Kebakaran berawal dari lahan warga yang sengaja dibakar, namun api merembet dengan cepat membakar hutan di Gunung Walat.
Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu wilayah di Jawa Barat dengan banyaknya titik api yang dipantau otoritas BMKG pada musim kemarau ini. Banyaknya titik api menjadi indikator besarnya potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Sukabumi. Tak ayal lagi di Kabupaten Sukabumi berulang kali terjadi karhutla, teranyar melanda Gunung Walat.
FYI, soal karhutla ini belakangan sangat membuat pusing Pemerintah Pusat. Selain merugikan secara internal, juga membuat negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura kesal karena kebagian asap yang bias merugikan kesehatan. Oleh karena itu, soal karhutla ini menjadi perhatian khusus pemerintah, tak terkecuali karhutla di Gunung Walat.
Berikut lima fakta yang dirangkum sukabumiXVZ.com perihal karhutla di Gunung Walat dari berbagai sumber.
[1] Kebakaran di Gunung Walat akibat ulah warga
Kebakaran melanda lahan dan hutan di kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) yang berlokasi di Kecamatan Cibadak. Karhutla di Gunung Walat berlangsung pada Senin (9 September) pagi. Informasi yang diperoleh dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi menyebutkan, awalnya kebakaran melanda lahan warga di Kampung Benda, Desa Karangtengah, Kecamatan Cibadak. Namun akhirnya kebakaran melanda hutan Gunung Walat.
Kepala Seksi Kedaruratan, BPBD Kabupaten Sukabumi Eka Widiaman mengatakan, hingga kini luasan yang terbakar masih dalam pendataan petugas di lapangan. Termasuk di antaranya besaran kerugian akibat kebakaran. “Petugas dibantu warga dan elemen terkait lainnya berupaya melakukan pemadaman,” ujar Eka seperti dikutip dari Antara.
[2] Upaya mitigasi karhutla
Pemadaman dibantu oleh Polsek Cibadak, Satpol PP, Pramuka Peduli, TNI, dan komunitas relawan. Eka menuturkan, petugas mengimbau agar warga tidak melakukan aktivitas pembakaran lahan atau sampah. Sebabnya di musim kemarau potensi kebakaran meningkat dibandingkan sebelumnya.
Selain itu kata Eka, ketika terjadi kebakaran maka warga diminta segera memberitahukan kepada petugas. Sehingga nantinya peristiwa tersebut bisa segera ditangani dengan cepat.
[3] Apa itu Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW)?
Barangkali ada yang belum tahu apa itu HPGW, berikut informasinya. HPGW merupakan kawasan hutan milik negara dengan tujuan khusus, yang pengelolaannya diserahkan kepada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (FHut-IPB).
Peruntukan HPGW sendiri ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 188/Menhut-II/2005 Jo SK Menhut No. 702/Menhut-II/2009. Namun hutan ini telah dikelola oleh Fakultas Kehutanan IPB sejak tahun 1968. Hutan Pendidikan Gunung Walat memiliki luas 359 ha dan terletak di Kecamatan Cibadak dan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi.
editor’s picks:
Sukabumi didera 223 longsor dan 54 kebakaran, 5 update bencana warganet mesti aware
Juli, kerugian gegara bencana di Sukabumi capai Rp1,94 M, ini 5 fakta gen XYZ mesti tahu
Ada potensi tsunami pantai selatan Jawa setinggi 20 meter, bagaimana Sukabumi?
[4] Potensi ekologi HPGW
Hasil inventarisasi tegakan pada tahun 2011 menunjukkan bahwa HPGW memiliki potensi kayu sebesar 398,55 m3/ha (atau total volume 143,079.45 m3), potensi biomassa sebesar 198,32 ton/ha (atau total biomassa 71,196.88 ton), dan potensi simpanan karbon sebesar 93,21 ton/ha (atau total simpanan karbon 33,462.39 ton).
Sementara itu, soal flora, saat ini tutupan hutan (coverage) di HPGW telah mencapai lebih dari 95 % dengan berbagai jenis pohon, diantaranya: Damar, Pinus, Puspa, Kayu afrika, Mahoni, Rasamala, Sonokeling, Gliricidia sp, Sengon, Meranti, dan Mangium.
HPGW juga kaya dengan faunanya. Di areal HPGW terdapat beraneka ragam jenis satwa liar yang meliputi jenis-jenis mamalia, reptilia, burung, dan ikan. Dari kelompok jenis mamalia terdapat babi hutan, monyet ekor panjang, kelinci liar, meong congkok, tupai, trenggiling, musang. Dari kelompok jenis burung terdapat sekitar 83 jenis burung, antara lain Elang Jawa, Emprit, Kutilang, dan lain-lain. Terakhir, jenis-jenis reptilia antara lain biawak, ular, bunglon.
[5] HPGW termasuk kawasan rawan bencana
Kejadian karhutla di HPGW bukanlah kali pertama. Bahkan, menurut catatan BPBD, kawasan HPGW kerap mengalami karhutla setiap musim kemarau tiba dengan skala yang berbeda-beda. Insiden terburuk adalah pada musim kemarau tahun 2015, di mana HPGW beberapa kali mengalami kebakaran.
Atas pertimbangan itulah HPGW masuk dalam peta kawasan rawan bencana oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat.
[dari berbagai sumber]