Sukabumi salah satu dari 9 daerah pemasok TKI terbanyak di Jabar.
Logika sederhananya begini Gaess, orang bekerja ke luar negeri karena di negerinya sendiri mereka tak mendapatkan pekerjaan (yang layak). Jika harus memilih, orang tentunya lebih suka bekerja dan hidup di daerah sendiri, kan. Nah, faktanya Sukabumi menjadi salah satu daerah yang banyak mengirimkan tenaga kerja ke luar negeri.
Bahkan, sejak dulu Sukabumi identik dengan tenaga kerja Indonesia (TKI), terutama TKI wanita (TKW). Bagaimana lalu perkembangannya sekarang? Ini lima fakta tentang dinamika pengiriman tenaga kerja asal Sukabumi di luar negeri.
1. Sukabumi pemasok terbanyak TKI
Sepanjang tahun 2017, menurut pusat data Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), terhitung ada 148.285 TKI ditempatkan di berbagai negara di luar negeri. Lebih lanjut BNP2TKI mencatat ada 5 daerah sumber TKI terbesar, salah satunya Jawa Barat (Jabar) sebanyak 31.027 orang.
Di Jabar sendiri menurut data Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) tahun 2016, terhitung sembilan kabupaten/kota tercatat sebagai daerah pemasok TKI terbanyak. Kesembilan daerah itu termasuk Kabupaten Sukabumi. Menurut data Disnakertrans Kab. Sukabumi, tiga kecamatan di Sukabumi paling banyak memasok TKI, di antaranya Cisolok, Pelabuhanratu, dan Sagaranten.
BACA JUGA:
Keren Gengs, ini 5 fenomena alam yang menjadi tempat wisata di Sukabumi
5 alasan munculnya tuntutan Jampang mekar dari Kabupaten Sukabumi
Film ini dibuat zaman Belanda, nomor 5 produsernya wartawan asal Sukabumi
2. Berbagai masalah yang dihadapi TKI asal Sukabumi
Mereka katanya “pahlawan devisa.” Gaji besar di luar negeri. Banyak bawa uang waktu pulang, keluarga pun senang. Sangat menggiurkan memang, namun faktanya ada banyak masalah dan tak jarang juga penderitaan yang dialami para TKI asal Sukabumi, terutama TKI wanita.
Teranyar misalnya, 28 Juli kemarin, sebanyak 9 orang TKI ilegal asal Sukabumi ditangkap oleh polisi Entikong (dekat perbatasan dengan Malaysia). Alih-alih bekerja di Malaysia, warga Sukabumi itu harus berhubungan dengan pihak kepolisian.
Yang lebih miris adalah kisah dua TKI wanita asal Sukabumi yang menjadi korban pembunuhan di Uni Emirat Arab (UEA) sekitar akhir tahun lalu. Korban bernama Nurul Binti Daroji (30) asal Kampung Sampalan RT 01 RW 08 Desa Bojong Galing, Kecamatan Bantargadung dan Iros Rosidah (31) warga Kecamatan Cantayan. Selain itu, masih banyak masalah lain yang dihadapi para TKI asal Sukabumi. Kasihan sekali.
3. Animo warga Sukabumi bekerja di luar negeri masih tinggi
Walaupun banyak kejadian menyedihkan, alasan ekonomi dan kesulitan mencari pekerjaan menjadi pemicu utama warga Sukabumi memilih menjadi TKI. Jika melihat data tahun 2017 dari Disnakertrans Sukabumi, jumlah TKI asal Sukabumi meningkat dibandingkan tahun 2016. Disnakertrans Sukabumi mencatat jumlah TKI asal Kabupaten Sukabumi yang teregistrasi dari Januari hingga April 2017 mencapai 243 orang. Jumlah itu mengalami peningkatan dibandingkan tahun lalu sampai 50%.
Dari jumlah TKI yang teregritasi, sebanyak 185 orang yang rata-rata perempuan masuk jalur informal. Rinciannya, 25 orang ke Brunei Darussalam, 15 ke Hongkong, 59 orang ke Malaysia, 29 orang ke Singapura, dan 57 orang ke Taiwan. Sementara dari jalur formal berjumlah 58 orang, mereka terbagi menjadi 25 perempuan dan 33 laki-laki.
BACA JUGA:
5 fakta masjid aquarium Kota Sukabumi, keren Gaess!
Dari Sukabumi sampai Cianjur dan buron 22 tahun, 5 fakta penjahat legendaris Eddy Sampak
4. Kalapanunggal satu-satunya kecamatan tanpa TKI
Karena pengiriman TKI ke Timur Tengah terkendala moratorium, Malaysia menjadi destinasi favorit TKI asal Sukabumi. Selain Malaysia, Singapura dan Taiwan menjadi destinasi favorit berikutnya. Menurut data Disnakertrans Sukabumi terhitung November 2017, TKI paling banyak ke Malaysia mencapai sebanyak 281 orang, Singapura sebanyak 97 orang, Taiwan sebanyak 96 orang, Brunai Darussalam 43 orang dan Hongkong 33 orang.
Dari data Disnakertrans juga terungkap bahwa TKI Sukabumi berasal dari 46 kecamatan. Hanya satu kecamatan yang tidak mengirimkan TKI, yakni Kalapanunggal. Jumlah TKI yang paling banyak di Sukabumi berasal dari Kecamatan Cisolok, Ciracap, dan Cikembar. Terhitung tahun 2017 warga Cisolok yang berangkat ke luar negeri sebanyak 81 orang, Ciracap 37 orang dan Cikembar 25 orang.
5. Mencegah TKI ilegal
Pemerintah daerah harus melindungi setiap warga Sukabumi dan mencegah TKI ilegal. Bagaimana caranya? Pertama yang harus dilakukan tentunya menciptakan lapangan kerja sebanyak-banyaknya di daerah sendiri. Selain membuka lapangan kerja, Pemkab Sukabumi telah merintis lahirnya peraturan desa (Perdes) mengenai pencegahan dan penanganan perdagangan orang (human trafficking).
Menurut Wabup Adjo Sarjono, dari 386 desa dan kelurahan, baru 13 desa yang menerbitkan perdes mengenai pencegahan dan penanganan perdagangan orang. Ke-13 pemdes yang membuat perdes tersebut, yakni Desa Caringin, Kebonpedes, Sukaraja, Cikembang Sukalarang, Mekarjaya, Cireunghas, Hegarmanah, Pasirbaru, Karangpapak, Cimaja, Lengkong, dan Sukamaju.
Selain itu, Sukabumi juga sejak 1 Oktober 2014 telah memiliki kantor Pos Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja (P4TKI). Keberadaan Kantor P4TKI Sukabumi ini sejatinya tidak sebatas untuk mendekatkan pelayanan kepada warga masyarakat. Lebih dari itu ialah untuk memberikan pelayanan perlindungan pada calon TKI/TKI sejak di tanah air. (dari berbagai sumber)