Tim PVMBG-Badan Geologi memasang empat stasiun seismik temporer Broadband Guralph di daerah barat daya Gunung Salak.
Seperti diberitakan sebelumnya, Sukabumi (Kokab) kerap digoyang gempa berkuatan kecil yang dikenal dengan istilah swarm. Rupanya nih ya, Gaess, jumlah gempa-gempa kecil itu mencapai 72 kali dalam 15 hari (terhitung mulai 10-25 Agustus 2019). Fakta lainnya, jika sebelumnya dinyatakan gempa-gempa itu disebabkan oleh aktivitas Sesar Citarik, belakangan pihak otoritas terkait melakukan langkah antisipatif lain, salah satunya dengan memantau aktivitas Gunung Salak.
Wah, jangan-jangan Gunung Salak berpotensi meletus? Jangan mudah panik Gaess, simak lima info perihal serangkaian gempa di Sukabumi yang dirangkum Sukabumixyz.com dari berbagai sumber berikut!
[1] Gunung Salak dipantau
Sebagai langkah antisipatif, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Bandung memutuskan untuk meneliti gempa swarm yang belakangan terjadi di Sukabumi dan Bogor. Menurut informasi yang dikutip dari Tempo.co, tim PVMBG-Badan Geologi mengumpulkan data di lapangan selama sepekan sejak tiga hari lalu.
Kepala PVMBG Kasbani mengatakan pihaknya telah mengirim tim sejak tiga hari lalu selama masa kerja sepekan. Sejauh ini PVMBG belum bisa memastikan penyebab gempa apakah akibat aktivitas tektonik dari sesar lokal atau dari aktivitas vulkanik (gunung berapi).
Tim PVMBG- Badan Geologi memasang empat stasiun seismik temporer Broadband Guralph di daerah barat daya Gunung Salak. Tujuan pemasangan alat itu untuk merekam gempa bumi tektonik. “Juga untuk mengetahui ada tidaknya aktivitas vulkanik (red: Gunung Salak) di sekitar area tersebut,” kata Kasbani seperti dikutip dari Tempo.co, Senin (26 Agustus).
[2] Pemetaan dampak gempa bumi
Kasbani lebih lanjut mengatakan, “Kemungkinan ini hanya jenis gempa-gempa kecil atau swarm yang biasanya tidak diikuti oleh gempa utama. Tapi kita tunggu hasil tim dulu,” ujarnya. Untuk diketahui, swarm merupakan serangkaian gempa menerus dengan kekuatan bermagnitudo kurang dari 5.
Selain memasang alat pengukur gempa di barat daya Gunung Salak, Tim PVMBG-Badan Geologi melakukan pemetaan dampak gempa bumi swarm di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor. Di daerah ini tercatat dampak berupa kerusakan ringan pada bangunan. Tim juga melakukan pertemuan dengan warga untuk menjelaskan kejadian gempa bumi dan menenangkan masyarakat.
[3] Sekira 72 kali gempa bumi terjadi di Sukabumi
Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) mencatat ada sebanyak 72 kali gempa bermagnitudo di bawah 5 yang terjadi di Sukabumi. Puluhan kali gempa tektonik di darat itu berlangsung pada periode 10 hingga 25 Agustus 2019. Gempa tersebut diduga dipicu bangunnya Sesar Citarik. Namun demikian, sebagai langkah antisipatif PVMBG-Badan Geologi sedang melakukan penelitian untuk lebih memastikan.
editor’s picks:
Terjadi 500 ribu kali gempa bumi per tahun, ini 5 fakta netizen Sukabumi mesti tahu
Pakar ITB: Sukabumi berpotensi gempa-tsunami besar, ini 5 penjelasan agar kita waspada
[4] Gempa bumi terasa sampai Bogor dan Bekasi
Seperti disebutkan di awal, dugaan pemicu gempa swarm yaitu aktifnya Sesar Citarik. Sesar ini membentang dari arah utara timur laut-selatan barat daya, memotong Jawa Barat melalui Pelabuhanratu, Bogor dan Bekasi. Itulah mengapa gempa-gempa swarm tersebut terasa di Bogor dan juga Bekasi.
Gempa terakhir dirasakan sejumlah warga terjadi Selasa (21/8/2019) pukul 03:16 WIB, dengan magnitudo 3,9 SR. Lokasi titik gempa berada di 6.77 LS 106.52 BT (Pusat gempa berada di darat 24 kilometer Barat Laut Kabupaten Sukabumi), pada kedalaman 9 kilometer. Sehari sebelumnya, sebanyak tiga kali gempa darat berkekuatan magnitudo kurang dari 5 tercatat di Sukabumi.
Tiga gempa yang terjadi tersebut dirasakan sejumlah warga di wilayah Kecamatan Cisolok, Kabandungan dan kaki Gunung Salak di Cidahu.
[5] Warga Sukabumi cemas
Walaupun berkekuatan kecil, serangakaian gempa swarm yang terjadi tetap membuat cemas warga Kokab Sukabumi. Warga cemas goyangan gempa beruntun semakin kuat dan dapat menimbulkan korban jiwa. Apalagi frekuensi getaran gempa cenderung bertambah. “Kendati tidak begitu kuat, tapi guncangan gempa secara beruntun sangat dicemaskan,” kata warga Palabuhanratu, Hasanudin seperti dikutip dari Pikiranrakyat.com.
Menanggapi kecemasan warga, Wakil Bupati Sukabumi Adjo Sardjono mengingatkan warga agar tetap tenang dan terus meningkatkan kewaspadaan. “Warga harap tenang tidak perlu cemas, tapi harus waspada,” kata Adjo.
Adjo menambahkan seluruh dinas terkait untuk telah melakukan langkah koordinasi dengan pihak kecamatan dan desa. Terutama memantau rumah warga yang terdampak bencana alam.
[dari berbagai sumber]