa aku datang kemari dan mengorek informasi darimu tentang kondisi mayat Arlos. Ingat itu! Aku bisa membunuhmu kapanpun aku mau, atau bermain dengan kehidupanmu sesukaku. Dan jangan berpikir untuk melaporkanku pada polisi, karena itu akan membahayakan dirimu sendiri. Aku yakin kau tahu sifat burukku selama kau mengenalku, bukan? Apa kau paham?” Grace mencengkeram rahang Croscell dengan kuat.
“A… Aku mengerti. To… Tolong lepaskan aku,” Croscell meronta. Grace melepaskan tangannya, lalu membuka pintu. Sebelum pergi, Grace berbalik dan berkata, “Aku hanya butuh laporan itu untuk bukti, dan polisi mau tidak mau akan mencari siapa pelakunya, dan menangkapnya. Kau mengerti!” Selesai mengatakan itu Grace keluar dari dalam kantor Croscell.
“Wanita gila! Dia kuat sekali! Ternyata benar apa yang dikatakan Sukichi. Dia itu berbahaya! Lama aku mengenalnya, baru kali ini aku melihat sisi gelapnya! Ya Tuhan, untunglah dia masih memerlukan aku. Ah, aku harus pergi ke Nyonya Harris!” Croscell berlari menuju ke laboratorium ahli kimia forensik untuk pengecekan subjek yang Grace minta.
***
Di Jalanan di luar MFC, lima orang preman dari Harem telah menunggu Grace dengan tidak sabar di dalam sebuah mobil.
“Apa dia sudah keluar?” ucap seorang pria botak dengan tangan kanan. Penuh tato.
“Belum. Jika dia keluar, kita giring ke tempat yang sepi, lalu kita hajar hingga mati!” ucap temannya yang memiliki rambut bergaya punk. Temannya yang lain setuju.
“Tapi, apa tidak apa-apa menghajar seorang wanita?” Seorang preman brewok angkat bicara dan sedikit khawatir.
“Hey, man! Dia itu hanya tikus kecil yang sedang mencoba menggali lubang untuk sampai ke dalam sebuah gedung besar. Dan kita dibayar untuk menghabisinya. Jadi, tidak masalah! Selama uang tetap mengalir,” ucap si pria dengan rambut punk. Dan tak lama, mobil Grace pun keluar dari MFC, mereka pun mulai bersiap, dan mengikutinya dari belakang.
(To the next Chapter)