*The previous chapter: #FixzySukabumi: Bajingan Bertato Ular (Chapter 5): Ujian dari Baboon
———————————-
Grace, wanita pembunuh bayaran paling ditakuti di New York mencari lelaki bertato ular yang telah membunuh adik dan ibunya. Dunia hitam New York dibuatnya kalang kabut, tak satu pun bajingan di kota berjuluk Big Apple itu lepas dari angkara murka bernama Grace.
———————————-
Berbulan-bulan, Grace berlatih dengan Baboon di sebuah camp pelatihan tersembunyi. Kemampuannya mulai terbentuk. Mereka berlatih dengan alat-alat modern dan konvensional. Mereka berlatih di tengah hutan pegunungan yang masih belum terjamah teknologi. Grace berlatih untuk bertahan hidup di tengah keterbatasan.
Selain itu, Grace juga mempelajari berbagai hal dengan para ahli yang merupakan rekan, sekaligus sahabat Baboon, dari seni beladiri, IT, hingga perakitan bom. Di camp itu Grace tidak sendiri, ada tiga orang yang sudah berlatih terlebih dahulu. Baboon merasa puas dengan kemajuan pesat kemampuan Grace. Walaupun awalnya ia merasa khawatir Grace tak mampu melalui semua pelatihan itu. Namun nyatanya, ia dapat menguasainya dengan cepat.
“Sepertinya kau sudah banyak kemajuan,” ucap Baboon. Tubuhnya yang besar bersandar pada sebuah tiang yang terpancang di depan camp pelatihan. Grace yang sedang membuat simpul tali menoleh otomatis.
“Tentu saja. Apa kau pikir aku akan gagal?” Grace tersenyum sinis.
“Yah… Awalnya aku memang berpikir begitu. Tapi ternyata, semangatmu itu luar biasa,” Baboon tersenyum memperlihatkan deretan giginya yang berbaris rapi.
“Bukankah kau sendiri yang mengatakan, bahwa aku harus melatih kemampuanku agar bisa mencapai level tertinggi?” Grace mengangkat sebelah alisnya. “Lagipula, aku heran. Kau melatih beberapa orang hingga menjadi luar biasa. Tapi kau memilih untuk menjadi orang biasa. Kenapa?” Grace menatap Baboon seraya mengencangkan simpul tali yang dibuatnya.
“Kau terlalu banyak bertanya, Nona. Tapi satu hal yang harus kau tahu, aku melakukan ini untuk Ibumu. Mencari orang dengan talenta yang mumpuni bukan hal mudah. Sepuluh tahun berlalu, aku hanya menemukan enam,” Baboon menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
“Lalu? Kenapa aku hanya melihat tiga?” Grace memiringkan kepalanya.
Baboon menunduk lesu. “Tiga lagi tewas dalam tugas,” Baboon berkata pelan.
“Tugas?” Grace menatap Baboon yang terlihat merenung.
“Iya, tapi sepertinya aku dan rekanku melatih mereka selama bertahun-tahun hanya untuk menyerahkan nyawa mereka. Karena itu, aku berhenti untuk mencari.” Baboon menatap Grace, ia menghela napas panjang sesaat.
“Kau berhenti mencari?” Grace menyipitkan matanya. Baboon mengangguk pelan.
“Iya. Rencananya, kami akan melatih tiga orang yang tersisa itu dengan lebih baik lagi. Namun saat diberikan tugas pertama, mereka terluka parah. Mereka pulang dengan kondisi yang kurang baik. Sepertinya, musuh kita sudah melakukan persiapan setelah penyerangan pertama,” kata Baboon terdiam.
Pikiran Grace melayang ke sana ke mari. Otaknya mulai berpikir, dan secara spontan dia berkata, “Berikan aku misi pertama itu.”
“Kau Gila! Kau baru berlatih beberapa bulan, dan kau ingin pergi kesana?” mata Baboon membesar. Grace tetap tersenyum.
“Bagaimana kita tahu hasilnya jika tidak mencoba?” Grace berjalan masuk ke dalam camp dan melewati Baboon seraya menepuk pundaknya pelan. Baboon kembali menghela napas.
“Terserah kau. Aku tahu aku tidak bisa menghalangi niatmu itu. Tidak ada salahnya mencoba,” Baboon tersenyum kecil. Ia berbalik dan mengikuti Grace masuk ke dalam camp.
***
“Baiklah, semua sudah berkumpul.” Baboon terlihat begitu berkharisma saat Ia duduk dan membuka meeting. Ia duduk di kursi menghadap empat orang yang menjadi muridnya. Sementara di sampingnya, terdapat tiga orang lain yang merupakan para ahli di bidangnya. Mereka sudah lama menjadi timnya Baboon. Grace memandang mereka satu persatu.
Di sebelah kanan Baboon terlihat seorang pria kurus dan pucat, kacamata tebalnya membuat dia terlihat seperti kutu buku sejati. Ia adalah Nerd, rekan Baboon yang merupakan seorang ahli IT dan juga merupakan salah satu hacker yang paling ditakuti di kota New York.
BACA JUGA: #CerpenSukabumi: Ash Lee Soon
Di sebelah Nerd, ada seorang pria dengan tubuh yang padat berotot. Tinggi, tapi tidak besar, tubuhnya terlihat seksi dan atletis. Ia adalah Fang, seorang pria keturunan China yang ahli dalam ilmu beladiri. Ia menguasai beberapa teknik bela diri, dari jujitsu, muai thai, judo, silat, dan lainnya. Namun walaupun begitu, ia nampak seperti orang biasa, yang santun dan ramah.
Grace menatap pria terakhir yang berada di sebelah kiri Baboon, pria itu terlihat tua. Kulitnya sudah keriput, rambutnya putih dan berantakan. Orang memanggilnya Einstein. Tidak ada yang tahu nama asli pria itu. Einstein sendiri adalah seorang ahli kimia, dan juga seorang perakit berbagai macam benda yang luar biasa, seperti Bom, alat penyadap, kamera mikro, dan lainnya. Banyak yang menyebut dia pria tua gila. Tapi percayalah, dia itu benar-benar jenius.
Pandangan Grace kembali pada Baboon yang menatap tajam Grace dan tiga peserta pelatihan lainnya yang terlihat tegang.
“Aku yakin kalian sudah tahu apa yang akan kita bahas kali ini,” ucap Baboon tegas. Ketiga peserta pelatihan itu menunduk, tak berani menatap Baboon. “Dan aku yakin kalian sudah tahu siapa rekan baru kalian ini. Ia adalah dokter Grace, seorang ahli bedah terbaik di New York,” tangan Baboon menunjuk ke arah Grace berdiri. Ketiga orang di sebelahnya menengok sesaat, lalu kembali menunduk.
“Iya, dia adalah salah satu murid favoritku!” ucap Einstein seraya tertawa girang. Grace tersenyum.
“Grace, rekan di sebelah kirimu ini adalah Alice, Brian dan Kevin. Kau akan bersama dengan mereka saat memulai misi pertama.”
Ketiga peserta pelatihan yang disebut itu langsung mendongak dan melotot tidak percaya. Mereka lalu menatap Grace yang secara spontan mengangkat alisnya.
“Kenapa? Apa aku tidak boleh bergabung bersama kalian?” ucap Grace santai kepada ketiganya.
Wanita bernama Alice mendengus pelan, lalu berkata dengan kesal pada Baboon. “Baboon, apa kau bercanda? Kami yang sudah berlatih beberapa tahun saja belum mampu menembus pertahanan paling dasar dari Shadow. Dan kau tiba-tiba ingin memasukkan anggota baru yang hanya beberapa bulan berlatih bersama kami? Apa kau sinting? Kami bukan baby sitter!” Alice terlihat kesal.
Grace menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.
“Itulah, aku ingin kalian membimbing Grace semampu kalian. Aku ingin kalian bekerja sama,” Baboon diam sesaat. “Dan kali ini, Grace yang akan memimpin. Bukan kau, Alice.” Apa yang dikatakan Baboon membuat mereka benar-benar terkejut.
*to the next chapter