*The previous chapter: #FixzySukabumi: Bajingan Bertato Ular (Chapter 21): Sekutu baru, Don Marquez
————————————————————————
Grace, wanita pembunuh bayaran paling ditakuti di New York mencari lelaki bertato ular yang telah membunuh adik dan ibunya. Dunia hitam New York dibuatnya kalang kabut, tak satu pun bajingan di kota berjuluk Big Apple itu lepas dari angkara murka bernama Grace.
————————————————————————
Trrrrrtt! Trrrrrtt!
Ponsel Grace bergetar, sebuah panggilan dari nomor yang tidak dikenalnya masuk. Semua yang ada di dalam ruangan itu menatapnya. Grace menjawab panggilan itu.
“Halo?” ucap Grace tenang.
“Apa kau Grace?” ucap suara di seberang sana.
“Iya.” Grace menjawab singkat.
“Aku Donny Marquez,” balas suara di seberang sana lagi.
Grace berpikir sejenak. “Dari mana kau mendapat nomor ini?” tanya Grace sambil membuat panggilan itu terdengar oleh semua rekannya.
“Aku rasa itu tidak penting.” Ada sedikit getaran yang terdengar dari suara Donny, dan Grace menyadari ada yang tidak beres.
“Apa ada sesuatu yang terjadi?” Grace mengelus dagunya pelan. Donny mendesah pelan.
“Aku ingin membuat sebuah penawaran.” Kali ini suara Donny terdengar mantap.
“Penawaran? Apa yang akan kau tawarkan padaku?” Grace mengajukan pertanyaan dengan cepat.
“Aku tahu siapa yang kau cari,” jawab Donny.
“Benarkah? Bagaimana kau tahu aku mencari seseorang?” ujar Grace lagi.
“Kau terlalu banyak tanya. Begini, jika kau membantuku, maka aku akan memberikan semua informasi yang kau butuhkan. Tentunya dengan catatan, selama aku masih bisa memberikannya padamu,” kata Donny. Hening sesaat. Grace berpikir sambil memijat keningnya.
“Apa… Miguel tewas?” pertanyaan Grace membuat rekannya menatap dengan tidak percaya.
“Bagaimana kau tahu?” Donny berkata dingin.
“Kau tidak akan menghubungiku jika tidak ada masalah. Kau menawarkan aku kesepakatan yang cukup berisiko, Donny. Dan kau tidak akan melakukan kesepakatan ini jika tidak ada yang mengancam posisi kartelmu. Apa aku salah?” Grace terdengar tenang. Baboon menyipitkan matanya dan Einstein menatap Grace tak berkedip.
Donny terkekeh. “Kau cerdas, Nona. Ayahku baru saja meninggal.” Terdengar suara helaan napas panjang Donny.
“Ah…begitu. Apa jaminan jika kau memang akan membantuku? Bagaimana jika ternyata kau mengumpankan aku pada kartel lain, atau bahkan pada orang yang ku cari?” Ketenangan suara Grace membuat Kevin dan kedua temannya yang lain benar-benar terkejut.
“Aku bersumpah demi nama ayahku, bahwa aku tidak akan mengkhianati kepercayaanmu.” Ada nada emosi dalam nada Donny. Grace tertawa.
“Itu tidak cukup untukku.” Intonasi dalam suara Grace cukup membuat Donny merinding.
“Lalu apa yang kau inginkan, apa yang bisa kutawarkan agar aku bisa mendapatkan kepercayaanmu?” Donny terdengar putus asa.
“Perjanjian darah,” Grace menyeringai. Seringai yang cukup membuat wajah rekannya memucat. Einstein dan Baboon terkesima. Hening, Donny berpikir sejenak.
“Baiklah, kapan kita akan bertemu?” Donny terdengar mantap dengan keputusannya.
“Segera. Akan kuberitahu tempat pertemuannya nanti. Kau harus mengingat sandiku,” kata Grace menghela napas sesaat.
“Apa? Sandi? Untuk apa?” Donny bertanya bingung.
“Tidak perlu banyak tanya. Cukup ingat saja. Sandinya, Crown.” Setelah mengatakan sandi yang harus diingat Donny Grace menutup teleponnya. Ia memandang semua rekan yang ada di sana.
“Baboon, maaf. Sepertinya, aku harus mengambil alih komandomu,” ucap Grace serius. Baboon tersenyum lebar.
“Tentu. Aku ingin melihat, bagaimana kau memainkan pionmu.” Ketiga rekannya saling memandang.
“Terima kasih. Baiklah kawan, aku punya rencana. Dan aku butuh kalian untuk menjalankannya.” Seringai kembali muncul di bibir Grace. ***
[bersambung]