*The previous chapter: #FixzySukabumi: Bajingan Bertato Ular (Chapter 4): Informan 2, Baboon
———————————-
Grace, wanita pembunuh bayaran paling ditakuti di New York mencari lelaki bertato ular yang telah membunuh adik dan ibunya. Dunia hitam New York dibuatnya kalang kabut, tak satu pun bajingan di kota berjuluk Big Apple itu lepas dari angkara murka bernama Grace.
———————————-
Pria berjanggut kepang berjalan turun mendekati Grace yang terlihat kesal karena terjebak.
“Nona, kenapa kau datang ke ‘sarang’ kami? Apa kau ingin menjual diri? Tapi aku lihat kau bukan orang miskin,” ucap pria berjanggut kepang itu seraya mendekatkan tubuhnya pada Grace. Rekannya yang berada di bawah tangga tertawa. Grace mendengus pelan.
“Aku dijebak, dimasukkan ke kandang Yakuza yang bersembunyi seperti tikus,” ucap Grace. “Dan aku yakin kalian tahu siapa yang menjebakku,” Grace memasukkan tangan ke kantong mantelnya. Si Pria berjanggut kepang itu memainkan janggutnya seraya tersenyum nakal.
“Iya, tentu saja aku tahu. Dia memberikan kami mainan baru,” ucapnya. Pria itu mencoba menyentuh dagu Grace, namun Grace dengan cepat menghindar.
“Jangan macam-macam denganku!” Grace membentak. Pria-pria itu tertawa terbahak. Grace yakin teman-teman pria ini tidak bisa bahasa Inggris.
“Aku suka perempuan yang galak,” kata pria berjenggot kepang sambil mencoba merangkul Grace. Namun sebuah tendangan membuatnya terjatuh dan terjungkal di tangga dan menggelinding ke bawah.
“Aku tidak suka pria bau bertato!” bentak Grace galak. Enam pria lain yang berada di bawah langsung berlari ke arah Grace, mereka menyerang bersamaan. Namun tangga itu terlalu kecil, Grace memberikan sebuah tendangan hingga mereka terjungkal jatuh saling tindih.
Si pria berjenggot kepang bangkit dan menyerang Grace dengan pisau yang entah darimana. Ia mengibaskannya ke kanan dan kiri. Menusuk dan menebas. Beberapa kali serangannya mengenai Grace, di tangan dan di kaki. Grace mengeluarkan tangannya yang menggenggam seutas kabel bercakar yang tadi dibawanya. Ia berusaha menahan serangan pria berjanggut kepang, namun tempat pertarungan itu membuat geraknya terbatas.
“Sial! Tempat ini terlalu sempit!” umpat Grace. Enam pria di bawah satu persatu mulai bangkit dan menyerang Grace kembali.
“Hei! Pertarungan ini tidak adil! Seorang wanita, melawan tujuh pria!” teriak Grace mengalihkan perhatian mereka. Ia melemparkan kabel bercakar itu pada langit-langit yang penuh pipa besi. Kabel itu mengenai sebuah pipa besi yang sedikit besar, melilit, lalu cakarnya mengait kuat pada lilitan. Si pria janggut kepang tertawa.
“Kau ingin melompat? Pipa itu tidak akan mampu menahan tubuhmu, manis!” ucapnya setengah mendesis kesal. Perlahan Grace mundur menaiki tangga.
“Aku tidak akan melompat bodoh!” Grace menarik kabel itu dengan sekuat tenaga. Gas menyembur dari pipa, para pria Yakuza itu terbatuk. Grace membuka kunci, lalu dengan tersenyum, ia mengeluarkan sesuatu dari kantongnya.
“Kemari kau wanita sialan!” ucap Si Pria berjanggut kepang seraya menaiki tangga. Temannya yang lain menyusulnya, namun benda yang dipegang Grace ternyata adalah sebuah pemantik. Para Yakuza itu berhenti. “Jangan… Jangan lakukan itu!” teriak Si Pria panik.
“Sayoonara, bakka!” Grace menyalakan pemantik, lalu melemparnya ke bawah. Ia berlari secepat yang ia bisa. Seketika api menyambar di dalam dan membakar semua. Sebuah ledakan besar dari ruang bawah tanah menyembur keluar, menghempaskan tubuhnya hingga terpental cukup jauh.
Grace terbatuk, badannya sakit. “Ya, Lord! Ini memuakkan!” keluhnya. Ia bangkit dan berdiri, membersihkan debu yang menempel pada mantelnya. Api benar-benar melahap gedung yang sudah rapuh itu dengan ganas. “Mampus kau Yakuza gila!” Grace meringis lalu beranjak pulang.
Namun belum juga sampai di pintu gerbang masuk, sudut matanya menangkap sosok yang tak asing untuknya. Sosok itu bersandar pada pintu kawat, bertepuk tangan seraya tersenyum. “Bravo! Luar biasa! Kau berhasil mengenyahkan cecunguk-cecunguk itu untukku.” Baboon bangun dan menghampiri Grace
“Baboon brengsek!” bentak Grace kesal. “Kau menjebakku!” Grace memasang kuda-kuda.
“Tenang, nak. Itu ujian untukmu,” Baboon meminta Grace untuk tidak berprasangka buruk terhadapnya.
BACA JUGA: #CerpenSukabumi: Ash Lee Soon
“Ujian katamu? Kau memasukkan aku ke kandang Yakuza bau itu! Dan kau bilang itu ujian?” Grace emosi. Baboon tertawa.
“Nak, jika kau ingin membalas dendam untuk kematian Ibumu. Kau harus mempersiapkan diri. Lawanmu bukan sekedar preman jalanan. Kekuatan para Yakuza itu hanya satu persen dari dari kekuatan yang akan kau hadapi nanti,” Baboon terdiam.
Grace merenung, ucapan Baboon benar. Saat ini, kekuatan dan ilmunya belum cukup untuk menghadapi kekuatan yang lebih besar. “Apa kau akan membantuku?” tanya Grace pada Baboon.
“Tentu. Aku akan membantumu. Tapi bukan aku yang akan melatihmu. Akan kuperkenalkan kau pada ahlinya. Namun sebelum itu, kau harus melatih lagi fisikmu itu,” Baboon tertawa.
Grace mendengus kesal. “Baiklah, kalau begitu, latih aku sebisamu. Buat aku lebih kuat, aku akan melakukan apapun agar bertambah kuat.”
Baboon melihat kesungguhan di mata Grace. Ia tersenyum penuh arti. “Baiklah. Persiapkan dirimu. Kita akan berlatih di tempatku.” Baboon mengajak Grace pergi dari gedung yang terbakar itu. Sirine sudah terdengar dari jauh, pemadam kebakaran sedang dalam perjalanan. Grace melangkah mengikuti Baboon yang berjalan santai seraya mendorong trolinya.
“Tapi bukan ke sarang penjahat yang lain, kan?” tanya Grace curiga.
“Tentu bukan, Nak. Kita akan pergi ke tempat di mana ototmu akan sepertiku,” Baboon terkekeh.
“Kalau begitu, aku tidak mau! Aku tidak ingin tubuhku menjadi seperti tubuhmu!” Grace mencibir sambil tersenyum geli. Baboon tertawa.
“Apa kau meledekku? Tubuhku sudah sejak lahir seperti ini. Sementara tubuhmu kurus kerempeng seperti itu, mana mungkin bisa sebesar aku!” Baboon terbahak.
“Sudahlah, aku akan pergi ke rumah sakit dulu. Setelah itu, aku akan ikut denganmu,” ucap Grace sambil menepuk pundak Baboon.
“Oke, deal!” Baboon tersenyum. Mereka berjalan santai di tengah hiruk pikuk sirine pemadam kebakaran dan sirine polisi yang mengiang-ngiang.
Grace merenung selama dalam perjalanan. Dalam hati ia berkata,
“Aku akan melakukan apapun untuk naik ke level yang lebih tinggi. Tidak perduli jika aku harus ke neraka sekalipun untuk mendapatkan kekuatan itu. Tunggu saja bajingan, aku akan datang padamu untuk membalas apa yang sudah kau lakukan pada keluargaku!” Grace mempercepat langkahnya seraya bersenandung senang.
Langit malam itu terlihat lebih terang dari biasanya. Bangunan tua yang terbakar itu seolah membakar semangat Grace agar terus melanjutkan langkahnya untuk menemukan “bajingan bertato ular” itu.
Tanpa ia sadari, seseorang yang tidak jauh dari TKP mengamati mereka. Ia menghisap rokoknya, lalu menghembuskannya perlahan. Kemudian, ia mengambil ponselnya, dan menekan sebuah nomor. Seseorang di seberang sana menyahut, pria itu mulai berbicara.
“Bill, sepertinya wanita itu mulai bergerak. Kode untuk Shadow,” ucap si pria, lalu menutup percakapannya. Ia membuang rokoknya dan berjalan menjauh.
Petualangan sesungguhnya, baru dimulai sekarang.
*To the next chapter: FixzySukabumi: Bajingan Bertato Ular (Chapter 6): Rencana misi pertama